Menerima Ketakutan Adalah Cara Terbaik Hindari Stres

Media Indonesia - Psikologi Remaja 15/04/2020
Photo by Tim Gouw from Pexels
Photo by Tim Gouw from Pexels

Oase.id- Ahli psikologi klinis dari University of Derby, Inggris Paul Gilbert mengungkapkan, manusia butuh belas kasih saat hadapi tragedi dan trauma.

Gilbert mendefinisikan belas kasih sebagai motivasi untuk terlibat dengan kesusahan dan penderitaan. Sekaligus berusaha untuk menemukan cara guna meringankan dan mencegahnya.

"Jadi, untuk membangun belas kasih, pertama, kita perlu keberanian untuk terlibat dengan rasa sakit dan penderitaan. Kedua, berkomitmen untuk belajar bagaimana cara terbaik untuk membantu diri sendiri dalam menangani hal ini, dan kemudian melakukannya," terang Gilbert sebagaimana dilansir dari The Guardian.

Gilbert menyebut ada banyak penderitaan akibat pandemi Covid-19. Bukan hanya karena virus, tetapi juga tindakan pencegahan yang memaksa orang tetap di rumah serta penutupan berbagai aktivitas. Hal itu, tentu menyebabkan hilangnya pekerjaan hingga memicu stres yang bisa meningkatkan kekerasan dalam rumah tangga.

"Perubahan semacam itu sangat memengaruhi kami secara pribadi dan sosial. Kesedihan orang lain juga memengaruhi kita. Berbelas kasih berarti mengakui bahwa kita tidak sendirian, tetapi disatukan dengan orang lain yang juga menghadapi atau berusaha mengatasi kesulitan-kesulitan ini," urai Gilbert.

Setiap orang dihantui pikiran negatif dalam menghadapi situasi tersebut. Pasti ada perasaan frustasi, stres, cemas, ataupun takut. Dibanding menegasikan perasaan itu, Gilbert menyarankan untuk merangkul rasa itu. Memilih untuk menerima, bukan menolak ataupun menegasikan emosional yang muncul.

 

"Ini akan membantu jika kita dapat menerima emosi-emosi itu dan merangkulnya, alih-alih mengabaikan atau menyangkal yang justru malah menambah penderitaan," sambungnya.

Baca: 7 Langkah Menjaga Kesehatan Jiwa di Tengah Cobaan Wabah Korona

 

Saat perasaan itu datang, yang harus dilakukan adalah bersikap welas asih pada diri sendiri. Setiap orang harus belajar untuk menoleransi, menanggung, dan mengelola perasaan itu. Tidak perlu frustasi dan putus asa ketika melihat kebijakan pemerintah yang dirasa tidak sesuai, layanan kesehatan tidak memadai, maupun ketika merasa tidak berguna karena hanya duduk di rumah.

"Belas kasih pada diri sendiri mengharuskan kita untuk mengingat bahwa situasinya yang membuat frustrasi, bukan kita," tegasnya.

Ia juga menyarankan setiap orang mengubah pola pikir, dari fokus pada diri sendiri menuju demi kepentingan bersama. Diam di rumah adalah perbuatan besar untuk melindungi orang lain. Tidak berkeliaran demi memutus rantai penyebaran Covid-19. Pikiran lebih besar seperti itu akan sangat membantu.

Rasa takut juga sebaiknya dikelola dengan baik. Harus diingat, bahwa manusia adalah makhluk sosial. Akan selalu ada manusia yang mengulurkan tangan untuk membantu sesama.  

"Manusia adalah makhluk yang sangat sosial. Mereka akan berbagi rasa sakit dan kesedihan. Selalu ada orang-orang yang ingin membantu. Jadi biarkan mereka membantu," tegasnya.


(SBH)