Abu Ubaidah bin Al-Jarrah, Sahabat Nabi dengan Segudang Prestasi yang Wafat karena Wabah

Fera Rahmatun Nazilah - Sahabat Nabi Muhammad 19/03/2020
Photo by sylviacopol0 from Pixabay
Photo by sylviacopol0 from Pixabay

Oase.id- Kemunculan virus yang mewabah bukanlah hal baru. Sejak ribuan tahun lalu, berbagai pandemi pernah mencekam bumi. Salah satunya, peristiwa yang hadir di masa Amirul Mu’minin, Umar bin Khattab. 

Dampaknya, ribuan umat Muslim wafat. Tak terkecuali seorang sahabat Nabi yang bernama Amir bin Abdillah Al-Jarrah atau lebih dikenal dengan Abu Ubaidah bin Al-Jarrah. Putra Umaimah binti Ghanam ini termasuk salah satu dari jajaran Ass Sabiqun Al-Awwalun, orang-orang yang pertama kali masuk Islam.

 

Orang kepercayaan

Abu Ubaidah berasal dari kalangan Muhajirin yang ikut hijrah bersama Nabi ke Habasyah. Ia juga senantiasa turut bertempur bersama Rasulullah Muhammad Saw. Di antaranya, perang Badr, Uhud, dan Khandaq.

Sahabat yang dinobatkan sebagai salah satu Al-mubasyaruun bil Jannah (orang yang diberi kabar gembira masuk surga) ini memiliki begitu banyak keutamaan. Ia dikenal sebagai Muslim yang begitu lapang hatinya, jauh dari kedengkian, sering menasihati, giat beribadah, dan amat penyayang. Ia juga merupakan orang kepercayaan Rasulullah Saw.

Bahkan, Nabi pernah bersabda;

"Sesungguhnya setiap umat memiliki 'Amin' (penjaga/orang tepercaya) dan orang kepercayaan umat ini adalah Abu Ubaidah bin al-Jarrah." (HR. Bukhari)

 

Setelah Rasulullah Saw wafat, Abu Bakar Ash-Shiddiq merekomendasikan Abu Ubaidah untuk memegang tampuk kepemimpinan Islam. Ayah Aisyah ini mengajukan dua nama, Umar bin Khattab dan Abu Ubaidah bin Al-Jarrah. 

Hanya saja, Umar malah menunjuk balik Abu Bakar sehingga dialah yang akhirnya dinobatkan sebagai khalifah pertama selepas kepemimpinan Rasulullah Saw.

 

Akhir hayat

Selain merupakan orang kepercayaan Rasulullah Saw dan Abu Bakar, Abu Ubaidah pun berhasil meraih kepercayaan Umar. Kala Umar menjadi khalifah, dia mengangkat Abu Ubaidah sebagai panglima perang di Syam.

Di akhir kepemimpinan Abu Ubaidah, wabah Amwas menyebar. Pengambilan nama pandemi ini berdasarkan pertama kali virus itu muncul, yakni di kota Amwas, wilayah di barat Yerusalem, Palestina, 4 mil dari Baitul Maqdis.

Wabah ini begitu cepat menjalar ke tempat-tempat lainnya, termasuk Syam.

Ketika Umar bin Khattab hendak mengunjungi Abu Ubaidah di Syam, sekaligus menunaikan misi meninjau  kondisi rakyatnya. Sebelum rombongan Khalifah Umar sampai, Abu Ubaidah sudah menghampiri mereka terlebih dahulu.

 

Baca: Umar bin Khattab: Wabah Adalah Takdir, dan Menghindarinya Juga Takdir

 

Di sana Abu Ubaidah mengabarkan bahwa Syam tengah dilanda wabah penyakit.  

Mereka pun berdiskusi apakah khalifah kedua itu perlu melanjutkan perjalanannya ke Syam atau tidak. Umar bin Khattab bersama rombongannya memutuskan untuk kembali ke Madinah. Sedangkan Abu Ubaidah memilih untuk kembali ke daerah pimpinannya, di Syam.

Di sana, Abu Ubaidah senantiasa mengunjungi dan menghibur orang-orang yang sakit. Tubuhnya semakin melemah memikirkan keadaan rakyatnya. Hingga akhirnya, Abu Ubaidah pun tertular wabah dan jatuh sakit. 

Saat tubuhnya kian lemah, sahabat yang pernah mengelola Baitul Mal di masa Abu Bakar ini berkata;

“Aku berwasiat kepada kalian, jika kalian menjalankannya, maka kalian akan senantiasa berada dalam kebaikan. Dirikanlah salat, tunaikanlah zakat, berpuasalah dan bersedekahlah. Tunaikanlah haji dan umrah, hendaklah kalian saling menasihati dan saling mencintai. Taatilah pemimpin kalian dan jangan kecewakan mereka. Janganlah kalian terlena dengan dunia. Sesungguhnya seseorang jika hidup 1.000 tahun pun, ia akan mendapatkan akhir seperti yang kualami dan kalian saksikan sekarang.”

Abu Ubaidah bin Al-Jarrah akhirnya menutup usia pada tahun 18 H di usianya yang ke 58. Ia disalatkan oleh Muadz bin Jabal. Jenazah Abu Ubaidah dikuburkan Muadz, Amr bin Ash, dan Adh-Dhahak bin Qais.

Berdasarkan keterangan dalam Ath-Thabaqah Al-Kubra karya Ibnu Saad, Abu Ubaidah dikebumikan di Amwas. Sedangkan dalam Ma’rifatu Shahabah, Abu Nuaim menyebutkan bahwa sahabat senior ini wafat di Urdun (daerah Syam, sekarang Yodania) dan dikuburkan di Baisan.

 

Sumber: Disarikan dari kisah dalam Ath-Thabaqah Al-Kubra karya Ibnu Saad, Ma’rifatu Shahabah karya Abu Nuaim, Al-Isti’ab fii Ma’rifatil Ashab karya Abu ‘Umar Yusuf bin Abdullah bin Muhammad bin Abdul Bar bin ‘Ashim An-Numari Al-Qurthubi, serta At-Ta’azi wal Maratsi karya Abil Abbas Muhammad bin Yazid.


(SBH)