Ketika Bacaan Shalat Terlalu Panjang: Kisah Teguran Rasulullah kepada Muadz bin Jabal

N Zaid - Imam 15/12/2025
Kisah Pengingat agar Tidak Terlalu Memanjangkan Bacaan Saat jadi Imam Shalat. Foto: Pixabay
Kisah Pengingat agar Tidak Terlalu Memanjangkan Bacaan Saat jadi Imam Shalat. Foto: Pixabay

Oase.id - Malam itu, sebagian sahabat datang ke masjid dengan tubuh lelah setelah seharian bekerja. Mereka berharap bisa menunaikan salat Isya dengan tenang sebelum kembali beristirahat. Namun suasana berubah ketika imam membaca ayat demi ayat yang terasa tak kunjung usai. Bacaan yang panjang membuat salah seorang makmum akhirnya mengambil keputusan sulit: ia memisahkan diri dari barisan jamaah dan menyelesaikan salatnya sendiri.

Imam yang memimpin salat tersebut adalah Muadz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu, salah satu sahabat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dalam riwayat yang disampaikan Jabir bin Abdullah RA, Muadz kala itu mengimami salat Isya dan membaca Surah Al-Baqarah. Panjangnya bacaan inilah yang membuat seorang makmum memilih keluar dari jamaah.

Peristiwa itu kemudian terdengar oleh Muadz. Menukil dari Shalatul Mu’min Bab Imamah karya Dr. Sa‘id bin Ali bin Wahf Al-Qahthani yang diterjemahkan Abu Khadijah, Muadz berkomentar tentang makmum yang pergi tersebut dengan mengatakan, “Sungguh, dia itu munafik.”

Ucapan itu rupanya sampai ke telinga orang yang memisahkan diri dari barisan salat. Merasa tersudut dan tidak terima, ia pun mendatangi Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam untuk mengadukan kejadian tersebut. Dengan jujur ia menjelaskan kondisi mereka sebagai kaum pekerja yang mengandalkan tenaga sendiri dan mengurus ladang dengan bantuan unta. Ia berkata, “Wahai Rasulullah, semalam Muadz mengimami kami salat dengan membaca Surah Al-Baqarah. Aku pun memisahkan diri, lalu dia menuduhku sebagai munafik.”

Mendengar pengaduan itu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak menyalahkan makmum tersebut. Beliau justru mendatangi Muadz bin Jabal dan menasihatinya dengan penuh kelembutan. Dalam hadis riwayat Al-Bukhari, Nabi SAW menegur Muadz dengan sabda, “Wahai Muadz, apakah engkau ingin menjadi orang yang menimbulkan kesulitan bagi orang lain?” Teguran itu bahkan diulang hingga tiga kali. Rasulullah kemudian mengingatkan agar Muadz membaca surah-surah yang lebih pendek, seperti Asy-Syams atau Al-A‘la, atau surah lain dengan panjang yang sepadan.

Kisah ini menjadi dasar penting dalam tuntunan imamah. Para ulama menjelaskan bahwa imam dianjurkan membaca surah yang tidak memberatkan makmum. Hal ini bertujuan agar salat berjamaah tetap menjadi ibadah yang menenangkan, bukan beban. Meski demikian, ukuran “ringan” dan “berat” bacaan tetap mempertimbangkan kebiasaan serta kondisi jamaah di suatu tempat.

Muadz bin Jabal, Sahabat Berilmu dan Berani

Teguran Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam kepada Muadz sama sekali tidak mengurangi kedudukan mulianya. Muadz bin Jabal RA dikenal sebagai salah satu sahabat utama yang termasuk golongan assābiqūnal awwalūn. Nama lengkapnya adalah Muadz bin Jabal bin Aus al-Khazraji, dengan kunyah Abu Abdurrahman.

Ia masyhur sebagai sosok yang memiliki keluasan ilmu, khususnya dalam bidang fikih. Bahkan Rasulullah shallallahu alaihi  wa sallam pernah menyebut Muadz sebagai sahabat yang paling memahami perkara halal dan haram. Selain keilmuan, Muadz juga dikenal karena keberaniannya dalam membela dan memperjuangkan Islam.

Sebagaimana dinukil dalam Nukilan Tarikh karya Hasan Zein Mahmud, Muadz bin Jabal memiliki daya ingat yang kuat dan kecintaan mendalam terhadap ilmu. Kepribadiannya menjadi teladan bagi umat, bahwa semangat ibadah dan keilmuan harus selalu disertai dengan kebijaksanaan serta kepedulian terhadap sesama.


(ACF)
TAGs: Imam