Zubaidah binti Abu Ja'far al-Manshur, Perempuan Ulama Pendiri Perpustakaan Baitul Hikmah

Siti Mahmudah - Perempuan muslim 31/07/2021
Foto: Pixabay
Foto: Pixabay

Oase.id - Nama lengkap beliau adalah Zubaidah binti Abu Ja’far al-Manshur. Lahir di Mosul, Irak pada 766 Masehi. Ia merupakan putri Khalifah kedua Dinasti Abbasiyah. Ibunya bernama Salsabil. 
Zubaidah menikah dengan Harun ar-Rasyid (khalifah yang terkenal).

Zubaidah merupakan perempuan ulama yang baik dan cerdas. Ia sangat menyukai ilmu pengetahuan dan sastra. Zubaidah sering kali mengundang para sastrawan dan cendekiawan ke istananya untuk berdiskusi tentang sastra dan membaca puisi.

Beberapa diantaranya yang ia undang adalah Abu Nuwas (penyair jenaka), Husein bin adh-Dhahak, Al-Jahizh (sastrawan, filsuf, ilmuwan), Abu al-‘Athiyah, Muslim bin al-Walid, dan lain sebagainya.

Senada, Dr. Muhammad Ahmad Abdul Hadi dalam majalah Asy-Syarq berjudul perempuan ulama Islam pada abad pertengahan menuliskan, “Lihatlah! Zubaidah istri/permaisuri Harun ar-Rasyid adalah perempuan ulama yang hafal Al-Quran, aktif dalam dunia sastra dan seni. Dinding kamarnya dihiasi dengan kaligrafi berisi puisi-puisi indah.”

Pada zaman keemasan Islam atau orang Barat menyebutnya “the golden age”, sastra dan ilmu pengetahuan nian berkembang pesat. Baghdad menjadi pusat peradaban dunia. Masa keemasan tersebut saat dipimpin oleh suaminya, Harun ar-Rasyid. Kesuksesan kepemimpinan Harun ditentukan oleh istrinya, Zubaidah. 

Kebijakan-kebijakan pemerintahannya dibantu oleh istrinya. Ia tidak segan berbagi peran dengan suaminya. Jika suaminya hendak keluar kota melakukan ekspansi pemerintahannya, ia dapat menghendel tugasnya.

Tidak hanya itu, selain sebagai permaisuri yang cakap dan gesit, Zubaidah dikenal sebagai ahli ibadah. Konon, ia juga memiliki 100 pelayan perempuan yang hafal Al-Quran. Setiap hari melakukan semaan Al-Quran di istana miliknya.

Zubaidah juga perempuan ulama yang mendirikan perpustakaan Baitul Hikmah. Perpustakaan ini diartikan sebagai rumah kebijaksanaan yang berfungsi sebagai tempat menghimpun buku-buku dan karya-karya ilmu pengetahuan dari penjuru dunia serta sebagai lembaga penelitian dan penerjemahan.

Lebih dari itu, Zubaidah juga yang mengusulkan dan mendorong suaminya untuk membangun sarana prasarana pendidikan dan gedung kesenian.

Ia juga membiayai ratusan orang yang berhaji. Konon, suatu hari saat ia pergi berhaji bersama mereka dan orang-orang sulit mendapatkan air minum. Seketika Zubaidah langsung memanggil bendahara untuk memerintahkan menyediakan insinyur dan arsitek bangunan.

Lalu dibuatkanlah saluran air sepanjang 10 kilo meter (km) dari Mekkah hingga Hunain dengan menghabiskan biaya sekitar 1.700.000 dinar. Saluran air itu kemudian diberi nama “Ain Zubaidah” yang artinya mata air Zubaidah.

Merujuk buku A’lam an-Nisa’, Al-Yafi’i selaku penulis biografi tokoh perempuan menyebutkan, bahwa mata air Zubaidah sebagai sebuah bangunan yang sulit untuk digambarkan keindahannya. Jejaknya masih terlihat dan mencakup bangunan besar yang mengagumkan.

Zubaidah wafat di Baghdad, tahun 831 Masehi dan dimakamkan di kuburan Quraisy.

Sumber: Disarikan dari keterangan dalam buku Perempuan Ulama di Atas Panggung Sejarah karya KH. Husein Muhammad


(ACF)