Menag Nasaruddin: Gunakan Handphone untuk Malaikatnya, Jangan Tengok Iblisnya

Oase.id - Pemerintah kembali menegaskan komitmennya dalam melindungi anak-anak di ruang digital melalui penandatanganan nota kesepahaman Rencana Aksi Implementasi Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 17 Tahun 2025 tentang Tata Kelola Penyelenggaraan Sistem Elektronik dalam Pelindungan Anak (PP Tunas). Kegiatan ini berlangsung di Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta Timur, pada Kamis (31/7/2025).
Menteri Agama Nasaruddin Umar hadir dan menandatangani nota kesepahaman tersebut bersama lima menteri lainnya, yakni Menteri Komunikasi dan Digital Meutya Hafid, Menteri Dalam Negeri Muhammad Tito Karnavian, Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Abdul Mu’ti, Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Wihaji, serta Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Arifah Fauzi.
PP Tunas dirancang sebagai respons atas meningkatnya ancaman digital yang dihadapi anak-anak, mulai dari paparan konten tidak layak, eksploitasi data pribadi, adiksi terhadap gawai, hingga dampak negatif terhadap kesehatan mental.
Dalam sambutannya di hadapan ratusan pelajar madrasah dan sekolah umum, Menteri Agama menekankan pentingnya pendampingan spiritual saat anak-anak mengakses dunia digital. Ia menyampaikan pesan agar penggunaan gawai dilakukan secara bijak dan bernilai positif.
“Handphone ini bisa ada iblisnya, bisa ada malaikatnya. Gunakan handphone untuk kebaikan, mencari ilmu, belajar agama. Jangan menengok iblisnya ya, lihat malaikatnya,” kata Menag Nasaruddin Umar.
Menag juga memberikan nasihat praktis agar anak-anak selalu sadar saat berselancar di dunia maya. Salah satunya, dengan membiasakan diri memulai aktivitas digital dengan doa.
“Setiap kali membuka handphone, kalau yang beragama Islam, baca Bismillahirrahmanirrahim. Supaya nanti jangan terbuka iblisnya itu. Kalau terbuka iblisnya, cepat pindah ke malaikatnya,” pesannya.
Lebih jauh, ia mengingatkan para pelajar agar berani menegur teman yang menyalahgunakan gawai untuk hal-hal negatif.
“Kalau kalian melihat ada teman yang membuka sisi iblis dari pemanfaat handphone, tegur dia ya. 'Eh, jangan, itu merusak dalam pikiran kita',” imbau Menag.
Menurutnya, teknologi bukanlah musuh yang harus dihindari, melainkan alat yang dapat digunakan untuk kebaikan atau sebaliknya, tergantung niat dan kebiasaan penggunanya.
“Di handphone itu ada pembelajaran, belajar ngaji, azan, dan lainnya. Itu bagian dari malaikatnya,” tambahnya.
Menag Nasaruddin menegaskan bahwa pelindungan anak di era digital tidak bisa hanya dibebankan pada satu pihak. Ia menekankan perlunya sinergi antara kementerian, lembaga pendidikan, keluarga, dan tokoh agama agar anak-anak mendapatkan panduan moral dan spiritual dalam berinteraksi dengan dunia maya.
“Semoga kita berkah. Ini adalah pelajaran agar kita semua tetap berpihak pada nilai-nilai kebaikan dalam kehidupan digital,” pungkasnya.(kemenag)
(ACF)