Wahyu Pertama dan Dukungan Hangat Sayyidah Khadijah

Sobih AW Adnan - Nabi Muhammad Saw 12/04/2020
Photo by Crystal Eye from Pixabay
Photo by Crystal Eye from Pixabay

Oase.id- Angin Mekah begitu dingin. Sementara sisa-sisa takut dan gemetar masih melekat di dada Muhammad.

Dengan tergopoh, pria suci yang telah didaulat sebagai nabi itu berusaha menyingkir dari Hira, sebuah gua yang telah menjadi saksi turunnya wahyu pertama untuk utusan paling akhir; rasul akhir zaman.

Ketika berhasil mencapai mulut gua, Nabi Saw kembali terkejut. Sesosok yang entah itu tiba-tiba kembali berdiri di atas angin sembari berkata;

"Wahai Nabi Muhammad, engkau adalah utusan Allah dan aku adalah Jibril."

Rasulullah berusaha memalingkan pandangan, serupa kebingungan. Anehnya, ke mana pun ia bergerak, makhluk yang baru saja memperkenalkan diri itu selalu merajai penglihatan.

Baca: Yang Dilakukan Rasulullah ketika di Rumah

 

Tak cuma itu, di sepanjang jalan, bebatuan dan pepohonan pun terdengar mengucapkan salam. Dengan penuh tergesa, Nabi terus menuruni bukit dan pulang.

"Wahai Abal Qasim, dari manakah engkau? Demi Allah, aku telah menyuruh orang untuk mencarimu hingga ke puncak Mekah, namun mereka kembali tanpa membawa hasil apapun," sapa Siti Khadijah kala menyambut suaminya di muka rumah. 

Nabi terdiam, lantas bersabda, "Selimutilah aku! Selimutilah aku! Agar rasa gemetar ini hilang!"

 

Siti Khadijah segera mengambil selimut dan memakaikannya. Lantas, sosok yang sangat dicintainya itu ia papah menuju kamar. Setelah tampak sedikit tenang, Khadijah berkata, "Sungguh, aku sangat mengkhawatirkan keadaanmu."
 
Khadijah terus membujuk agar Nabi berkenan menceritakan hal ihwal yang telah dialami. Tak lama, Nabi pun bangkit dan menuturkan perihal penerimaan wahyu itu secara gamblang dan jelas.

Baca: Aisyah, Perempuan dalam Mimpi Nabi

 

Mendengar kabar agung dari Rasulullah saw, Ummul Mukminin itu terus menenangkan dan berkata:
 
"Jangan takut. Bergembiralah! Allah tidak akan merendahkanmu. Sesungguhnya engkau menyambung hubungan keluarga, menafkahi kerabat, dan membantu orang-orang tidak mampu. Memberikan jamuan kepada tamu serta menolong orang-orang yang tertimpa musibah. Allah tidak akan mengizinkan setan mengganggumu, mereka tidak akan membuatmu tenggelam dalam khayalan. Tidak bisa diingkari lagi, Allah Swt telah memilih engkau untuk memberi petunjuk kepada kaummu."
 
Rasulullah pun mulai tenang, sehingga mulai ditapakilah jalan perjuangan sebagai penyampai kebenaran. Tentu, bersama Khadijah yang melulu mempersembahkan dukungan dan pengorbanan.

 

Sumber: Disarikan dari hadis dalam Shahih Bukhari dan Shahih Muslim, serta kisah dalam Al-Bidayah wan-Nihayah karya Ismail bin Umar Al-Quraisyi bin Katsir Al-Bashri  atau masyhur dengan nama Imam Ibnu Katsir.


(SBH)