3 Hadis Ini Bikin Kamu Tak Berani Menyepelekan Waktu

Fera Rahmatun Nazilah - Hadis Hari Ini 07/02/2020
Photo by Buenosia Carol from Pexels
Photo by Buenosia Carol from Pexels

Oase.id- Waktu adalah salah satu nikmat pokok. Tanpa waktu, semua yang kita miliki tidak akan berarti. Saking pentingnya waktu, Allah Swt pun bersumpah atas nama waktu pada beberapa ayat yang tertera dalam Al-Qur’an.

Hasan Al-Bashri pernah mengatakan;

Wahai manusia, sesungguhnya kalian hanyalah kumpulan hari. Setiap kali satu hari hilang, maka akan hilang pula sebagian dirimu.

Pada hakikatnya, waktu bagi manusia adalah umurnya sendiri. Apabila waktu berlalu, maka usianya pun semakin berkurang. 

Rasulullah Muhammad Saw seringkali memperingatkan umatnya tentang waktu, di antaranya:


Jangan tertipu dengan waktu luang

Nabi Muhammad bersabda:

نِعْمَتَانِ مَغْبُوْنٌ فِيْهِمَا كَثِيْرٌ مِنَ النَّاسِ: الصِّحَّةُ وَالفَرَاغُ

 

"Dua nikmat yang banyak manusia tertipu di dalam keduanya, yaitu nikmat sehat dan waktu luang." (HR. Bukhari, Tirmidzi dan Ibnu Majah).

Abdul Fattah bin Muhammad dalam Qimatuz Zaman ‘Indal ‘Ulama menjelaskan, kata "tertipu" dalam hadis ini bermakna merugi.

Banyak manusia yang merugi karena nikmat sehat dan waktu luang. Ada orang yang sehat fisiknya, namun ia seakan tak punya waktu untuk persiapan akhirat karena terlalu sibuk dengan kehidupan dunia.

Ada pula orang yang punya cukup waktu untuk mempersiapkan akhirat, namun fisiknya sedang tidak sehat. Padahal, apabila memiliki keduanya, manusia dapat memanfaatkan waktunya untuk beribadah dan beramal saleh.

Oleh karena itu, apabila diberikan nikmat sehat dan waktu luang, perbanyaklah ketaatan kepada Allah Swt. Sebab, masa sehat akan disusul sakit, dan waktu luang akan disusul kesibukan.

 

Jagalah 5 perkara sebelum 5 perkara

Rasulullah Saw pernah bersabda kepada seorang laki-laki dan menasihatinya;


اغْتَنِمْ خَمْسًا قَبْلَ خَمْسٍ: شَبَابَكَ قَبْلَ هَرَمِكَ، وَصِحَّتَكَ قَبْلَ سَقَمِكَ، وَغِنَاكَ قَبْلَ فَقْرِكَ، وَفَرَاغَكَ قَبْلَ شُغْلِكَ، وَحَيَاتِكَ قَبْلَ مَوْتِكَ

 

"Jagalah lima perkara sebelum (datang) lima perkara (lainnya). Mudamu sebelum masa tuamu, sehatmu sebelum sakitmu, kayamu sebelum miskinmu, waktu luangmu sebelum sibukmu dan hidupmu sebelum matimu." (HR Nasai dan Baihaqi).

Usia muda adalah masa emas dalam hidup, namun ia akan berlalu dan berganti tua. Sehat adalah nikmat terbesar, sebab saat sakit kita akan kesulitan beraktivitas.

Begitu pula dengan kaya dan waktu luang, berapa banyak orang yang mengharapkan keduanya. Lebih parah lagi, keempat perkara ini bisa hilang begitu saja dengan dicabutnya ruh dari badan.

Lima perkara pertama ini harus dimanfaatkan, sebab, Allah Swt akan menanyakannya di akhirat kelak.

 

Rasulullah Saw bersabda:

“Tidak akan bergeser kedua kaki anak Adam di hari kiamat dari sisi Rabb-Nya, hingga dia ditanya tentang lima perkara, tentang umurnya untuk apa ia habiskan, tentang masa mudanya untuk apa ia gunakan, tentang hartanya dari mana ia dapatkan dan untuk apa ia belanjakan, serta apa saja yang telah ia amalkan dari ilmu yang dimilikinya." (HR Tirmidzi).

 

Usia umat Nabi Muhammad antara 60 sampai 70

Rasulullah Saw wafat dalam usia 63 tahun. Begitu pula dengan umatnya, beliau bersabda:

أَعْمَارُ أُمَّتِى مَا بَيْنَ السِّتِّينَ إِلَى السَّبْعِينَ وَأَقَلُّهُمْ مَنْ يَجُوزُ ذَلِكَ

 

"Usia umatku (Muslim) antara 60 hingga 70 tahun, dan sedikit sekali dari mereka yang melewatinya." (HR Ibnu Majah dan Tirmidzi).

Hanya sedikit saja orang yang melewati batas usia ini. Sekalipun diberi umur lebih panjang, Allah Swt sedikit demi sedikit mengambil nikmatNya dari manusia.

Jika sudah seperti itu, tubuh akan mudah terserang penyakit, kekuatan fisik semakin berkurang, penglihatan mulai buram, kulit kian mengendur, rambut memutih, dan ingatan tak lagi tajam. 

Oleh karena itu, jangan sia-siakan waktu, sebab semua yang telah berlalu tak dapat kembali.  

 

Sumber: Disarikan dari beberapa hadis dalam Shahih Bukhari, Sunan At-Tirmidzi, Sunan An-Nasai, Sunan Ibnu Majah, dan Sunan Al-Baihaqi, dan keterangan dari Hilyatul Auliya wa Thabaqaatil Ashfiyaa karya Abu Nuaim al-Ashbahani, dan Qimatuz Zaman ‘Indal ‘Ulama karya Abdul Fattah bin Muhammad.


(SBH)