Adukanlah Kesulitanmu Kepada Allah Dalam Doa

Oase.id - Mintalah pertolongan kepada Allah! Itulah perintah yang terus diulang dalam Al-Qur’an dan hadits Nabi. Dalam kondisi sempit maupun lapang, Allah adalah tempat bersandar yang paling layak bagi setiap hamba. Dialah satu-satunya Dzat yang Maha Mendengar segala keluhan, Maha Mengetahui apa yang tersembunyi di hati, dan Maha Mampu memberikan jalan keluar dari setiap kesulitan.
Allah berfirman:
"Dan mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan salat. Sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk."
(QS. Al-Baqarah: 45)
Dalam setiap kesempitan, seorang hamba diperintahkan untuk terus bergantung kepada Tuhannya, bukan kepada manusia. Karena manusia, sebaik apapun niat dan kemampuannya, adalah makhluk lemah yang tidak bisa benar-benar menolong tanpa izin dari Allah.
Jangan Pernah Berputus Asa
Islam melarang umatnya berputus asa dari rahmat Allah. Sekalipun doa terasa belum terkabul, kesabaran terasa berat, atau jalan keluar belum tampak, seorang Muslim tidak boleh menyerah. Putus asa adalah sikap yang mencerminkan keburukan sangka kepada Allah dan kelemahan keyakinan akan janji-Nya.
Allah menegaskan dalam firman-Nya:
"Dan janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tidak ada yang berputus asa dari rahmat Allah kecuali kaum yang kafir."
(QS. Yusuf: 87)
Maka, teruslah mengetuk pintu langit. Sebab, Allah mencintai hamba-Nya yang terus-menerus datang kepada-Nya, meskipun dalam keadaan terjatuh, lemah, dan penuh air mata.
Mengadulah Kepada Allah, Bukan Manusia
Seringkali manusia terdorong untuk menceritakan segala keluh kesahnya kepada sesama. Namun dalam Islam, lebih utama bagi seorang hamba untuk mengadu kepada Allah, bukan kepada manusia yang tak kuasa menolong.
Lihatlah teladan dari Nabi Ya’qub 'alaihissalam, yang mengajarkan adab terbaik dalam menghadapi musibah:
"Sesungguhnya hanya kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku."
(QS. Yusuf: 86)
Mengeluh kepada manusia justru bisa memperlihatkan kelemahan diri, memperbesar keputusasaan, bahkan kadang menimbulkan harapan kosong dari makhluk. Berbeda halnya jika mengadukan semuanya kepada Allah. Dalam doa yang penuh kejujuran dan ketulusan, diperbolehkan bahkan disunnahkan untuk menyebutkan kondisi sulit yang sedang dihadapi. Itu adalah bentuk kerendahan hati seorang hamba, pengakuan akan kelemahan diri, dan pengharapan yang sungguh-sungguh hanya kepada Allah.
Disunnahkan Menyebutkan Kesulitan dalam Doa
Para ulama menjelaskan bahwa ketika berdoa, sangat dianjurkan untuk menjelaskan kondisi kesulitan yang tengah dihadapi. Hal ini dicontohkan oleh para nabi dan orang-orang saleh terdahulu.
Misalnya dalam doa Nabi Ayyub ‘alaihissalam:
"Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan Yang Maha Penyayang di antara semua penyayang." (QS. Al-Anbiya: 83)
Penyebutan kondisi itu bukanlah keluhan yang sia-sia, melainkan bentuk perendahan diri dan pengakuan total bahwa hanya Allah tempat kembali dan berharap.
Allah Akan Memberikan Jalan Keluar
Mengadu kepada Allah dengan hati yang jujur akan membuka pintu-pintu rahmat-Nya. Allah tidak akan menyia-nyiakan doa hamba-Nya yang bersimpuh dengan harap dan air mata. Dia berjanji akan memberikan jalan keluar bagi siapa pun yang bertakwa dan bersandar hanya kepada-Nya.
"Barangsiapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya."
(QS. Ath-Thalaq: 2–3)
Oleh karena itu, jangan lelah berdoa. Jangan ragu menceritakan kepada Allah betapa sulitnya keadaan yang tengah dihadapi. Jangan bergantung kepada manusia, tapi gantungkan seluruh harapan hanya kepada Allah.
Karena seberat apa pun bebanmu, jika engkau sandarkan kepada-Nya, niscaya Dia akan ringankan dan gantikan dengan sesuatu yang lebih baik.
Dan yang sangat penting dan tidak boleh dilupakan. Jangan mengadu tentang kesulitan kepada dukun, karena yang demikian itu bisa membahayakan akidah seorang hamba.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda,
“Siapa yang mendatangi peramal atau dukun lalu membenarkan apa yang diucapkannya, maka ia telah kufur terhadap apa yang diturunkan kepada Muhammad.” [Riwayat Imam Ahmad dalam Al Musnad, Al Hakim dalam Al Mustadrak dan menilainya shahih, dan Al Baihaqi]. (muslim)
(ACF)