Mengenal Warna-warna Kesukaan Nabi Muhammad 

Sobih AW Adnan - Nabi Muhammad Saw 29/02/2020
Photo by Matt Seymour on Unsplash
Photo by Matt Seymour on Unsplash

Oase.id- Nabi Muhammad Saw penutup para rasul. Putra Abdullah bin Abdul Muthalib itu dianugerahi beragam keistimewaan untuk melancarkan jalan dakwah demi menggenapi ajaran tauhid para pendahulunya.

Yang tak boleh dilupakan adalah, Rasulullah Muhammad juga memiliki sifat jaiz untuk menunjukkan ciri kepribadiannya selayak manusia keumuman. Dalam ranah yang masyhur disebut araddul basyariyah ini, Nabi Muhammad pun pernah dan bisa merasakan kesedihan, kegembiraan, rasa sakit, terluka, lapar, haus, kantuk, dan lain sebagainya.

Termasuk sifat basyariyah Nabi Muhammad adalah menggemari warna tertentu. Berikut adalah beberapa warna yang disukai Nabi Muhammad Saw;

 

Putih yang terbaik

Imam Al-Asqalani dalam Bulughul Maram menjelaskan bahwa putih adalah warna favorit Nabi Muhammad Saw. Bahkan, mengutip hadis yang diceritakan Ibnu Abbas, Rasulullah merekomendasikan penggunaan putih sebagai warna pakaian.

Rasulullah bersabda, "Kenakanlah pakaian berwarna putih. Sesungguhnya putih itu warna terbaik bagimu. Bungkuslah mayatmu juga dengan kain berwarna putih."

Hadis dengan redaksi serupa juga diriwayatkan Tirmidzi dan Ibnu Majah dari Samurah bin Jundub. Dia berkata bahwa Rasulullah bersabda, "Kenakanlah pakaian putih karena pakaian itu lebih bersih dan paling baik. Kafanilah orang yang mati di antara kalian dengan kain putih." 

Imam Nawawi dalam Riyadhus Shalihin menjelaskan, memakai pakaian berwarna putih disunahkan karena Rasulullah telah menilainya sebagai warna paling bersih dan bercahaya.

 

Hijau adalah pakaian surga

Selain putih, Rasulullah Saw juga menyukai warna hijau. 

Ibnu Hajar Al-Haitami dalam Tanbih Al-Akhbar menyebutkan; "Pada hari raya kami disuruh memakai pakaian berwarna hijau karena warna hijau lebih utama. Warna hijau adalah afdal dari pada warna lainnya sesudah putih." 

Di dalam Faidhul Qadir, Al-Munawi menyebutkan bahwa alasan disukainya warna hijau karena rona tersebut merupakan bagian dari penanda surga.

"Hijau adalah yang paling Rasulullah sukai karena warna tersebut merupakan sebagian dari pakaian surga," tulis Al-Munawi.

 

Imam Al-Ghazali dalam Ihya Ulumuddin juga memaparkan bahwa di antara sarung, selendang, gamis, jubah, atau lainnya yang dimiliki, Rasulullah begitu menggemari yang berwarna hijau. Meskipun, pakaian dengan warna putih tetap menjadi busana yang paling banyak dipunyai Nabi.

 

Baca: Bayi Muhammad Pemanggil Hujan

 

Warna yang tidak disukai

Ibnu Umar berkata, Rasulullah Saw melarang pakaian berwarna "al-mufdam" (merah padam).

Kata "Al-Mufdam" tidak cuma bisa menyasar pada warna merah padam. Mengutip kamus Lisanul Arab yang disusun Ibnu Manzhur, lafal tersebut diartikan sebagai warna mencolok yang seakan-akan warna merahnya sudah tidak bisa lagi bertambah karena berada di ambang batas.

Meskipun begitu, keumunan sahabat, tabiin, imam mazhab, serta para ulama tidak sampai mengharamkan penggunaan pakaian berwarna merah. Hal ini dilandaskan pada hadis yang dirwayatkan Bara bin Azib yang mengatakan, "Aku pernah menyaksikan Nabi saw mengenakan pakaian berwarna merah.” 

Atau sebuah hadis yang diceritakan Hilal bin Amir dari ayahnya;

"Saya melihat Rasulullah Saw berkhutbah di Mina di atas bighalnya, beliau memakai selendang warna merah. Sementara Ali berada di depan beliau, mengeraskan apa yang disampaikan Nabi." (HR. Abu Daud)

Selain merah tua, Nabi juga tidak menyarankan pakaian berwarna kuning yang dihasilkan dari celupan kunyit. Sahabat Anas bin Malik berkata;

"Rasulullah saw melarang seorang laki-laki yang menggunakan za’faran (warna dari kunyit)." (HR. Bukhari, Muslim, Abu Daud)

Para ulama bersepakat bahwa pelarangan tersebut karena aroma kurang sedap yang berpotensi ditimbulkan kain celupan kunyit yang cukup tren di masa itu.

Dalam Ihya Ulummuddin diceritakan, Nabi juga memiliki pakaian berwarna hitam, akan tetap Rasulullah lebih memilih untuk memberikannya kepada orang lain.

Al-Ghazali mengisahkan bahwa Ummu Salamah pernah berkata, "Demi bapak dan ibuku sebagai tebusannya, apa yang diperbuat dengan jubah hitam ini?"

Nabi menajawab, "Aku telah memakainya."

"Aku belum pernah melihat yang lebih indah dari pada putihmu dibanding warna hitam," kata Ummu Salamah.

 

Sumber: Disarikan dari keterangan dalam Bulugh Al-Maram min Adillat Al-Ahkam karya Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Asqalani, Riyadhus Salihin karya  Imam Abu Zakariya Yahya bin Syaraf An-Nawawi, Tanbih Al-Akhyar ala Mu'dhalati Waqa'at fi Kitabai Al-Wazha`if wa Al-Adzkar karya Ibnu Hajar Al-Haitami, Faidhul Qadir Syarh Al Jami As-Shaghir karya Muhammad 'Abd Al-Ra'uf Al-Munawi, Ihya Ulumuddin karya Imam Muhammad bin Abu Hamid Al-Ghazali, serta Mu'jam Lisan Al-'Arab fi Al-Lughah karya Muhammad bin Mukrim atau Ibnu Manzhur.


(SBH)