Inggris Jajaki Kerja Sama Pendidikan dan Keuangan Syariah dengan Kementerian Agama

N Zaid - Kementerian Agama 24/07/2025
Foto:Kemenag
Foto:Kemenag

Oase.id - Santri Indonesia berpeluang lebih besar menempuh pendidikan di Inggris. Harapan itu menguat setelah pertemuan antara Menteri Agama Nasaruddin Umar dan Duta Besar Inggris untuk Indonesia, Dominic Jermey, yang berlangsung di Kantor Kementerian Agama, Jakarta, Rabu (23/7/2025). Pertemuan ini membahas penguatan kerja sama di bidang pendidikan, khususnya dalam membuka akses internasional bagi para santri pondok pesantren.

Menteri Agama menuturkan bahwa Indonesia memiliki lebih dari 30.000 pesantren dengan populasi santri aktif antara 3,4 hingga 4,37 juta orang. Ia menekankan bahwa sistem pendidikan di pesantren sangat khas dan intensif, membentuk daya tahan belajar, disiplin, dan fokus yang tinggi di kalangan santri.

“Santri terbiasa belajar bukan hanya pada jam sekolah, tapi juga hingga malam dalam lingkungan terstruktur. Ini membentuk karakter yang kuat,” ujar Nasaruddin, dikutip dari laman resmi Kemenag, Rabu (23/7).

Menurutnya, Inggris merupakan salah satu tujuan studi yang diminati mahasiswa Indonesia. Selain masa studi yang efisien, lingkungan sosial dan akademik yang inklusif membuat banyak pelajar merasa nyaman, termasuk mahasiswa yang berhijab.

“Mahasiswa berhijab merasa aman dari diskriminasi di sana. Kampus-kampus Inggris juga menjunjung kesetaraan dan keterbukaan, termasuk dalam relasi antara dosen dan mahasiswa,” tambahnya.

Dubes Dominic Jermey menyambut baik paparan tersebut dan menyampaikan kesiapan negaranya memperluas kerja sama, termasuk membuka peluang studi bagi santri, peningkatan pengajaran bahasa Inggris, dan dukungan karier.

“Kami siap membantu mempermudah proses visa dan ingin mengetahui bentuk dukungan lain yang dibutuhkan agar kerja sama ini dapat berjalan,” kata Jermey.

Sebagai tanggapan, Menag mengusulkan dua hal utama yang perlu dipenuhi agar program berjalan optimal. Pertama, penyediaan tenaga pengajar bahasa Inggris dari penutur asli (native speaker) untuk memperkuat kemampuan berbahasa para santri. Kedua, dukungan promosi dari universitas-universitas Inggris ke pesantren-pesantren, terutama di daerah.

Jika kerja sama ini terealisasi, Menag menyatakan Direktorat Pesantren siap mengoordinasikan tindak lanjut secara cepat dan sistematis.

Dalam kesempatan yang sama, Jermey juga menyampaikan ketertarikan Inggris terhadap pengembangan keuangan syariah di Indonesia, termasuk potensi investasi dalam pengelolaan dana haji.

Menag merespons positif, namun menekankan pentingnya kerja sama tersebut mengikuti regulasi yang berlaku serta mendapat arahan dari Presiden dan Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH).

Pertemuan tersebut ditutup dengan kesepakatan untuk menindaklanjuti pembahasan melalui langkah-langkah konkret sebagai bentuk komitmen mempererat hubungan bilateral kedua negara, khususnya di bidang pendidikan dan ekonomi syariah.


(ACF)