Kisah Tentang Keagungan Bulan Rajab

Alquran (Gambar oleh Pexels dari Pixabay)
Alquran (Gambar oleh Pexels dari Pixabay)

Oase.id - Rajab merupakan bulan yang memiliki keistimewaan dan salah satu yang diagungkan dalam Islam. Banyak kisah-kisah menarik tentang bulan Rajab yang terjadi di zaman Nabi. Kisah-kisah di bawah ini kiranya bisa menjadi inspirasi dan menambah keimanan kita kepada Allah Swt.

Kisah Perempuan yang Meninggal di Bulan Rajab

Suatu ketika ada seorang perempuan di Baitul Maqdis menjadi seorang ahli ibadah. Bila tiba bulan Rajab, setiap harinya ia membaca Qulhuwallaahu Ahad (Al-Ikhlas) sebanyak 12 kali karena mengagungkan bulan Rajab. 

Selain itu, ia menukar pakaian besar/mewah dan mengenakan kain buruk. Saat bulan Rajab, ia menderita sakit dan sebelum meninggal sempat berwasiat kepada anaknya, supaya menguburkan kain buruknya itu. Namun oleh anaknya, dibungkus dengan kain-kain mahal, karena ingin dipuji orang.

Anak tersebut kemudian bermimpi. Dalam mimpinya tersebut ada seorang perempuan berkata, “Hai anakku, kenapa engkau tidak melaksanakan wasiatku. Sesungguhnya aku tidak rela kepadamu.” 

Anak itu ketakutan, lalu dibongkarnya kubur ibunya, namun ternyata tidak ada dalam kuburnya. Kebingunganlah anak tersebut, dan menangis keras.

Lalu, terdengarlah suatu panggilan mengatakan, “Tidaklah kamu tahu, bahwa barang siapa mengagungkan bulan Kami, Rajab, maka dia tidak Kami biarkan dalam kubur sendirian dan kesepian.”

Puasa di Bulan Rajab dan Pengampunan Dosa

Senada, diriwayatkan dari Abu Bakar ash-Shidiq Radiyallahu anhu (RA), bahwa ia mengatakan “Apabila telah lewat sepertiga malam pada Jum’at pertama dari bulan Rajab, maka tidak tinggal para malaikat di langit maupun di bumi, kecuali berhimpun di Ka’bah. Lalu Allah memperhatikan mereka seraya berkata, “Hai malaikat-malaikat-Ku, mintalah kamu apa yang kamu kehendaki.”

Mereka berkata, “Ya Tuhan kami, hajat kami ialah agar Engkau mengampuni orang yang berpuasa di bulan Rajab.”

Maka Allah Swt berfirman: “Sesungguhnya Aku telah mengampuni mereka.”

Imbuh Aisyah, bahwa ia berkata, Rasul ﷺ bersabda: “Semua manusia kelaparan pada hari kiamat, selain para nabi, keluarga-keluarga mereka dan orang yang berpuasa pada bulan Rajab, Sya’ban dan Ramadan. Sesungguhnya mereka kenyang, tidak merasa lapar maupun haus.”

Diceritakan pula dari Tsauban, bahwa suatu ketika pernah menyertai Rasul melewati suatu kuburan, Rasul seketika berhenti dan menangis keras seraya berdoa kepada Allah. Lalu Tsauban bertanya, “Kenapa kah Tuan menangis, ya Rasulullah?”

Jawabnya, “Hai Tsauban, mereka itu di azab dalam kuburan mereka. Lalu aku mendoakan mereka, maka Allah pun meringankan azab mereka.”

Selanjutnya, Rasul bersabda, “Hai Tsauban, sekiranya mereka itu berpuasa satu hari saja pada bulan Rajab, dan tidak tidur satu malam di bulan itu, niscaya mereka tidak akan di azab dalam kubur mereka.”

Lalu ia bertanya, “Ya Rasulullah, apakah puasa sehari dan salat semalam di bulan itu dapat menolak azab di kubur?”

Jawab Nabi, “Hai Tsauban, demi Allah yang telah membangkitkan aku benar-benar sebagai seorang Nabi, tidak seorang Muslim pun, baik laki-laki maupun perempuan, yang berpuasa sehari dan salat semalam di bulan Rajab, yang dengan itu menginginkan keridaan Allah, kecuali Allah mencatat untuknya ibadah satu tahun, yang dia puasai siangnya dan salati malam-malamnya.”

Hukum Salat Raghaib di Bulan Rajab

Imbuh para ulama, bahwa “Hadis-hadis yang meriwayatkan orang mengenai salat Ragha’ib adalah palsu. Dan yang dituduh membuat ialah Ibnu Jahm. Dan sesudah adanya keterangan ini, maka tak perlu diperhatikan sekali pun hadis-hadis itu disebutkan pada beberapa kitab dan risalah. Karena kami tahu, urusan agama dan diperolehnya pahala maupun hukuman adalah syari, dikarenakan akal dalam ini tidak merdeka. Salat tersebut pada malam ini, tidak pernah dilakukan oleh Nabi maupun salah seorang sahabatnya, dan tidak pula dianjurkan. Maka dari salat itu takkan diperoleh pahala, bahkan melakukannya adalah sia-sia yang dikhawatirkan memperoleh hukuman.”

Selaras, Al-Mawardi dalam al-Iqna menjelaskan, “Puasa pada bulan Rajab dan bulan Sya’ban adalah mustahab. Adapun terkait salat pada bulan tersebut, maka tidak ada riwayat yang pasti mengenai salat tertentu.”

Maka dengan demikian, bagi orang yang memiliki kepatuhan dan ketundukan agar tidak berlebihan kepada apa yang ditekuni, halnya salat Ragha’ib pada malam Jumat pertama bulan Rajab. 

Sebagaimana sabda Nabi yang mengatakan, “Hindarilah olehmu sekalian perkara-perkara baru. Karena setiap perkara baru adalah bid’ah, dan setiap bid’ah adalah sesat. Maka setiap kesesatan adalah dalam neraka.”

Hadis yang lain, bahwa Nabi bersabda: “Seburuk-buruk perkara adalah perkara-perkara baru.”

Konsklusi dari masing-masing kedua hadis ini menunjukkan, bahwa salat Ragha’ib pada malam Jumat pertama bulan Rajab adalah sesat. Karena, tidak pernah terjadi di masa para sahabat dan para tabi’in maupun di masa-masa imam-imam mujtahidin, bahkan baru terjadi sesudah abad keempat Hijriah Nabi.

Sumber: Disarikan dari keterangan dalam kitab Durratun Nashihin karyaUmar bin Hasan bin Ahmad Asy-Syahir Al-Khaubawiy


(ACF)