Akhir Tragis Lars Vilks, Si Penghina Nabi Muhammad SAW

N Zaid - Nabi Muhammad Saw 01/10/2025
Kisah Kematian Lars Vilks, Si Penghina Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam. Foto: NY Post
Kisah Kematian Lars Vilks, Si Penghina Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam. Foto: NY Post

Oase.id - Lars Vilks (1946–2021) adalah seniman asal Swedia yang namanya mendunia bukan karena karya agung, tetapi karena penghinaan terhadap sosok yang paling mulia dalam Islam — Nabi Muhammad ﷺ. Pada tahun 2007, Vilks menggambawr sketsa yang menggambarkan Nabi dengan tubuh anjing, sebuah tindakan yang langsung memicu gelombang kecaman dari umat Islam di seluruh dunia. Sejak saat itu, hidupnya tak pernah lagi tenang.

Kontroversi yang Mengundang Murka Umat

Vilks mengklaim karyanya sebagai bagian dari diskusi seni tentang “kebebasan berekspresi”. Namun, bagi umat Islam, apa yang ia lakukan bukanlah ekspresi, melainkan penistaan terhadap sosok yang dimuliakan Allah dan seluruh umat beriman.
Islam jelas melarang penggambaran Nabi ﷺ dalam bentuk apa pun, apalagi dengan maksud merendahkan. Allah berfirman:

“Dan sesungguhnya engkau (Muhammad) benar-benar memiliki akhlak yang agung.”
(QS. Al-Qalam: 4)

Menghina Nabi berarti merendahkan sosok pilihan Allah yang membawa rahmat bagi semesta alam. Maka tak heran, gambar buatan Vilks menimbulkan kemarahan besar di dunia Islam. Protes bermunculan di banyak negara Muslim, sementara dirinya hidup dalam tekanan dan harus dijaga polisi selama bertahun-tahun.

Hidup dalam Ketakutan dan Ancaman

Sejak sketsa itu dipublikasikan, Vilks menerima banyak ancaman. Rumahnya sempat diserang dan ia terus hidup dalam bayang-bayang perlindungan aparat. Pada 2015, sebuah acara yang membahas “kebebasan berekspresi” di Kopenhagen diserang oleh pria bersenjata; Vilks disebut-sebut menjadi salah satu target utama. Sejak itu, ia hampir tak pernah muncul di ruang publik tanpa pengamanan ketat.

Ironisnya, kebebasan yang dulu ia banggakan justru hilang dari hidupnya sendiri. Ia menjadi tahanan dari konsekuensi perbuatannya — hidup berpindah-pindah, terus diawasi, dan dikelilingi oleh rasa takut.

Akhir Hidup dalam Kecelakaan Tragis

Pada 3 Oktober 2021, Lars Vilks tewas dalam kecelakaan lalu lintas di Markaryd, Swedia Selatan. Mobil yang membawanya bersama dua pengawal polisi bertabrakan dengan truk besar dan terbakar hebat. Ketiganya meninggal di tempat.
Otoritas Swedia menyebut kecelakaan itu sebagai musibah, bukan serangan terencana. Beberapa laporan menyebut ban mobil meledak sebelum tabrakan terjadi.

Berita kematiannya tersebar luas di media internasional. Namun bagi sebagian umat Islam, peristiwa itu dianggap sebagai peringatan bahwa siapa pun yang menghina Rasulullah ﷺ tidak akan luput dari akibat buruk.

Renungan dari Kisah Lars Vilks

Kasus Lars Vilks menjadi pelajaran penting tentang batas kebebasan yang sering disalahartikan. Dalam Islam, kebebasan bukan berarti bebas menghina. Kebebasan sejati adalah ketika seseorang tahu batas antara hak pribadi dan penghormatan terhadap keyakinan orang lain.

Rasulullah ﷺ sendiri adalah sosok yang penuh kasih, bahkan terhadap mereka yang menyakitinya. Namun, umat Islam tetap berkewajiban membela kehormatan beliau. Nabi bersabda:

“Tidak sempurna iman salah seorang di antara kalian hingga aku lebih dicintainya daripada dirinya sendiri, orang tuanya, dan seluruh manusia.”
(HR. Bukhari dan Muslim)

Penghinaan terhadap Nabi bukan hanya menyerang individu, tetapi juga mengguncang iman seluruh umat Islam. Karena itulah, reaksi umat terhadap kasus seperti Vilks bukan sekadar emosi, melainkan bentuk cinta dan penghormatan terhadap Rasulullah ﷺ.


(ACF)