Jangan Panik! Nabi Meminta Abu Bakar Berpikir Positif

Fera Rahmatun Nazilah - Sahabat Nabi Muhammad 03/03/2020
Photo by Scott Dukette from Unsplash
Photo by Scott Dukette from Unsplash

Oase.id- Sejak kecil, perjalanan hidup Rasulullah Muhammad Saw dipenuhi dengan berbagai ujian dan musibah. Namun, Nabi senantiasa menghadapinya dengan hati lapang dan pikiran terbuka.

Pernah suatu ketika rumah Rasulullah Saw dikepung para kafir Quraisy, mereka hendak membunuh utusan Allah itu. Akan tetapi atas pertolongan Allah, putra Abdullah ini berhasil kabur dan menghampiri kediaman sahabatnya, Abu Bakar.

Rasulullah Saw dan ayahanda Aisyah itu kemudian pergi hijrah ke Madinah. Mereka segera keluar dari Mekah sebelum fajar menyingsing. Keduanya, tidak melewati jalan utama demi menghindari kaum musyrikin.

 Nabi Saw dan Abu Bakar memilih jalur selatan Mekah, menuju ke arah Yaman.

Jalan memutar tentu membutuhkan energi lebih. Tatkala Rasulullah Saw dan Abu Bakr sudah merasakan kepayahan, mereka berdua memutuskan beristirahat di Gua Tsur. 

“Demi Allah, janganlah engkau masuk sebelum aku masuk, sehingga apabila ada sesuatu di dalamnya aku lah yang kena, bukan engkau,” ucap Abu Bakar. 

Abu Bakar segera mengecek kondisi gua, ia melihat ada beberapa lubang yang kemungkinan merupakan sarang hewan berbisa. Ia lalu merobek kain untuk menutup lubang tersebut. Namun sayang, kain itu tak cukup, masih ada dua rongga lagi yang tersisa.

Akhirnya, putra Abu Quhafah itu menggunakan kakinya untuk menutupi lubang tersebut.

Usai memastikan keadaaan aman, Abu Bakar mempersilakan Rasulullah Saw memasuki. Lelaki bergelar Al-Amin ini kemudian beristirahat menggunakan bantal dari sebongkah batu. 

Tak disangka-sangka, kaki Abu Bakar yang digunakan untuk menutupi lubang itu rupanya disengat sesuatu. Rasa sakit langsung menyebar ke seluruh tubuhnya, namun ia tak berani bergerak lantaran takut membangunkan Rasulullah Saw. 

Karena menahan sakit, air mata Abu Bakar seketika jatuh dan menetes di wajah Nabi Saw.

Nabi Saw pun bertanya “Wahai Abu Bakar, apa yang terjadi?”

“Demi ayah bundaku, aku disengat sesuatu yang berbisa,” jawab Abu Bakar. 

Rasulullah Saw kemudian meludahi luka ayahanda Asma ini, rasa nyeri akibat bisa itu seketika menghilang.

Situasi semakin genting, para kafir Quraisy dengan gencar memburu Rasulullah Saw. Tak hanya itu, mereka juga membuat sayembara, siapa saja yang dapat menemukan Muhammad dan sahabatnya dalam keadaan hidup atau mati, akan diberi imbalan berupa 100 ekor unta. Maka masyarakat Mekah ramai-ramai menjadi pemburu hadiah.

Abu Bakr sungguh kalut dan takut, ia cemas dan gelisah, dalam pikirannya terbayang-bayang, bagaimana jika mereka berhasil menemukannya dan Nabi Saw?

Dalam riwayat Bukhari disebutkan, saat itu Abu Bakar mendongakkan kepalanya, dilihatnya kaki-kaki orang Quraisy sudah berada di dekat gua Tsur yang ditempatinya. 

“Wahai Nabi, kalau ada satu saja dari mereka yang menunduk, ia pasti melihat kita,” ucap laki-laki yang dijuluki Ash-Shiddiq itu.

“Wahai Abu Bakar, bagaimana pendapatmu tentang dua orang, sedangkan yang ketiga adalah Allah?” jawab lelaki yang dijuluki Abul Qasim ini seraya menenangkan sahabatnya.

Dalam riwayat lainnya disebutkan bahwa Abu Bakar menjawab “Jika aku terbunuh aku hanyalah seorang lelaki biasa, sementara jika Anda terbunuh, maka binasalah umat ini.”

Sebetulnya, khalifah pertama ini tidak mengkhawatirkan keadaan dirinya, melainkan cemas atas nasib Rasulullah Saw. 

Baca: Sha'sha'ah, Sang Penyelamat Bayi Masa Jahiliyah

 

Meskipun berada dalam kondisi darurat, Nabi Saw tetap tenang. Beliau justru menenangkan sahabatnya itu dan meyakinkan bahwa Allah senantiasa bersama mereka.

Benar saja, pikiran positif Rasulullah membuahkan hasil, kaum kafir Quraisy gagal menemukan keduanya. Mereka justru bergerak berbalik pulang, padahal jarak mereka sudah amat dekat dengan dua buronan tersebut.

Rasa cemas berlebihan bisa menyebabkan otak tak bisa berpikir jernih. Allah Swt justru menjanjikan ketenangan bagi siapa saja yang berpikiran positif dan tidak cemas menghadapi situasi genting. 

 

Kisah ayahanda Fatimah dan Abu Bakar ini terangkum dalam QS. At-Taubah: 40;

"Jikalau kamu tidak menolongnya (Muhammad) maka sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Mekah) mengeluarkannya (dari Mekah) sedang dia adalah salah seorang dari dua orang, ketika keduanya berada dalam gua, ketika itu dia berkata kepada temannya: "Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita". Maka Allah menurunkan keterangan-Nya kepada (Muhammad) dan membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya, dan Al-Quran menjadikan orang-orang kafir itulah yang rendah. Dan kalimat Allah itulah yang tinggi. Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

 

Sumber: Disarikan dari kisah dalam Ar-Rahiq al-Makhtum karya Shafiyurrahman al-Mubarakfuri dan Shahih Bukhari.


(FER)