Jangan Langsung Menyalahkan, Berikan Dulu Udzur untuk Saudaramu!

Oase.id - Dalam kehidupan bermasyarakat, kita sering menemukan keadaan di mana saudara seiman berbuat sesuatu yang tampak keliru atau mengecewakan. Tanpa disadari, hati terdorong untuk menilai atau menyalahkan. Padahal, Islam mengajarkan sikap bijak: berbaik sangka dan memberikan udzur (alasan atau maaf) sebelum menuduh atau menilai buruk. Sikap ini tidak hanya menjaga persaudaraan, tetapi juga termasuk amal yang sangat dianjurkan oleh Allah dan Rasul-Nya.
Perintah Berbaik Sangka dalam Al-Qur’an
Allah SWT berfirman:
“Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa…”
(QS. Al-Hujurat: 12)
Ayat ini menjadi dasar pentingnya husnuzan (berbaik sangka) terhadap sesama Muslim. Memberikan udzur berarti menempatkan prasangka baik di atas dugaan negatif. Dengan demikian, kita terhindar dari dosa prasangka buruk yang bisa merusak hati dan hubungan sosial.
Anjuran dari Rasulullah ﷺ
Rasulullah ﷺ menegaskan keharusan untuk menghindari prasangka buruk. Beliau bersabda:
“Hati-hatilah kalian dari prasangka, karena prasangka itu adalah ucapan yang paling dusta.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadis ini memperingatkan bahwa prasangka seringkali lahir dari dugaan yang tidak didasari fakta. Memberikan udzur kepada saudara Muslim adalah cara untuk menutup pintu prasangka dan menjaga kemurnian hati.
Teladan Salafus Shalih
Para sahabat dan ulama terdahulu mencontohkan sikap mulia ini. Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu pernah berkata:
“Janganlah kamu berprasangka buruk terhadap perkataan yang diucapkan saudaramu, selama kamu masih menemukan kemungkinan baik padanya.” (Riwayat Ibnu Katsir dalam Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azim)
Ucapan Umar menegaskan bahwa selama ada satu saja alasan yang bisa dimaklumi, seorang Muslim wajib mendahulukannya daripada menyangka keburukan.
Manfaat Memberikan Udzur
Memberikan udzur memiliki banyak keutamaan, baik secara spiritual maupun sosial. Pertama, sikap ini menjaga ukhuwah Islamiyah, mempererat ikatan persaudaraan yang dibangun di atas keimanan. Kedua, hati menjadi lebih tenang karena terhindar dari prasangka negatif yang dapat menimbulkan kebencian. Ketiga, Allah SWT akan menutupi aib orang yang menutupi aib saudaranya, sebagaimana sabda Nabi ﷺ:
“Barang siapa menutupi aib seorang Muslim, Allah akan menutupi aibnya di dunia dan akhirat.” (HR. Muslim)
Hadis ini menunjukkan hubungan timbal balik: ketika kita memberi udzur dan menutupi kekurangan orang lain, Allah akan memberikan perlindungan serupa bagi kita.
Cara Mengamalkan Sikap Memberi Udzur
Untuk membiasakan sikap ini, langkah pertama adalah mengingat bahwa setiap manusia memiliki keterbatasan. Jika melihat saudara Muslim melakukan sesuatu yang tampak salah, pikirkan kemungkinan alasan baik: mungkin ia lupa, terpaksa, atau tidak mengetahui. Kedua, tahan lisan dari menyebarkan kabar atau menilai sebelum memastikan kebenarannya. Ketiga, jika perlu, sampaikan nasihat secara lembut dan pribadi, bukan di depan umum.
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Barang siapa yang menutupi aib saudaranya, maka Allah akan menutupi aibnya pada hari kiamat.” (HR. Ahmad dan Abu Dawud, dinilai sahih oleh Al-Albani)
Dengan demikian, memberi udzur bukan sekadar sikap sopan, melainkan amalan yang akan dibalas dengan kemuliaan pada hari akhir.
Memberikan udzur kepada sesama Muslim adalah cermin dari hati yang lapang dan iman yang matang. Al-Qur’an dan sunnah Nabi ﷺ mengajarkan agar kita selalu mendahulukan prasangka baik dan menahan diri dari penilaian tergesa-gesa.
Ketika melihat saudara seiman melakukan sesuatu yang menimbulkan tanya, ingatlah pesan para salaf: carilah seribu satu alasan kebaikan sebelum menuduh keburukan. Dengan begitu, ukhuwah tetap terjaga, hati bersih dari prasangka, dan Allah subhanahu wata'ala pun menutup aib kita sebagaimana kita menutupi aib saudara kita.
(ACF)