Aisyah, Perempuan dalam Mimpi Nabi

Fera Rahmatun Nazilah - Sahabat Nabi Muhammad 01/04/2020
Photo by Gerd Altmann from Pixabay
Photo by Gerd Altmann from Pixabay

Oase.id- Siapa yang tak pernah mendengar nama Aisyah, putri dari sahabat mulia nan setia, Abu Bakar As-Shiddiq Ra.

Ia adalah perempuan dengan keilmuan luas bagai lautan, namanya terkenang dalam sejarah Islam, kisahnya bahkan diabadikan dalam kitab suci Al-Qur’an.

Aisyah dilahirkan dari rahim Ummu Ruman, 613 atau 614 M, sekitar 4 atau 5 tahun setelah kenabian.

Setelah Khadijah binti Khuwailid wafat, Rasulullah Muhammad Saw menikahi Aisyah pada bulan Syawal, beberapa bulan sebelum hijrah ke Madinah. 

Di tahun ke-2 setelah hijrah, barulah Nabi membina rumah tangga dengan Aisyah.

Sebelum dikhitbah Rasulullah, Muth’im bin Adi’ telah melamarkan Aisyah untuk putranya, Jubair bin Muth’im. Akan tetapi, rencana pernikahan itu kandas lantaran Abu Bakar dan keluarganya masuk Islam.

Sedangkan Muth’im bin Adi enggan memeluk Islam dan tidak mau memiliki kekerabatan dengan umat Muslim.

 

Nabi Saw memimpikan Aisyah

Aisyah adalah jodoh yang telah telah disiapkan Allah Swt untuk Nabi Muhammad Saw. Sebelum meminangnya, Rasulullah Saw sempat memimpikan Aisyah sebanyak dua kali. 

Rasulullah Saw berkata pada Aisyah “Aku diperlihatkan kamu dalam tidur (bermimpi) dua kali. Seseorang membawamu dalam balutan sutera kemudian berkata 'Ini adalah istrimu, bukalah (sutera) itu!'  Ternyata itu adalah engkau, maka aku katakan 'Kalau ini datangnya dari Allah, maka Dia pasti akan menetapkannya (untukku).” (HR. Bukhari) 

 

Dalam keterangan dalam An-Nisa Haula Ar-Rasul disebutkan bahwa yang menuntun Aisyah menuju Nabi Saw di mimpi tersebut adalah Malaikat Jibril As.  

 

Baca: Kala Nabi Ditantang Istri Berlari

 

Paling dicinta

Dalam riwayat Muslim disebutkan, Amr bin Al-Ash pernah bertanya pada Nabi, “Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling engkau cintai?”

"Aisyah," beliau menjawab

"Dan dari laki-laki?" Amr bin Ash kembali bertanya.

"Ayahnya," jawab Nabi Saw. 

Rasulullah Saw seringkali memanggil Aisyah Humaira (kemerah-merahan) karena pipinya yang merah merona. Di antara semua istri-istri Nabi, hanya Aisyah lah yang dinikahi dalam keadaan masih gadis.

 

Menemani hingga akhir hayat

Di akhir usia, Rasulullah Saw menderita sakit keras ketika sedang beristirahat di rumah salah satu istrinya, Maimunah. Namun, Nabi selalu menanyakan kapan waktunya tinggal di rumah Aisyah. 

Mengerti maksud Rasulullah Saw, Maimunah bersama istri-istri Rasul yang lain kemudian menyerahkan waktu mereka kepada Aisyah. Maka, selama kondisi Rasulullah Saw buruk, Nabi tinggal di kediaman Aisyah.

Sebelum wafat, Abdullah bin Abu Bakar masuk ke rumah Aisyah sambil membawa siwak. Rasulullah Saw pun memandanginya. Aisyah mengerti bahwa Nabi ingin membersihkan mulutnya.

“Maukah aku ambilkan siwak untukmu, ya Rasulullah?” tawar perempuan berjulukan Humaira itu.

Rasulullah pun mengangguk. Menyadari siwak yang diambilnya terlalu kasar, Aisyah segera melembutkan siwak itu dengan menggigit-gigitnya, lalu memberikannya kepada Nabi Saw dan beliau pun bersiwak. 

Tak lama setelah bersiwak, Rasulullah Saw menghembuskan napas terakhir, di pangkuan istri tercintanya, Aisyah. Sebagaimana pengakuannya:

"Nabi Saw wafat di rumahku, saat giliran malamku. Beliau berbaring di antara dadaku bagian atas dan bawah. Allah Swt menyatukan air liurku dengan air liur beliau." (HR. Bukhari)

 

Cerdas dan berilmu

Usia Aisyah masih sangat muda tatkala Sang Kekasih wafat, namun saudari Abdurrahman bin Abi Bakr ini sudah mewarisi banyak ilmu dari baginda Nabi.

Bagaimana tidak, ia adalah istri yang paling dicintai dan paling banyak menghabiskan waktu dengan Rasulullah.

Perempuan yang juga diberi julukan Ummu Abdillah ini mendapatkan pengajaran langsung dari Rasulullah Saw, tatkala ada perkara yang belum dipahami, ia dapat bertanya dengan leluasa kepada suaminya. 

Banyak ulama yang bersaksi atas keilmuan Aisyah yang begitu tinggi.

Az-Zuhri berkata “Apabila ilmu Aisyah dikumpulkan dengan seluruh ilmu Ummul Mukminin dan ilmu seluruh perempuan, maka ilmu Aisyah masih lebih baik.”

Abu Salamah berkata, “Aku tidak pernah melihat seseorang yang lebih mengetahui sunah Nabi Saw, lebih mengerti fikih ketika berhujjah, dan lebih mengerti ayat Al-Qur'an yang diturunkan selain dari Aisyah.” 

Aisyah wafat pada bulan Ramadan tahun 53 H dan dimakamkan di Baqi.

 

Sumber: Disarikan dari beberapa hadis dalam Shahih Al-Bukhari dan Shahih Muslim. Dan keterangan dalam Al-Ishabah fii Tamyiz Ash-Shahabah karya Al-Imam al-Hafiz Ahmad bin Ali bin Hajar Al-Atsqalani, Siyar A’lam An-Nubala karya Syamsuddin Muhammad bin Ahmad bin Utsman Adz-Dzahabi, serta An-Nisaa Haula Ar-Rasul karya Muhammad Ibrahim Salim.


(SBH)