5 Amalan Sunah yang Cocok Kamu Kerjakan Selama Physical Distancing

Fera Rahmatun Nazilah - Fenomena 24/03/2020
Photo by Abdulmeilk Majed from Pexel
Photo by Abdulmeilk Majed from Pexel

Oase.id- Masa social distancing atau physical distancing mungkin bisa membosankan, tapi sebenarnya peluang itu dapat kita manfaatkan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas ibadah.

Beberapa ibadah atau amalan sunah yang bisa kamu lakukan selama physical distancing di antaranya:

 

Salat 

Sejumlah orang mungkin memiliki keterbatasan waktu untuk melaksanakan salat sunah di kantor. Namun, saat work for home (WFH), kita bisa lebih leluasa beribadah jika dapat mengatur waktu dengan lebih baik. 

Nah, masa physical distancing ini bisa kita manfaatkan untuk menaikan kuantitas salat sunah, seperti salat duha, tahajud, hajat, taubat, witir, dan lainnya. 

Baca: WFH Bikin Enggak Produktif? Baca Doa Ini agar Terhindar dari Rasa Malas

 

Jangan sepelekan salat sunah, karena sesungguhnya amalan ini dapat menjadi penyempurna ibadah wajib.

Rasulullah Muhammad Saw bersabda;

"Sesungguhnya amalan yang pertama kali dihisab pada manusia di hari kiamat nanti adalah salatnya. Apabila salatnya baik, maka dia akan beruntung dan selamat. Apabila (salatnya) rusak, maka ia akan menyesal dan merugi. Jika ada yang kurang dari salat wajibnya, Allah Azza wa Jalla berkata, 'Lihatlah apakah hamba tersebut memiliki amalan shalat sunah?' Maka salat sunnah tersebut akan menyempurnakan salat wajibnya yang kurang. Begitu juga amalan lainnya seperti itu." (HR. Tirmidzi)

 

Berzikir dan membaca wirid

Selain berikhtiar menjaga diri dari penularan virus, kita juga dianjurkan memperbanyak doa, zikir, dan wirid, agar Allah Swt dengan kuasa-Nya berkenan senantiasa memberikan perlindungan.

Jangan lupa menambahkan kuantitas doa, zikir, istigfar, dan wirid. Wirdu Al-latif karya Habib Abdullah bin Alwi Al-Haddad bisa jadi salah satu pilihan wirid yang kamu baca, setiap pagi dan petang.

 

Membaca Al-Qur’an

Salah satu ibadah yang paling utama adalah membaca Al-Qur’an. Setiap huruf Al-Qur’an yang dibaca dapat mendatangkan kebaikan. Sedangkan setiap kebaikan akan dilipatgandakan menjadi sepuluh. 

Al-Qur’an juga akan memberi syafaat kepada pembacanya di hari kiamat nanti. Rasulullah Saw bersabda: 

"Bacalah Al Qur’an, karena ia akan datang memberi syafaat kepada para pembacanya hari kiamat nanti. (HR. Muslim)

 

Menghapal Al-Qur’an

Salah satu kemukjizatan Al-Qur’an adalah dapat dihapal secara keseluruhan oleh manusia. Padahal, satu buku berbahasa Indonesia saja sulit untuk ingat kata perkatanya secara sempurna.

Beda dengan Al-Qur’an meski berbahasa Arab. Kemudahan untuk menghapalnya meski oleh orang berlatar belakang dan asal bahasa berbeda merupakan keistimewaan. . 

Jika membaca Al-Qur’an saja mengandung begitu banyak keutamaan, menghapalnya tentu lebih berlipat lagi pahalanya.

Baca: 3 Hadis Tentang Keutamaan Berdonasi

 

Puasa 

Umat Muslim dianjurkan memperbanyak berpuasa di bulan-bulan haram, salah satunya Syakban. 

Aisyah Ra berkata, "Rasulullah Saw tidak pernah melaksanakan berpuasa lebih banyak dalam sebulan selain bulan Syakban, beliau seringkali berpuasa Syakban sebulan penuh." (HR Bukhari)

Ibnu Hajar Al-Atsqalani dalam Fathul Bari menyatakan, terkadang Rasulullah Saw berpuasa Sya’ban sebulan penuh, namun di kesempatan lainnya tak berpuasa sebulan penuh, melainkan hanya sebagian besar saja. 

Dalam riwayat lainnya disebutkan bahwa Rasulullah Saw suka berpuasa Rajab karena di bulan itu amal perbuatan manusia dilaporkan kepada Allah Saw. 

Usamah bin Zaid pernah bertanya kepada Rasulullah Saw, "Wahai Rasulullah Saw, aku tidak pernah melihat engkau berpuasa dalam satu bulan penuh sebagaimana engkau berpuasa di bulan Syakban?" 

Beliau bersabda: "Itulah bulan yang manusia lalai darinya; bulan di antara Rajab dan Ramadan, pada bulan itu (catatan) amal perbuatan diangkat kepada Rabb semesta alam, sehingga aku senang amalku diangkat ketika aku sedang berpuasa.” (HR. Nasai)

Di Indonesia, pandemi korona yang memberikan dampak kita harus berdiam diri di rumah memuncak sejak pertengahan Rajab, dan diperkirakan masih diupayakan pencegahannya sampai Syakban, bahkan Ramadan.

 

Sumber: Disarikan dari beberapa hadis dalam Shahih Al-Bukhari, Sunan An-Nasa’i, Sunan At-Tirmidzi, serta keterangan dalam Fathul Bari bi Syarhi Shahih al-Bukhari karya Ibnu Hajar al-Atsqalani.


(SBH)
TAGs: Fenomena