Apa itu Hadits?

N Zaid - Hadis Hari Ini 02/02/2023
Ilustrasi. Foto Pixabay
Ilustrasi. Foto Pixabay

Oase.id -  Islam memiliki dua sumber utama. Pertama adalah Al-Qur'an yang merupakan firman langsung Allah ﷻ yang diilhami kepada Nabi Muhammad ﷺ. Sumber kedua adalah ajaran Nabi ﷺ. Ajaran ini termasuk kata-katanya, tindakannya, dan hal-hal yang dia setujui. Ajaran Nabi ﷺ disebut sunnah. Sunnah ditemukan dalam teks-teks yang disebut ḥadīth. Hadits adalah pernyataan Nabi ﷺ yang diriwayatkan oleh para sahabatnya dan selanjutnya diriwayatkan kepada generasi berikutnya hingga ucapan-ucapan tersebut disusun dalam kumpulan hadits.

Nabi Muhammad ﷺ diutus sebagai utusan terakhir untuk umat manusia. Dengan kematiannya, pesan Islam selesai. Pelestarian kitab suci tidak terbatas pada teks Al-Qur’an, tetapi juga maknanya. Jika penjelasan Nabiﷺ diperlukan untuk memahami Al-Qur’an, maka ucapannya juga perlu dilestarikan, tidak hanya kata-kata Al-Qur’an. Dengan kata lain, tanpa sunnah Al Quran tidak akan terpelihara, yang tersisa hanyalah teks tanpa maknanya.

Bayangkan misalnya mencoba menemukan tata cara shalat yang hanya berdasarkan perintah “mendirikan shalat” dengan sedikit referensi rukuk dan sujud. Jumlah doa, waktu per hari, dan apa yang harus dibaca masih belum diketahui. Oleh karena itu, Sunnah adalah bagian dari pelestarian Al-Qur'an. Tanpa Sunnah, makna Al-Qur'an akan hilang dan lebih jauh lagi tidak akan terpelihara.

Keutamaan hadits
Semua Muslim, setuju bahwa hadits sangat penting untuk memahami Islam. Ḥadīts penting karena tanpanya Al-Qur'an tidak masuk akal. Mereka memberikan konteks pada ayat-ayat dalam Al-Qur'an. Al-Qur'an adalah buku yang agak ringkas dan karena itu berisi banyak pernyataan umum. Misalnya, Al-Qur'an memerintahkan umat Islam untuk salat, tetapi tidak memberikan perincian tentang bagaimana seseorang harus melakukan shalat.

Al-Qur'an juga memerintahkan umat Islam untuk menunaikan ibadah haji dan bersedekah, tetapi tidak memberikan perinciannya. Rincian ini ditemukan dalam ḥadīth di mana Nabi  ﷺ menjelaskan rincian dan mekanisme doa. Ada puluhan ayat dalam Al-Qur'an yang memerintahkan umat Islam untuk mengikuti Nabi ﷺ. Tanpa mengetahui ajarannya seseorang tidak mungkin memenuhi perintah ini.

Kumpulan hadits
Para sahabat Nabi ﷺ menghafal ucapan dan perbuatannya. Selain hafalan, banyak sahabat yang menuliskan hadits-hadits tersebut dalam koleksi pribadinya. Hadits-hadis ini diturunkan kepada murid-murid para Sahabat dan selanjutnya kepada murid-murid mereka. Beberapa cendekiawan Muslim mengumpulkan hadis-hadis tersebut menjadi kompilasi yang tersebar luas dan menjadi sumber utama hadis-hadis hingga saat ini.

Hadits adalah Sumber Utama Ajaran Islam
Ayat-ayat tentang otoritas ajaran Nabi ﷺ sangat banyak, untuk singkatnya kami hanya akan mencantumkan empat:

Al-Qur'an menetapkan bahwa Nabi ﷺ, harus dirujuk ketika perselisihan terjadi. Ini adalah contoh bagaimana Nabi ﷺ adalah seorang legislator dan tidak berbicara sembarangan. Al-Qur'an tidak dapat memerintahkan umat Islam untuk mengikuti Nabi ﷺ tanpa membuat sarana bagi mereka untuk mengetahui dan mengikutinya. Jika ajarannya tidak dilestarikan, maka Al-Qur'an akan memerintahkan umat Islam untuk mengikuti sesuatu yang tidak ada. Dari sini kita memahami bahwa bagian dari pelestarian Al-Qur'an adalah pelestarian Sunnah itu sendiri.

