Kisah Pengusaha Mengislamkan Kuliner China

N Zaid - Kuliner 04/01/2024
Foto: Perpusnas
Foto: Perpusnas

Pada 1990-an kisah Haji Omar pernah diangkat oleh media nasional Harian Pelita. Kisahnya cukup menarik. Ia pengusaha kuliner yang berhasil 'mengislamkan masakan China'.

Kisah Haji Omar diawali dengan pengalamannya sebagai tukang di warung nasi padang di Rumah Makan Padang Bahagia Medan pada 1970-an. Omar tidak betah dengan kehidupannya yang suram sehingga memilih merantau ke Malaysia. 
 
Di Negeri Jiran itu lah, kehidupan pria asal Pariaman Sumatera Barat itu berkibar. Ia berhasil memiliki restoran rumah makan Padang yang cukup terkenal di Kuala Lumpur. Restoran ia beri nama "Omar Bahagia". Restorannya berlokasi di Jalan Keramat Dalam no. 695, Kampong Datuk Keramat, Kuala Lumpur. Ini adalah restoran nasi ayam yang dijamin halal. Hingga hari ini, restorannya masih eksis.

Kesuksesan Haji Omar di Negeri Jiran, tidak serta-merta ia dapat setelah ia pergi ke Malaysia. Namun, ia sempat mencoba peruntungan di Singapura, setelah tiga tahun membuka warung nasi Padang di kota Kajang, Selangor dan Kuala Lumpur. 

Di Singapura, Omar bekerja pada seorang pengusaha nasi ayam Cina yang terkenal. Ia mempelajari resep nasi ayam itu. Setelah menguasainya, ia kemudian kembali ke Kuala Lumpur.  

Dengan nawaitu (niat) yang baik, maka ia “log in” kan itu nasi ayam Cina itu menjadi nasi ayam Halal. Usahanya berhasil. Pembelinya tidak saja orang Cina dan India yang non muslim, juga orang-orang Melayu yang beragama Islam.

Setelah menjadi “Bos” haji Omar menyadari bahwa ilmunya itu perlu dikembangkan ke anak buahnya. Beberapa mantan anak buah “Wak Haji” kelahiran Desa Ulakan, Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat ini kemudian membuka kedai nasi ayam di beberapa kawasan kota Kuala Lumpur.

Pak Haji Omar meskipun berhasil meng”Islam” kan masakan Cina, tetap memegang prinsip “Di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung”. Beliau termasuk warga yang taat menjalankan peraturan kerajaan Malaysia. Berkat ketaatan beliau, pemerintah Malaysia telah memberikan kartu merah sebagai identitas dapat berdiam lama di Malaysia.

Meskipun begitu, sebagai perantau Minang, tentu saja tetap memiliki ikatan kuat dengan tanah leluhurnya.  Di Kuala Lumpur pun, semangat primordial seperti itu muncul dalam bentuk ikatan.  Restorannya dijadikan markas besar bagi perantau Minang terutama yang berasal dari Kabupaten Padang Pariaman. Beliau juga mendirikan organisasi kekeluargaan Pariaman di Kuala Lumpur. 

Nasehat Pak Omar kalau ingin menjadi warga perantauan yang baik, harus dipersiapkan sejak niat merantau tercetus. Jangan datang ke Malaysia sebagai pendatang haram.  Ini aib besar bagi orang Minang khususnya, dan bangsa Indonesia umumnya.(Harian Pelita, 16-5-1991/Perpusnas)


(ACF)
TAGs: Kuliner