Doa Mencari Pekerjaan

Fera Rahmatun Nazilah - Doa Sehari-hari 06/07/2020
Photo by Peter Dazeley from Gettyimage
Photo by Peter Dazeley from Gettyimage

Oase.id- Rezeki tak jatuh begitu saja dari langit. Manusia, harus menjemputnya melalui usaha dan bekerja.

Bahkan, para nabi Allah pun bekerja semasa hidupnya. Dalam sebuah riwayat Al-Hakim disebutkan, Abdullah bin Abbas Ra pernah mengabarkan tentang pekerjaan para nabi.

Nabi Adam As merupakan seorang petani, Nabi Nuh As adalah tukang kayu, Nabi Idris As bekerja sebagai tukang jahit.

Nabi Daud As bekerja sebagai tukang tenun, Nabi Musa As adalah penggembala, Nabi Ibrahim As merupakan petani, dan Nabi Shalih As mencari nafkah dengan cara berdagang.

Sebagaimana para nabi terdahulu, Nabi Muhammad Saw juga bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. 

Saat remaja, Rasulullah Saw pernah menggembala kambing. Beliau juga pernah menjadi pedagang yang menjajakan jualannya dengan jujur dan telaten.

Baca juga: Doa agar Tetap Diberi Kelancaran Rezeki di Tengah Ekonomi yang Serba Sulit

 

Di masa pandemi ini, mencari pekerjaan menjadi makin sulit, persaingan kerja pun semakin ketat. Meskipun demikian, janganlah menyerah. Tetap berusaha dan hendaknya berdoa; 

يَا اللَّهُ يَا اللَّهُ يَا اللَّهُ أَسْأَلُكَ بِحَقِّ مَنْ حَقُّهُ عَلَيْكَ عَظِيمٌ أَنْ تُصَلِّيَ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ آلِ مُحَمَّدٍ وَ أَنْ تَرْزُقَنِيَ الْعَمَلَ بِمَا عَلَّمْتَنِي مِنْ مَعْرِفَةِ حَقِّكَ وَ أَنْ تَبْسُطَ عَلَيَّ مَا حَظَرْتَ مِنْ رِزْقِكَ

Ya Allah, Ya Allah, Ya Allah asaluka bihaqqi man haqquhu ‘alaika ‘adzhim an tushalli ‘ala Muhammadin wa aali Muhammadin wa an tarzuqaniyal ‘amala bimaa ‘allamtani min ma’rifati haqqika wa an tabsutha ‘alayya maa hazharta min rizkika.

"Ya Allah, Ya Allah, Ya Allah, aku memohon kepadamu dengan hak orang yang besar haknya atas-Mu agar Kau curahkan selawat atas Muhammad dan keluarga Muhammad. Karuniakanlah kepadaku pekerjaan dengan ilmu yang Kau ajarkan kepadaku dari makrifat-Mu. Luaskanlah untukku rezeki-Mu yang Engkau tahan."

 

Sumber: Disarikan dari keterangan dalam Al-Kaafi karya Abu Ja’far Muhammad bin Ya’qub bin Ishaq Al-Kulaini Al-Razi, serta Al-Mustadrak ‘ala As-Shahihain karya Abu Abdillah Al-Hakim Muhammad bin Abdullah bin Muhammad bin Hamdawih bin Nuaim bin al-Hakam ad-Dhabi.


(SBH)