Cara Beragama di Media Sosial

Sobih AW Adnan - Internet 22/02/2020
Photo by Pixabay from Pexels
Photo by Pixabay from Pexels

Oase.id- Zaman telah berubah. Akses informasi bisa diterima siapa saja tanpa adanya batasan. Termasuk, bidang agama.

Melalui media sosial, misalnya, seorang pengguna bisa mendapatkan aneka konten dan sajian yang mencerahkan. Akan tetapi, persis sebilah mata pisau, jejaring itu juga bisa menghadirkan dampak negatif, berupa persebaran kabar hoaks maupun fitnah.

Cendekiawan Muslim Profesor M. Quraish Shihab memberikan tips dan trik terhindar dari jeratan kabar palsu, fitnah, adu domba, sekaligus cara memilah informasi keagamaan di media sosial.

Penulis Tafsir Al-Mishbah itu mengatakan, kunci dari semuanya adalah kehati-hatian dan cakap literasi. 

"Kalau Anda bertemu dengan seseorang yang wajar (layak) dipercaya, kemudian dia mengucapkan satu kata yang bisa memberikan interpretasi lain, maka jangan langsung tuduh yang tidak-tidak. Bertanyalah, atau berprasangka baik," terang Quraish Shihab dalam program NewsMaker Medcom.id, yang Oase.id kutip pada Sabtu, 22 Februari 2020.

"Kalau menerima berita penting, selidiki. Jika tidak penting, abaikan," tambahnya.

Baca: Mengenal Aneka Tafsir Al-Qur'an Karya Ulama Indonesia dan Ide Penamaan Al-Mishbah

 

Prinsip kehati-hatian ini, menurut Prof Quraish, sejalan dengan firman Allah Swt dalam QS. Al-Hujurat: 6;

"Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu."

Sebagai pemahaman ayat lebih lanjut, kata Quraish, metode tabayun juga diperlukan untuk mengecek kredibilitas seseorang itu memang masuk kategori fasik, atau pun tidak.

"Karena memang ada orang yang sengaja mencari kesalahan di celah kebenaran yang diucapkan alias dipelintir," jelas dia.

Demi berlaku baik di media sosial, menurut Prof Quraish, cukup menerapkan 3 tips berikut;

"Kurangi bicara yang tidak perlu, hindari telinga dari apa saja yang bisa menimbulkan kesalah-pahaman, dan yang terakhir, hindari jemari dari gampangnya menari-nari (mengetikkan sesuatu) di ponsel," saran Quraish.

 

Kiat memilih sumber

Perkara hoaks bukan satu-satunya problem yang ditemukan di media sosial. Terlebih di bidang keagamaan, warganet juga dirasa penting untuk teliti terhadap siapa yang menyampaikan syiar itu secara hati-hati.

Quraish Shihab menyarankan, ketika mencari atau menerima wawasan keagamaan di media sosial, hendaknya menempatkan diri sebagai orang yang tengah memiliki keluhan kesehatan.

Baca: Prof Quraish Shihab: Islam Ibarat Bangunan
 

"Bersikaplah seperti sikap kita ketika sakit, yaitu berkunjung ke dokter. Kira-kira, apakah kita akan pilih dokter yang benar-benar pandai? Atau sekadar seseorang bergelar dokter, padahal tidak paham dengan bidangnya?" kata Prof Quraish.

Yang perlu dicatat adalah pentingnya menghindari pendapat dari seseorang atau tokoh yang cenderung berpendapat bahwa kebenaran agama adalah tunggal. Sebab menurutnya, Islam sangat memungkinkan menghadirkan pemahaman yang beragam di tengah kondisi umatnya yang memang berbeda-beda.

"Tuhan tidak pernah menanyakan 5 tambah 5 sama dengan berapa? Tapi Tuhan lebih bertanya 10 adalah berapa tambah berapa? Bisa jadi begitu," kata dia.

Untuk itu, latar belakang, prilaku, dan rekam jejak pendakwah menjadi hal utama yang perlu dipertimbangkan. 

"Jangan mencari pengetahuan agama dari orang yang dikenal pembohong. Meskipun dia tidak sedang berbohong dalam menyampaikan ayat dan hadis, itu bisa menjadi potensi penyampaian interpretasi yang keliru," jelas Prof Quraish.

Prof Qurasih baru saja menerima anugerah bintang tanda kehormatan tingkat pertama bidang Ilmu Pengetahuan dan Seni dari Pemerintah Mesir. Penghargaan ini lazim  diberikan kepada tokoh, ulama, dan cendekiawan yang dianggap berjasa dalam melakukan pembaharuan di bidang pemikiran Islam dan menyebarkan pemahaman yang moderat dan toleran.

Penganugerahan diserahkan Perdana Menteri Mesir Musthafa Kamal Madbouli, mewakili Presiden Abdul Fattah Al-Sisi pada pembukaan Konferensi Internasional tentang Pembaharuan Pemikiran Islam di Al-Azhar, Kairo, pada 27 Januari lalu.

 


(SBH)
TAGs: Internet