Cara dan Doa Menghilangkan Kesulitan dan Kesedihan: Tauhid!

Foto: Pixabay
Foto: Pixabay

Oase.id - Manusia hidup dengan segala keterbatasan. Dengan kondisi itu, tidak ada satu pun manusia di bumi ini yang dapat mengendalikan seluruh keadaan hingga menjadi sesuai keinginan dan kehendaknya. 

Terkadang seseorang sudah begitu berupaya sekeras-kerasnya mengusahakan sesuatu, namun apa yang ingin dicapai tidak jua didapat. Atau, seseorang berusaha sekeras mungkin menghindari sesuatu, namun malapetaka itu ternyata tidak bisa dielakkan. 

Keinginan yang tidak terlaksana, atau musibah yang menghampiri, mudah membuat orang jatuh dalam situasi hati yang buruk, sehingga memicu stres dan depresi. Namun, dengan tauhid yang kuat bahwa tidak ada sesuatu di dunia ini terjadi tanpa izin Allah, kenestapaan dapat lebih mudah dilalui. 

Tauhid yang kuat juga akan mengajarkan seseorang menghadapi masalah dengan hati yang lebih tenang. Setidaknya, meski mengalami guncangan, namun hal itu tidak akan berlarut-larut sehingga membuat hidup terpuruk dalam kesedihan yang suram dan tak bertepi. 

Tauhid yakni beriman bahwa Allah adalah satu-satunya pencipta (tauhid rububiyah), bahwa Allah satu-satunya yang patut atau berhak disembah, diibadahi dengan benar (tauhid uluhiyah), dan beriman kepada nama-nama Allah SWT dan sifat-Nya, sebagaimana termaktub dalam Al-Qur'an dan sunnah rasul-Nya (tauhid asma wa sifat).

Orang yang memahami hakikat kehidupan, tidak akan menghabiskan hidupnya dengan meratapi kegagalan atau kesulitan demi kesulitan yang datang kepadanya. Apa sebab? karena ia tahu bagaimana cara menyikapinya, cara menanganinya. Dasar pemahaman hidup yang benar akan membuat masalah lebih ringan dihadapi. 

Kemampuan itu hanya bisa didapat dengan mempelajari ilmu agama Islam yang lurus sesuai Al-Quran dan Asunnah. Ilmu agama yang diajarkan Nabi kita Muhammad shallallahu alaihi wasallam dan para sahabatnya. 

Islam mengajarkan bahwa, manusia hidup tidak lepas dari ujian. Kemudian, bahwa kita hidup di dunia sejatinya hanya untuk beribadah. Dan, semua yang ada di dunia ini  tidaklah ada harganya, dibanding akhirat. Sebuah redaksi hadist dari Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam menyebut 'Dunia lebih hina dari bangkai seekor anak kambing'. 

Hadits di bawah ini juga dapat mengingatkan kita bahwa bersabar dari kesulitan dan kegelisahan hati akan membawa keuntungan yang besar jika diniatkan karena Allah, yakni balasan kebaikan dan pahala yang besar.

“Dan, orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan, mereka itulah orang-orang yang benar (imannya), dan mereka itulah orang-orang yang bertaqwa“. [Al-Baqarah/2 : 177]

Oang yang sabar adalah orang-orang yang dicintai Allah, sebagaimana firman-Nya.

“Dan, Allah mencintai orang-orang yang sabar“. [Ali Imran/3:146]

Allah memberi balasan kepada orang-orang yang sabar dengan balasan yang lebih baik daripada amalnya dan melipat gandakannya tanpa terhitung. 

“Dan, sesungguhnya Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik dari apa yang mereka kerjakan“. [An-Nahl/16: 96]

“Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas“. [Az-Zumar/: 10]

Dari Shuhaib radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Sangat mengagumkan urusan seorang mukmin. Sesungguhnya semua urusannya adalah baik baginya. Dan hal itu tidak didapatkan kecuali pada diri orang mukmin. Apabila dia mendapatkan kesenangan maka dia bersyukur. Dan apabila dia mendapatkan kesusahan maka dia akan bersabar” (HR. Muslim)

Dari Anas bin Malik radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Ya Allah tidak ada kehidupan yang sejati selain kehidupan akhirat” (HR. Bukhari dan Muslim)

Allah berjanji bahwa barang siapa yang menjaga ketakwaan terhadapNya maka segala urusannya akan dimudahkan. Akan diberi ketenangan dalam hati dan pikirannya meski kesulitan menghimpit. 

“Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan memberikan baginya jalan keluar (dalam semua masalah yang dihadapinya), dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya.” (QS. ath-Thalaaq: 2-3).

“Barangsiapa mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka pasti akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik.” (QS. An-Nahl: 97)

Dan ingatlah, bahwa ketika seseorang menderita kesulitan apa pun, maka ketika ia bersabar dan ikhlas menerimanya sebagai takdir Allah, maka sikap itu akan mengantarkan kepada keuntungan besar, yakni dihapusnya dosa-dosa. 

“Tidaklah seorang muslim tertimpa suatu keletihan dan penyakit (yang terus menimpa), kekhawatiran, dan kesedihan, tidak juga gangguan dan kesusahan, bahkan duri yang melukainya, melainkan Allah akan menghapus kesalahan-kesalahannya.” (HR. Bukhari no. 5641)

Jika ada syair yang berbunyi 'dunia ini panggung sandiwara' begitulah adanya gambaran kehidupan di dunia. AlQuran sendiri mengingatkan bahwa 'dunia ini hanya main-main'. Sebab itu, seyogyanya kita sebagai manusia tidak terlalu larut terbawa perasaan ketika 'kalah', 'gagal', atau ditempa musibah besar yang mebuat dada begitu sesak, atau fisik teramat sakit. Sebab, sejatinya ada yang abadi setelah kehidupan di dunia. Kita hanya perlu menyiapkan diri untuk menjadi pantas berada di tempat yang penuh kesenangan abadi (surga), atau kesengsaraan abadi (neraka). Bila yang dituju adalah yang pertama, maka orang akan menghadapi penderitaannya dengan hati yang penuh harapan, seperti seorang yang terluka dan menunggu kematian saat berjihad. 

“Kehidupan dunia ini hanyalah main-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Maka tidakkah kamu memahaminya?” (QS al- An'am [6]: 32) 
 
Sebaliknya, sesorang yang jauh dari Allah senantiasa hatinya jauh dari kedamaian, meski memiliki berbagai perhiasan dunia. Tidak ada yang cukup baginya, meski penuh emas di genggamannya, tahta di kepalanya, dan kehormatan jabatan di pundaknya, serta syahwat yang senantiasa terpenuhi di kemaluannya. Kebahagiannya akan semu. Hidup senantiasa menyimpan kegelisahan. 

Ada pun orang yang merasa baik-baik saja meski tidak pernah beramal shaleh dan larut dalam perbuatan dosa, itu semata-mata karena hatinya telah kotor sehingga tidak bisa lagi membedakan yang baik dan salah. Yang hak dan yang bathil. 

“Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka.” (QS. Al Muthoffifin: 14)

Keadaan ini justru seburuk-buruknya keadaan bagi seseorang, musibah besar bagi manusia karena dosa-dosanya semakin sulit membuatnya mendapatkan petunjuk.

"Apabila Allah menginginkan kebaikan kepada hambaNya maka Allah akan menyegerakan balasannya di dunia, dan apabila Allah menginginkan kejelekan kepada hambaNya maka Allah akan menunda balasan dari dosanya, sampai Allah sempurnakan balasannya di hari kiamat." (HR. At-Tirmidziy no.2396)

Doa adalah kunci yang membuka pintu keluar dari permasalahan

Kita telah mahfum bahwa hidup di dunia hanya sementara. Tidak ada yang abadi. Kesenangan akan berakhir sebagaimana kesulitan pun akan menemui penutupnya.Jika saat ini kegundahan hebat sedang dialami, ingat lah bahwa  hanya kepada Allah lah kita kembali. Begitu pun segala urusan di dunia ini, sebaiknya diserahkan kepada yang Maha Berkehendak, dia yang Maha Penolong. 

