Bagaimana Cara Salat Nabi Sebelum Isra Mikraj?

Sobih AW Adnan - Nabi Muhammad Saw 22/03/2020
Photo by Moslemwordpict
Photo by Moslemwordpict

Oase.id- Misi paling pokok dalam peristiwa isra mikraj adalah proses penerimaan Nabi Muhammad Saw atas perintah salat 5 waktu yang diberikan Allah Swt sebagai kewajiban umatnya. Akan tetapi, dalam banyak hadis, disebutkan bahwa Rasulullah Saw juga sudah rajin menunaikan salat sejak risalah kenabian pertama kali diturunkan.

Bahkan, dalam Al-Isra wa Al-Mi'raj, Ibnu Hajar Al-Atsqalani dan Imam As-Suyuthi menyebutkan, Rasulullah mengimami salat para nabi di Masjid Al-Aqsa Palestina sebelum menjalani peristiwa mikraj atau naik ke langit.

Dalam hadis riwayat Ahmad dari Ibnu Abbas disebutkan, "Ketika Rasulullah sampai di Masjidil Aqsha, beliau mendirikan salat. Tiba-tiba seluruh nabi lainnya ikut menunaikan salat bersama beliau."

Lantas, seperti apa salat Nabi Saw sebelum kewajiban 5 waktu diturunkan melalui peristiwa isra mikraj?

 

Sejak wahyu pertama

Ummul Mukminin Aisyah R.a pernah ditanya mengenai salat malam Rasulullah, lalu ia menjawab;

"Pernahkah Anda membaca surat ini (QS. Al-Muzammil)? Sesungguhnya Allah mewajibkan salat malam seperti di awal surat ini. Maka Nabi shallallahu dan para sahabatnya melaksanakan salat malam selama setahun, sampai kaki mereka bengkak, dan Allah tidak turunkan ayat-ayat akhir surat ini selama 12 bulan. Kemudian Allah menurunkan keringanan untuk salat malam seperti disebutkan pada akhir surat ini, sehingga salat malam hukumnya anjuran, setelah sebelumnya kewajiban. (HR. Nasai)

Baca: Pernah Suatu Ketika, Cuma Nabi yang Tak Terserang Wabah

 

Syariat salat juga sudah dikenalkan sejak kali pertama Allah Swt menetapkan Nabi Muhammad sebagai utusan-Nya. Hal ini sebagaimana ditegaskan dalam hadis;

"Malaikat Jibril datang kepada Rasul ketika menyampaikan wahyu pertama dan mengajarkannya wudu dan salat," (HR. Ahmad dan Ad-Daraquthni)

 

Dalam Al Nukat wa Al-Uyun, Yahya Ibnu Salam menjelaskan, semua keterangan mengenai kewajiban salat dalam Al-Qur'an yang turun sebelum terjadinya peristiwa isra mikraj bukanlah salat 5 waktu. Sebab, salat 5  waktu baru diwajibkan setelahnya. Yakni, setahun sebelum hijrahnya Nabi Saw ke Madinah.

 

Baca: Bayi Muhammad Pemanggil Hujan

 

Bersama Khadijah

Dalam Hayaatu Muhammad, Muhammad Husein Haikal menceritakan salat Nabi Muhammad jauh sebelum peristiwa isra mikraj berlangsung.

Kala itu, kalangan Quraisy sedang diserang krisis. Atas saran pamannya yang lain, Abbas bin Abdul Muthalib, Rasululullah diminta mengasuh salah satu anak dari pamanda kesayangannya, Abu Thalib.

Sejak itu, Abbas mengasuh Ja'far bin Abi Thalib, sementara Nabi, hidup bersama Ali bin Abi Thalib. 

Suatu hari, Ali memergoki Nabi dan Khadijah sedang rukuk dan sujud disertai beberapa bacaan Al-Qur'an yang telah diwahyukan kepada Rasulullah. Dengan penuh heran, Ali bertanya;

"Kepada siapa kalian bersujud?"

"Kami bersujud kepada Allah Swt," jawab Nabi.

Kemudian Rasulullah melanjutkan, "Dialah yang mengutusku menjadi nabi dan memerintahkanku untuk mengajak manusia menyembah Allah Swt."

Baca: 5 Sikap Nabi Menghadapi Wabah dan Penderita Penyakit Menular

 

Ali pun paham. Nabi mengajarinya tentang keesaan Allah dan tata cara salat. Saat itulah, Ali menjadi lelaki pertama yang masuk Islam.

Mengenai cara salat Nabi sebelum peristiwa Isra Mikraj, Ibnu Rajab dalam Fathul Bari menjelaskan, ada perbedaan pendapat di antara ulama mengenai hal ini.

Ada yang mengatakan bahwa salat yang diwajibkan pada Rasul bermula 2 rakaat pada waktu Subuh dan 2 rakaat waktu malam.

Sementara itu, Ibnu Qatadah mengatakan syariat salat yang diwajibkan sebelum perintah salat 5 waktu adalah 2 rakaat Subuh dan 2 rakaat pada waktu Isya. Wallahu a'lam.

 

Sumber: Disarikan dari beberapa hadis dalam Shahih Bukhari, serta keterangan dalam Al-Isra wa Al-Mi'raj karya Ibnu Hajar Al-Atsqalani dan Imam As-Suyuthi, Al-Nukat wa Al-Uyun karya Abi Al-Hasan Ali bin Muhammad Al-Mawardi, Fathul Bari bi Syarh Shahih Al-Bukhari karya Syihabuddin Abul Fadhl Ahmad bin Ali bin Muhammad Ibnu Hajar Al-Asqalani, serta Hayaatu Muhammad karya Muhammad Husein Haikal.

 


(SBH)