Otentikasi Ḥadīth
Untuk memastikan bahwa ḥadīths itu otentik dan tidak dibuat-buat, para ulama mengembangkan metode yang unik dan kritis. Ini terdiri dari dua komponen, pertama ulama meneliti orang-orang yang meriwayatkan ḥadīth. Mereka memastikan bahwa setiap orang dalam rantai pembawa pesan bertemu satu sama lain dan bebas dari karakteristik yang mendiskualifikasi. Sifat-sifat yang mendiskualifikasi ini termasuk berbohong, terlibat dalam dosa besar, atau memiliki motif yang diketahui atau jelas untuk mengarang hadits.

Kriteria kedua yang mereka gunakan adalah mengukur dan menilai memori narasi. Ini dilakukan secara empiris dengan membandingkan narasi siswa yang berbeda untuk melihat siapa yang mungkin melakukan kesalahan. Misalnya, seorang Sahabat Nabi ﷺ mungkin meriwayatkan sepuluh sabda Nabi kepada 15 murid. Ulama Ḥadīth kemudian secara individual akan meminta para siswa ini untuk membacakan ḥadīth kepada mereka. Jika dari 15 santri tersebut 13 santri mengatakan hadits tersebut mengatakan XYZ dan 2 mengatakan ZYX maka besar kemungkinan mereka melakukan kesalahan. Mereka kemudian akan mencatat bahwa narator ini memiliki ingatan yang buruk dan narasi mereka harus ditolak atau diterima dengan hati-hati. Hadits kemudian akan diklasifikasikan sebagai otentik, dapat diterima, lemah, atau dibuat-buat. Untuk detail lebih lanjut tentang proses ini, lihat artikel ini.

Contoh Pernyataan Nabi ﷺ Ditemukan dalam Ḥadīth
“Orang-orang yang tidak menunjukkan belas kasihan tidak akan menerima belas kasihan dari Allah” (Sahih Muslim).

“Tidak seorang pun di antara kamu yang (benar-benar) beriman jika kamu tidak menginginkan untuk saudaramu (yang beriman) apa yang kamu inginkan untuk dirimu sendiri” (HR Bukhari).

“Jangan memiliki niat buruk terhadap satu sama lain, jangan iri satu sama lain, jangan membelakangi satu sama lain; Wahai hamba Allah, jadilah saudara (dan saudari). Tidak diperbolehkan bagi seorang Muslim untuk tetap marah dengan saudaranya [dalam agama] lebih dari tiga hari (Sahih Bukhari).

“Ketika manusia meninggal dunia, semua amal dan berkahnya berakhir, kecuali tiga hal ini: sedekah yang terus menerus, ilmu yang bermanfaat bagi orang lain, dan anak yang diberkahi yang mendoakan mereka” (Sahih Muslim).

“Jika seseorang menutupi kesalahan hamba lain di hari kiamat, Allah akan menutupi kesalahannya” (Sahih Muslim).

Kesimpulan
Pernyataan Nabi Muhammad saw adalah sumber kedua dari pengetahuan dan hukum Islam. Tanpa pernyataan ini, Al-Qur'an kehilangan konteks dan maknanya. Para ulama telah mengembangkan ilmu yang mereka gunakan untuk menentukan tingkat keaslian masing-masing hadits. Ḥadīth berfungsi sebagai sumber pedoman bagi umat Islam dalam kehidupan sehari-hari mereka. Mereka menggunakan ḥadīth untuk belajar lebih banyak tentang Nabi ﷺ dan mencoba meniru tindakan dan karakternya.(whyislam)


(ACF)