Bayi Muhammad Pemanggil Hujan

Fera Rahmatun Nazilah - Nabi Muhammad Saw 10/01/2020
Ilustrasi awan/Pixabay/FelixMittermeier
Ilustrasi awan/Pixabay/FelixMittermeier

Oase.id- Mekkah dilanda paceklik. Sudah dua tahun, hujan tak juga turun. Lembah-lembah mengering, suara hewan saling bersahutan karena kelaparan.

Masyarakat Quraisy resah. Tak ada lagi yang bisa dilakukan, terkecuali mengadukan keluh kesahnya kepada pemuka mereka, Abu Thalib.

Sebenarnya, tanpa laporan dan keluhan warganya pun, pria bernama asli Imran tersebut mafhum. Tanah Haram, sudah sebegitu kritis dan gentingnya diterpa kekeringan.
 

Abu Thalib mengangguk-angguk kala mendengar para tamunya berbicara. Guna menjawab keinginan orang-orang akan diturunkannya hujan, ia melangkah keluar.

Di gendongnya bayi suci yang masih menyusui. Dialah Muhammad Saw, keponakannya yang kelak menjadi penerang bagi seluruh alam. 

Baca: Cerita Bilal Tak Mau Lagi Mengumandangkan Azan

Kini, Abu Thalib sudah tepat menghadap kakbah. Muhammad kecil disandarkan sejenak, lalu di angkatnya seraya mengucapkan doa;

"Ya Allah, dengan segenap hak anak ini!" Abu Thalib, mengulangi ucapannya tiga kali.

Tiba-tiba, langit yang sebelumnya tampak kosong membentang, langsung ditumbuhi gumpalan-gumpalan awan. Mega berarak dari segala penjuru arah, lantas turunlah hujan.

Sekejap, masyarakat terlongo. Tak lama, mereka bersorak penuh kegirangan seiring lengkingan Abu Thalib memuji keberkahan yang dibawa Muhammad. 

Mekkah kembali segar. Hujan telah kembali menyirami tetumbuhan juga harapan.

 

Sumber: Disarikan dari sebuah kisah dalam Al-Milal wan Nihal karya Muhammad Al-Shahrastani


(SBH)