Idris Tawfiq, Pastur yang Dijemput Cahaya islam

N Zaid - Mualaf 07/03/2023
Idris Tawfiq. Foto: Ist
Idris Tawfiq. Foto: Ist

Oase.id - Hidayah bisa datang dengan berbagai cara, dan kepada siapa saja yang Allah kehendaki. Idris Tawfiq pun punya cerita tersendiri tentang pertemuannya dengan Islam. Dia tidak mencarinya, dan tidak mempertanyakan agama yang sebelumnya ia anut, hingga bergulat dengan pencarian. Cahaya islam seperti muncul begitu saja, dengan bertahap menjemputnya menjadi Muslim. Ia tidak didorong oleh kontradiksi yang muncul di pikirannya.

Idris Tawfiq, adalah seorang pemuka agama Katolik. Dia merupakan pastur. Dia kemudian memilih meninggalkan jabatan terhormatnya itu. Melepaskan profesi kependetaannya. Tetapi, itu bukan karena ia tertarik dengan Islam, atau merasa tidak puas dengan agama yang ia anut. Ia hanya merasa kesepian, karena seorang pastur tidak boleh menikah. 

"Kenapa saya menjadi Islam, bukan karena saya punya masalah dengan apa pun. Saya merasa senang saat beragama Khatolik. Dan saya tidak pernah punya rencana untuk meninggalkan agama saya. Tapi Allah yang Maha Besar berbicara dengan kita melalui cara yang sangat berbeda-beda. Dia mau membawa kita ke sisi-Nya. Terkadang Allah berbicara kepada manusia  lewat perantara gerakan matahari terbit yang indah, atau melalui ayat-ayat Quran, atau lewat pengetahuan, Dia berbicara dengan saya melalui hati saya sendiri. Karena Anda tahu bahwa pendeta di gerjea tidak menikah. Dan saya sangat kesepian," urainya dalam sebuah wawancara video. 

Idris pun meninggalkan pekerjaannya sebagai pendeta. Dan keputusan itu baginya merupakan sesuatu yang sangat berat ia rasakan." Seperti bercerai dengan istri dengan rumah yang habis terbakar". Jadi ini sesuatu yang besar," katanya. 

Ia pun memutuskan untuk menenangkan diri dengan pergi berlibur. Idris memilih Mesir, karena alasan biaya akomodasi dan perjalanan yang murah. "Saya tidak punya banyak uang. Saya cari yang murah," katanya.

Di Negeri itu lah ia berinteraksi dengan orang Islam, yang ia akui sebagai pertama kali selama hidupnya. Sebelumnya, ia hanya mengetahui Islam melalui media dengan stereotipe buruknya, seperti tentang terorisme. Idris khawatir banyak hal terutama tentang keselamatan dirinya. Ia bahkan takut dipenggal. Namun akhirnya ia tetap terbang ke Mesir. 

Dan orang yang mengenalkan Islam pertama kalinya itu, bukanlah seorang syekh atau guru agama, melainkan dari anak kecil. Ia sering melewati sebuah jalan, di mana ia bertemu anak penyemir sepatu yang selalu menyapanya dengan "Asalamualaikum".

Karena seringnya bertemu ia pun mengetahui beberapa bahasa Arab dari anak itu. Dan ia tahu bagaimana menanyakan kabar dengan bahasa Arab. Bocah itu mengucapkan "alhamdulillah". 

"Jadi pertemuan saya dengan Islam dimulai dari anak kecil yang mengatakan "Assalamualaikum & alhamdulillah."

Setelah berlibur dan kembali pulang, Idris tidak mengetahui apa pun tentang Islam, kecuali dua hal itu. "Tetapi saya telah mengetahui bahwa Muslim tidak seperti apa yang dikatakan dalam televisi," kisahnya.

Sekembalinya dari Mesir, Idris mencari pekerjaan dan ia diterima di sebuah sekolah, yang terkenal dengan murid-muridnya yang nakal. Di antaranya juga ada anak-anak Arab yang bergama Islam. Ia pun mengajar tentang 6 agama termasuk Islam. Ia tahu tentang Kristen dan Yudaisme, namun tidak dengan agama yang lain.

Karena tidak mengetahui tentang Islam, Idris pun mulai rajin membaca buku-buku Islam. Semakin banyak membaca, dia mengaku semakin suka dengan apa yang ia baca.

"Sampai 3 atau empat bulan dalam proses itu, saya menyadari bahwa saya juga menyebutkan nama Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam dan air mata pun keluar saat mengajar anak-anak.