Ketika kita berikhtiar, jangan sampai lupa menyertakan Allah dalam berharap. Tidak boleh seseorang menggantungkan harapan pada manusia, karena hanya Allah lah yang pantas menjadi tempat bergantung. Allah lah sebaik-baiknya zat untuk dimintai pertolongan.

Sudah banyak kisah kehidupan di mana orang sudah merasa tidak punya jalan keluar atas persoalan yang dihadapinya, tidak ada lagi manusia yang mau menolongnya, namun dengan cara yang tidak masuk akal, ia mendapatkan solusi yang tidak disangka-sangka. Setelah seseorang dalam keadaan berpasrah diri dan khusyuk memohon pertolongan kepada Allah, jalan keluar pun tiba-tiba terbentang. Sulit disangkal, kecuali bagi mereka yang buta mata hatinya, bahwa itulah pertolongan-Nya.

Namun, bukan berarti doa hanya bisa dipanjatkan ketika kita sedang ditimpa masalah, ketika hidup dalam keadaan damai, seseorang pun hendaknya memohon agar dijauhkan dari penderitaan, musibah dan dihilangkannya nikmat.  

Doa di bawah ini bisa diamalkan agar kita terhindar dari kesulitan dan dihilangkannya nikmat.  

"Allahuma inni a'udzubika mingzawali ni'matika wa tahuwuuli a 'piyatika wafujaati nimatika, wajamii sakhotika." 

Artinya: Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada- Mu, dari hilangnya nikmat-Mu, dari berubahnya  a'afiat (kesejahteraan) dari-Mu, dari hukuman-Mu yang datang dengan tiba-tiba, dan dari seluruh kemarahan-Mu.

(Shahih HR Muslim (No 2739(96)) dan Abu Dawud (no 1545) dari Abdullah bin Umar.

Ketika sedang di dalam kesulitan, doa Nabi Yunus yang ia panjatkan ketika di dalam perut ikan paus bisa diamalkan:

Laa Ilaaha illaa anta subhaanaka innii kuntu minazh zhaalimiin.

Artinya: Tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Engkau, Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk diantara orang-orang yang berbuat aniaya).

"Sesungguhnya tidaklah seorang muslim berdoa dengannya dalam suatu masalah melainkan Allah kabulkan baginya.” 

(HR. Tirmidzi no. 3505. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih).

Mengenai do’a Nabi Yunus ‘alaihis salam ketika di dalam perut ikan paus ini juga disebutkan dalam ayat,

“Dan (ingatlah kisah) Dzun Nun (Yunus), ketika ia pergi dalam keadaan marah, lalu ia menyangka bahwa Kami tidak akan mempersempitnya (menyulitkannya), maka ia menyeru dalam keadaan yang sangat gelap: “Bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain Engkau. Maha suci Engkau, sesungguhnya aku adalah Termasuk orang-orang yang zalim.” Maka Kami telah memperkenankan doanya dan menyelamatkannya dari pada kedukaan dan demikianlah Kami selamatkan orang-orang yang beriman.” (QS. Al Anbiya’: 87-88)

Mengapa doa ini mudah dijabahi? disebutkan bahwa dalam doa ini terdapat tiga keistimewaan yakni: Pengakuan tauhid, pengakuan akan kekurangan diri dan berisi permohonan ampun (istighfar) pada Allah.

Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika mengalami kesulitan, beliau mengucapkan:

Laa ilaaha illalloh al-'azhim al-haliim, laa ilaaha illalloh robbul 'arsyil 'azhiim. Laa ilaaha illalloh, robbus samaawaati wa robbul ardhi wa robbul 'arsyil kariim.

Artinya: Tiada ilah (sesembahan) yang berhak disembah selain Allah yang Maha Agung dan Maha Santun. Tiada ilah(sesembahan) yang berhak disembah selain Allah, Rabb yang menguasai ‘arsy, yang Maha Agung. Tiada ilah(sesembahan) yang berhak disembah selain Allah – (Dia) Rabb yang menguasai langit, (Dia) Rabb yang menguasai bumi, dan (Dia) Rabb yang menguasai ‘arsy, lagi Mahamulia. 

(HR. Bukhari dan Muslim) [HR. Bukhari, no. 6346 dan Muslim, no. 2730]


(ACF)