Sejarah Sahur

Sobih AW Adnan - Sahabat Nabi Muhammad 24/04/2020
Photo by WikimediaImages from Pixabay
Photo by WikimediaImages from Pixabay

Oase.id- Tahun pertama diperintahkan puasa Ramadan, Madinah tengah dilanda panas dan kekeringan. Meski sebagian sahabat sudah mafhum lantaran perintah serupa pernah ada dalam agama tauhid sebelumnya, akan tetapi menahan lapar dan dahaga saat cuaca sangat tak ramah tetap saja bukan tantangan sembarangan.
 
Salah satu sahabat Nabi Muhammad Saw yang taat adalah Qais bin Shirmah. Dengan tetap penuh semangat, ia menjalankan ibadah puasa tanpa sedikit pun mengurangi kebiasaan bekerja.
 
Magrib pun tiba. Sesampainya di rumah, Qais menanyakan menu apa yang bisa disantap untuk berbuka.

"Maafkan aku, suamiku. Tak ada satu makanan pun yang dapat dihidangkan hari ini. Tunggulah, aku akan mencarikannya untukmu," jawab istri Qais.

Baca: Cara Rasulullah Memendam Kangen Kampung Halaman

 

Tak ada takjil yang tersedia, bukan perkara aneh. Sebab, dalam kebiasaan puasa sebelumnya tidak dikenal kesunahan santap sahur dan berbuka.

Karena menunggu cukup lama, Qais pun terlelap.
 
"Kasihan sekali wahai engkau, Qais," ucap lirih sang istri sekembali pulang, tanpa berani membangunkan.

Pagi harinya, Qais terbangun, menunaikan salat Subuh dan langsung kembali bekerja di ladang. Hingga di tengah hari kemudian, terdengar kabar ia pun jatuh pingsan.

 

Apa yang menimpa Qais, akhirnya sampai ke telinga Rasulullah. Nabi bermenung, kemudian Allah Swt menurunkan penjelasan dalam QS. Al-Baqarah: 187;
 
"Dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam."

Baca: Cerita Benang Hitam dan Putih Sebelum Ramadan
 

Nabi Muhammad kemudian menyampaikan firman tersebut kepada para sahabat. Rasulullah juga bersabda, "Pembeda antara puasa kita (Muslim) dengan puasa ahli kitab (agama terdahulu) adalah makan sahur."
 
Mendapat kabar baik yang disampaikan Rasulullah, para sahabat merasa lega dan gembira. Di masing-masing benaknya yakin, anjuran santap sahur itu makin menjelaskan bahwa Islam adalah sebenar-benarnya agama keselamatan.

Sumber: Disarikan dari hadis yang diriwayatkan Al-Barra bin Azib dalam Al-Jami Al-Musnad As-Sahih Al-Mukhtasar min Umur Rasulilah wa Sunanihi wa Ayyamihi dan keterangan dalam Fathul Bari bi Syarhi Shahih Al-Bukhari karya Syihabuddin Abul Fadhl Ahmad bin Ali bin Muhammad bin Hajar atau dikenal Imam Ibnu Hajar Al-Atsqalani.


(SBH)