Merasa Diri Paling Suci, Dilarang dalam Islam

Media Indonesia - Hukum Islam Agama 19/03/2022
Intelektual Muslim, Sukidi (Foto: Ist)
Intelektual Muslim, Sukidi (Foto: Ist)

Oase.id - Kecenderungan memamerkan ibadah dan mempertontonkan kesalehan ke ruang publik merupakan tantangan utama dalam ibadah seorang muslim. Islam dengan tegas melarang tindakan itu, karena mempertontonkan kesalehan secara simbolik ke ruang publik berujung kepada klaim merasa diri paling suci, lebih bertakwa, sehingga merasa berhak masuk surga.

Demikian diungkapkan Intelektual Muslim, Sukidi, dalam khutbah pada salat Jumat virtual yang diselenggarakan Takmir Masjid Darul Hikmah, Jumat (18/3).

Menurut Sukidi, panggilan beribadah harus didorong oleh kesadaran internal, dan harus ditopang oleh sikap tulus dan ikhlas. Aspek ketulusan dan keikhlasan dalam beribadah ini penting disadari oleh seorang muslim agar tercipta kedamaian dalam beribadah karena hati sepenuhnya terarah hanya kepada Tuhan.

Pemikir Kebinekaan itu mengutip firman Tuhan dalam surah al-Najm [53] ayat 32;

“Falā tuzakkū anfusakum, Huwa aʻlamu bimanittaqā.”

Artinya: “Maka, janganlah menganggap diri kalian suci- (sebab) Dialah (Allah) yang paling mengetahui siapa yang paling bertakwa di antara kamu.”

Sukidi menguraikan pendapat Abdullah bin Abbas (w. 68 H/687 M), seorang penafsir al-Quran otoritatif di periode awal Islam, bahwa ayat di atas merupakan penegasan tentang setiap insan yang tidak terbebas dari dosa, karena itu tidak layak untuk merasa diri paling suci.

Peringatan Tuhan di atas penting untuk diperhatian umat Islam agar tidak berlaku sombong atau merasa diri paling benar, saleh, dan suci, sebab perilaku semacam itu dapat menggugurkan nilai ibadah yang sesungguhnya kepada Allah.

Untuk menghindari diri dari sikap arogan tersebut, lanjutnya, penting bagi setiap muslim menyertai setiap ibadahnya dengan sikap rendah hati.

Bagi Sukidi, kerendahatian (humility) mampu membatasi seorang insan untuk tetap bersikap tawaduk karena menyadari keterbatasan dirinya yang memiliki kemungkinan untuk berbuat salah. Hanya Allah yang mengetahui kesucian dan ketakwaan seorang hamba.

Selain itu, larangan untuk merasa diri paling suci merupakan penegasan watak dasar Islam sebagai agama yang memberi rahmat dan kasih sayang kepada semua umat manusia, bukan kepada umat Islam semata.

Spirit berislam itu mengajak seorang muslim agar tidak berorientasi sektarian, yang hanya melihat kebenaran pada diri dan kelompoknya saja, tetapi berorientasi secara inklusif dan universal.

“Sifat memberi rahmat dan kasih sayang ini harus masuk dalam kesadaran umat yang terbuka pada yang lain melampaui batas etnis, agama, ras, budaya, dan negara,” ungkap doctor lulusan Universitas Harvard ini.

Sukidi mengingatkan, berislam haruslah memberi dampak positif kepada seorang muslim, yakni bersikap baik kepada semua umat manusia, bukan hanya kepada sesama muslim saja.

“Inilah Islam yang harus diteguhkan oleh semua umat muslim Indonesia,” katanya, “sebab Nabi Muhammad ﷺ diutus untuk memberi rahmat kepada semesta, untuk seluruh umat manusia, mercy for all, for all humankind.”

Seorang muslim, tambah Sukidi, memiliki kewajiban moral untuk menebarkan spirit Islam yang memberikan sikap welas asih kepada semua manusia. “The ethics of compassion, the ethics of loving kindness haruslah menjadi spirit dalam kita beragama,” ucapnya.

Karena itu, dalam beragama, umat Islam harus memegang teguh sikap rendah hati, menjauhkan diri dari sikap merasa paling benar atau paling suci, dan paling bertakwa kepada Tuhan.

Wahyu Ilahi di atas memberikan hikmah bahwa ibadah merupakan tindakan yang sangat pribadi dan rahasia. Karena itu, memamerkan ibadah dan mempertontonkan kesalehan ke ruang publik merupakan bentuk kesombongan diri.

Selain didasarkan pada ketulusan, ibadah juga harus didorong oleh kerinduan kepada Tuhan dan sebagai kebutuhan ruhani atas dahaga spiritual seorang hamba. “Dengan itu kita merasakan kehadiran Tuhan dalam hidup kita,” pungkasnya.

Artikel ini telah tayang di Mediaindonesia.com dengan judul: Islam Larang Merasa Diri Paling Suci


(ACF)