Wajah Baru Street Food Arab: Perpaduan Tradisi, Inovasi, dan Pengaruh Media Sosial

N Zaid - Kuliner 13/12/2025
Wajah Baru Street Food Arab: Perpaduan Tradisi, Inovasi, dan Pengaruh Media Sosial. Foto: Arabnews
Wajah Baru Street Food Arab: Perpaduan Tradisi, Inovasi, dan Pengaruh Media Sosial. Foto: Arabnews

Oase.id - Kuliner kaki lima Arab yang dahulu identik dengan shawarma, manakish, dan hidangan klasik lainnya kini memasuki fase baru. Street food Arab berkembang menjadi ruang kuliner hibrida yang dipengaruhi perjumpaan budaya, tren media sosial, serta generasi muda yang tumbuh dengan selera global namun tetap berakar pada identitas regional.

Dari food truck akhir pekan di Dubai, dapur konsep di Riyadh, hingga kafe fusion di Bahrain, muncul apa yang disebut sebagai Arab street food 2.0. Gerakan ini menghadirkan makanan rumahan, racikan lintas budaya, hingga resep kreator kuliner yang berkembang seiring interaksi digital.

Salah satu contoh paling menonjol adalah SmokinBarrel, merek pop-up kuliner yang didirikan koki asal Abu Dhabi, Marwan Charaf. Dikenal lewat daging asap berteknik lambat dan taco dengan sentuhan rasa Timur Tengah, SmokinBarrel kini menjadi langganan acara pop-up di kawasan Teluk.

Charaf mengaku usaha ini bermula dari rasa penasaran. Berbekal sebuah drum besi di halaman rumahnya, ia bereksperimen dengan teknik memasak berbasis kayu bakar. Dari sana, lahirlah gaya memasak yang mengandalkan insting dan eksplorasi rasa.

Lingkungan multikultural Uni Emirat Arab turut membentuk identitas kulinernya. Sejak kecil, Charaf terbiasa berinteraksi dengan beragam budaya dan masakan, yang kemudian menginspirasinya memadukan daging asap dengan bumbu dan bahan lokal kawasan.

SmokinBarrel tidak sepenuhnya mengikuti pakem barbeku Amerika atau Meksiko. Menu yang dihadirkan merupakan hasil perpaduan rasa global dengan bahan regional, yang terus disempurnakan melalui interaksi langsung dengan pelanggan dalam berbagai acara pop-up.

Model pop-up sendiri menjadi laboratorium kreatif bagi banyak pelaku kuliner. Media sosial kemudian mempercepat penyebaran tren ini. Di kawasan Teluk, puluhan kreator kuliner rumahan menjelma menjadi merek mikro, memanfaatkan video resep singkat untuk membangun audiens dan memengaruhi selera pasar.

Platform digital kini berfungsi sebagai etalase kuliner. Kreator memiliki pengaruh yang setara dengan restoran dalam membentuk tren makanan. Salah satu figur paling menonjol adalah Abu Julia, juru masak asal Palestina yang popularitasnya melonjak sejak masa pandemi. Lewat video singkat, ia memperkenalkan masakan rumahan Palestina dan Levant ke audiens global.

Figur lain seperti Baraa El-Sabbagh, ahli gizi berbasis di UEA, juga memanfaatkan media sosial untuk mempromosikan pola makan sehat melalui resep praktis dan mudah diikuti, khususnya bagi perempuan di berbagai fase kehidupan.

Di ranah dessert, Khulood Al-Ali dikenal karena memodernisasi kudapan khas Khaleeji seperti chebab dan khabeesa dengan sentuhan teknik modern dan tampilan kafe kontemporer.

Arab Saudi pun memiliki kreator berpengaruh, salah satunya Dalia’s Kitchen, yang menyajikan resep sederhana dengan sentuhan modern pada hidangan rumahan khas Saudi. Ada pula koki Hala Ayash, yang dikenal lewat video masakan cepat dan ramah keluarga, mengadaptasi hidangan Levant dan Teluk untuk kebutuhan sehari-hari.

Di Bahrain, perkembangan street food juga dipengaruhi generasi baru koki dan kreator. Tala Bashmi, misalnya, dikenal lewat reinterpretasi masakan Teluk dengan teknik modern tanpa menghilangkan esensi tradisional. Sementara akun seperti Foodie BH berperan sebagai pemandu kuliner lokal yang menyoroti kafe fusion dan konsep rumahan.

Fenomena ini membuat banyak anak muda mengenal sebuah hidangan lewat layar ponsel sebelum mencicipinya langsung di restoran. Media digital pun menjadi faktor utama dalam evolusi street food Arab.

Pengaruh tersebut bahkan melampaui kawasan Teluk. Kreator diaspora Arab seperti Akram Cooks, keturunan Yaman-Amerika di New York, serta The Golden Balance, kreator Suriah-Amerika, turut memperkaya percakapan kuliner dengan memadukan resep tradisional dan teknik global.

Bagi Marwan Charaf, media sosial menjadi jembatan utama dengan komunitas. Lewat Instagram dan TikTok, ia berbagi menu baru, jadwal pop-up, hingga proses di balik dapur, sekaligus menyerap masukan langsung dari pelanggan.

Namun tidak semua pelaku kuliner menjadikan media sosial sebagai penentu utama. Restorator Dubai Salam El-Baba, pendiri Dukkan El-Baba dan Tacosita, menekankan bahwa konsep usahanya berangkat dari pengalaman rumah dan kehangatan keluarga, bukan tren digital semata.

Meski demikian, El-Baba melihat gelombang baru street food Arab sebagai cerminan generasi muda yang mengekspresikan identitas lewat makanan, dengan tetap menjaga akar tradisi.

Secara keseluruhan, street food Arab kini memasuki era baru—era yang ditandai oleh kreativitas, kualitas, dan keberanian bereksperimen. Bukan lagi sekadar makanan cepat saji, tetapi ruang ekspresi budaya yang terus berkembang di tengah perubahan zaman.


(ACF)
TAGs: Kuliner