Keutamaan Membaca Surat Al-Kahfi Setiap Hari Jumat

Fera Rahmatun Nazilah - Doa Sehari-hari 06/03/2020
Photo by Tayeb MEZAHDIA from Pixabay
Photo by Tayeb MEZAHDIA from Pixabay

Oase.id-  Dari sekian kesunahan yang bisa diamalkan dalam menyambut hari Jumat, membaca QS. Alkahfi bisa menjadi pilihan. Surat yang merangkum kisah ashabul kahf (penghuni gua) ini memiliki beberapa keutaman, di antaranya;

 

Dilindungi dari kejahatan Dajjal

Salah satu fitnah atau cobaan terbesar di dunia adalah kemunculan Dajjal yang mengaku sebagai Tuhan di akhir zaman. Tipu dayanya begitu hebat hingga banyak manusia yang terpedaya.

Rasulullah Muhammad Saw sendiri senantiasa memohon perlindungan dari Allah Swt agar terlindung dari fitnah Dajjal. Salah satu upaya agar terhindar dari tipu muslihatnya adalah dengan menghafal QS. Al-Kahfi. Nabi Saw bersabda:

"Siapa yang menghafal sepuluh ayat dari awal surat Al-Kahfi, maka ia akan terpelihara dari (kejahatan) Dajjal." (HR. Muslim)

 

Baca: Ingin Mendapat Perlindungan Allah Swt? Bacalah 3 Surat Ini Setelah Salat Jumat

 

Diterangi cahaya di antara dua Jumat

Dari Abi Said al-Khudri, Rasulullah Saw bersabda:

"Sesungguhnya orang yang membaca surah Al-Kahfi pada hari Jumat akan (Allah) terangi untuknya cahaya di antara dua Jumat." (HR Hakim)

Imam Hakim dalam Al-Mustadrak menyatakan, hadis ini sanadnya sahih, akan tetapi tidak diriwayatkan Imam Bukhari dan Muslim. 

 

Dikaruniai sinar antara sang pembaca dan ka’bah

"Barangsiapa membaca surah Al-kahfi pada malam Jumat, akan (Allah) terangi untuknya cahaya di antaranya dan Baitul Atiq (ka’bah)." (HR Baihaqi)

Kata cahaya dalam hadis ini bisa bermakna dua. Pertama, cahaya hakiki, yang akan menerangi sang pembaca di akhirat kelak. Kedua, cahaya hati. Seseorang yang hatinya senantiasa diberi cahaya akan dibukakan pintu kemudahan melakukan amalan-amalan saleh. 

Berdasarkan hadis-hadis di atas, kesunahan membaca surah Al-Kahfi ini mencakup malam hari (malam Jumat) maupun siang hari. 

 

Sumber: Disarikan dari keterangan dalam Al-Majmu’ Syarh Al-Muhadzzab li Asy-Syairazi karya Yahya bin Syarf An-Nawawi dan Al-Mustadrak ala Ash-Shahihain karya Abu Abdullah Muhammad bin Abdullah Al-Hakim Al-Naisaburi. 


(FER)