"Tetapi saya harus menyembunyikan hal itu karena mereka adalah anak-anak nakal. Jangan sampai mereka melihat anda seperti itu,"

"Lalu bulan Ramadhan datang dan mereka mendekati saya & mengatakan, "Pak kami tidak tahu harus berdoa apa di bulan ini."

Dan yang menarik, ruangan kelas Idris adalah satu-satunya yang memiliki karpet dan tempat cuci. Murid-murid Muslim itu pun meminta izin untuk menggunakan kelasnya untuk salat.

Idris mengizinkannya. Selama Ramadan itu, ia hanya di belakang murid-murid itu, sambil menyiapkan pelajaran. Namun ia juga memperhatikan mereka. Hingga setelah Ramadan, ia tahu bagaimana tata cara salat. 

"Saya mulai merasa kagum lalu membuka internet. Tanpa mengatakan mereka, saya mempelajari kata-kata Arab yang mereka ucapkan saat shalat."  Idris juga ikut berpuasa. "Bukan karena Allah, tetapi untuk meneguhkan keyakinan murid-murid saya," katanya.

Idris pun mengaku itulah titik di mana ia akhirnya mengetahui tentang Islam, dan nyaman dengan Muslim. "Saya tahu mereka orang baik, saya merasa nyaman dengan Muslim."

"Lalu saya mulai pergi ke masjid London untuk belajar tentang Islam untuk diri saya sendiri. Bukan untuk kebutuhan mengajar, tetapi untuk hati & pikiran saya sendiri."

Dan salah satu pembicara saat itu adalah Yusuf Islam, atau Cat Steven, seorang mantan penyanyi. Dia pun mendatanginya dan bertanya kepada Yusuf Islam. "Apa yang saudara lakukan untuk menjadi Muslim? 

Tetapi sebelumnya saya mengatakan saya tidak mau menjadi Muslim, tetapi jika ada orang yang ingin lantas apa yang harus dilakukan?"

"Dia bilang, pertama Muslim percaya kepada satu Tuhan.Lalu saya katakan bahwa saya selalu percaya dengan satu Tuhan. Lau dia bilang Muslim salat lima kali sehari, kemudian saya katakan saya tahu caranya dan salat dengan bacaaannya (arab). Lalu dia menatap dengan agak aneh, kemudian bilang, "Muslim berpuasa di bulan Ramadan" dan saya bilang saya sebenarnya juga ikut berpuasa sepanjang Ramadan. Kemudian dia menatap mata saya dan bilang, "Saudara, anda sudah menjadi Muslim. Siapa yang ingin anda bodohi. Dan tepat setelah dia selesai mengatakan yang dia ucapkan barusan, azan panggilan salat pun berbunyi "Allahu akbar" untuk salat Magrib.

Semua pun langsung melaksanakan salat. Saat itu saya seperti orang mabuk, karena saya bisa mendengar kata-katanya dalam pikiran saya."Siapa yang ingin coba anda bodohi, anda sudah menjadi Muslim."

"Saya duduk di belakang, dan saat momen salat magrib itu, itu seperti Malaikat pun datang ke masjid. Itu adalah hal terindah yang pernah saya rasakan saat Quran mulai dibacakan. Dan saya pun mulai menangis, dan saya menangis, menangis seperti bayi."

"Saya rasakan dalam hati saya bahwa perjalanan dari pertama adalah tujuan saya sampai ke titik ini."

"Dan saat salat berakhir, saya katakan "Saudara saya ingin menjadi seorang Muslim tolong katakan apa yang harus saya lakukan," kata Idris.

Yusuf Islam pun membimbingnya mengucapkan shahadat. Idris Tawfiq pun sejak saat itu resmi menjadi Muslim.

"Terkadang ketika orang bertanya tentang perjalanan saya ke Islam, saya mendeskripsikannya sebagai dari Vatikan ke Al Azhar," kata Idris Tawfiq.

"Karena lucu. Saya anak dari utara dari sebuah kota kecil di Lancashire yang berasal dari keluarga katolik roma biasa dan pekerja biasa, dan saya berujung sebagai muslim yang berkeliling ke seluruh dunia bicara soal Islam, penulis delapan buku tentang Islam. Saya sekarang menulis untuk tiga surat kabar di Mesir," ujarnya dalam sebuah wawancara.

"Makna dari Vatikan ke Al Azhar benar-benar harfiah. Karena saya belajar di Roma untuk kependetaan dan saya sekarang mengajar di Al Azhar," imbuhnya lagi.

Idris Tawfiq meninggal dunia pada 18 Februari 2016.(berbagai sumber)
  


(ACF)
TAGs: Mualaf