Hikmah Social Distancing ala Rasulullah

Fera Rahmatun Nazilah - Nabi Muhammad Saw 24/03/2020
Photo by Miguel Palomino Urdapilleta from Pixabay
Photo by Miguel Palomino Urdapilleta from Pixabay

Oase.id- Demi menekan penyebaran virus Covid-19, Pemerintah menerapkan kebijakan social distancing yang sejatinya adalah physical distancing. Yakni imbauan agar masyarakat sementara menjaga jarak fisik antarsesama. Semua pihak diminta untuk lebih banyak berdiam diri di rumah dan menjauhi kerumunan massa. 

Sebagai seorang Muslim, masa physical distancing ini bisa jadi cocok untuk menyendiri, memperbanyak ibadah, dan menjauhi segala kehidupan duniawi. 

 

Media permenungan dan berpikir

Sejatinya, menyendiri adalah praktik spiritual yang bisa dijadikan penanda untuk orang-orang yang mau berpikir. Dahulu, Nabi Ibrahim As seringkali menyendiri dan memikirkan kejadian alam semesta, begitu pula Nabi Muhammad Saw.

Saat usianya mendekati 40 tahun, Rasulullah Saw sering mengasingkan diri di Gua Hira, sebuah gua dengan panjang 4 hasta dan lebar 1,75 hasta di Jabal An-Nur.

Selama menyendiri di sana, istri Muhammad Saw, Khadijah binti Khuwailid selalu datang untuk membawakan makanan dan minuman. Meskipun tak lagi belia, namun Khadijah tak pernah absen berkunjung ke Gua Hira, menempuh perjalanan berliku yang menghabiskan waktu sekitar satu jam, dengan jarak 3 mil dari Mekah. 

Baca: 5 Sikap Nabi Menghadapi Wabah dan Penderita Penyakit Menular

 

Nabi Saw memulai berdiam di sana pada bulan Ramadan, menghabiskan waktunya untuk memberi makan orang-orang miskin, beribadah, dan bertafakkur tentang kejadian alam semesta. Juga memikirkan orang-orang di sekitarnya yang masih melakukan rutintitas penyembahan berhala, menyekutukan Allah Swt, dan berprilaku jahiliyah. 

Hati Muhammad Saw gelisah dengan perbuatan orang-orang di lingkungan dekatnya. Namun apa daya, putra Abdullah ini merasa belum menemukan jalan yang mampu membuat hatinya tenang dan yakin.

Oleh karena itu, Allah Swt memberikan insting kepada Nabi Saw untuk mengasingkan diri (‘uzlah) dan menjauhi kerumunan manusoa. Hikmahnya, agar lelaki keturunan Bani Hasyim ini terhindar dari kesibukan duniawi. 

Baca: Pernah Suatu Ketika, Cuma Nabi yang Tak Terserang Wabah

 

Mengenal Tuhan

‘Uzlah yang dilakukan Nabi Muhammad Saw ini terjadi 3 tahun sebelum Allah Swt menurunkan risalah kenabian. Allah Swt sudah mengatur skenario kehidupan utusan-Nya ini sebaik mungkin, agar Nabi Muhammad Saw mampu menanggung amanah besar yang akan diberikan kepadanya.

Saat usia lelaki berjulukan Al-Amiin itu genap 40 tahun, tanda-tanda kenabian mulai tampak, hingga di tahun ketiga dari pengasingan, tepatnya bulan Ramadan, Allah Swt menurunkan Malaikat Jibril untuk menyampaikan wahyu pertama kepada Nabi Muhammad Saw.

'Uzlah, sejatinya merupakan upaya untuk mengenal hakikat diri dan Allah Swt. Tokoh tasawuf Yahya bin Muadz Ar-Razi berkata;

“Barang siapa mengenal dirinya, sungguh ia telah mengenal Tuhannya.”

Sebagaimana Rasulullah Saw yang menjauhi kerumunan demi mengenal diri dan Tuhannya, masa physical distancing ini juga dapat menjadi moment tepat untuk merenungkan hakikat diri dan Sang Pencipta, juga meningkatkan ibadah kepada Allah Swt.

 

Sumber: Disarikan dari kisah dalam Ar-Rahiq al-Makhtum karya Safiyurrahman Al-Mubarakfuri.


(SBH)