Tafsir Al-Mishbah: Beda Kegembiraan di Dunia dan di Surga

Sobih AW Adnan - Alquran 27/04/2020
Photo by Rachid Oucharia on Unsplash
Photo by Rachid Oucharia on Unsplash

Oase.id- Allah Swt menjanjikan surga bagi hamba-Nya yang bertakwa, dan panas api neraka bagi mereka yang mengingkari perintah-Nya. 

Sebagian gambaran kenikmatan surga itu, tercantum dalam QS. Az-Zukhruf: 68;

يَٰعِبَادِ لَا خَوْفٌ عَلَيْكُمُ ٱلْيَوْمَ وَلَآ أَنتُمْ تَحْزَنُونَ 

"Hai hamba-hamba-Ku, tiada kekhawatiran terhadapmu pada hari ini, dan tidak pula kamu bersedih hati."

 

Sapaan berbeda

Menurut pakar tafsir Al-Quran Prof KH Muhammad Quraish Shihab, ada banyak hal menarik yang terkandung dalam ayat tersebut. Misalnya, penggunaan kata "Ibaadi" ketika Allah Swt menyapa sebagian dari hamba-hambanya.

"Ibaadi itu jamak dari kata 'Abd', berarti hamba. Akan tetapi, ada rumus ketika Tuhan menyebut hamba-hambanya yang berdosa, Dia akan menggunakan kata 'Abiid'. Sementara kata 'Ibadi', hamba-hamba-Ku, hanya diperuntukkan bagi mereka yang taat," jelas Quraish Shihab dalam program Tafsir Al-Mishbah di Metro TV, Senin, 27 April 2020.

Baca: Tafsir Al-Mishbah: Mengapa Al-Qur'an Berbahasa Arab?

 

Hal menarik lainnya adalah ketika Allah menjelaskan tentang jaminan dan balasan untuk orang-orang yang bertakwa, dalam firman-Nya Dia menyebut kata "Khawatir" dan "Sedih."

"Khawatir itu berkaitan dengan masa depan, sedangkan sedih berhubungan dengan masa lalu. Keduanya dihimpun dalam bentuk keresahan hati. Di surga, hamba Allah tidak akan dihinggapi kesedihan baik yang lalu maupun yang akan datang," terang pendiri Pusat Studi Al-Qur'an (PSQ) tersebut.

Siapakah yang berhak atas surga?

Siapakah yang bisa meraih kenikmatan itu? Prof Quraish melanjutkan pembahasan ayat berikutnya yang berbunyi;


ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ بِـَٔايَٰتِنَا وَكَانُوا۟ مُسْلِمِينَ 

"(Yaitu) orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami dan adalah mereka dahulu orang-orang yang berserah diri." (QS. Az-Zukhruf: 69)

 

"Ayat-ayat Allah Swt itu terbagi dua, yakni yang terbaca dan yang terhampar. Ayat yang terbaca, maksudnya adalah kitab suci Al-Qur'an, sementara yang terhampar adalah alam raya," kata Pak Quraish.

Alam raya sebagai tanda, sejatinya berbicara kepada manusia tentang keagungan dan keesaan Allah Swt. Meskipun, mereka tidak berkata-kata.

"Ibaratnya lampu lalu lintas. Dia tidak berkata-kata, tapi berbicara kepada pengguna jalan mengenai rambu-rambu untuk keselamatan," terang Prof Quraish.

Mereka yang mampu menangkap pesan dan tanda keagungan Allah Swt disebut kaum Muslimin. Kategori ini, diberikan kepada manusia yang senantiasa bersyukur dan merasa berutang atas anugerah Allah yang diberikan kepadanya.

"Muslimin terambil dari kata berserah diri. Artinya, seseorang yang merasa sudah terlalu banyak menerima kenikmatan dan anugerah dari Allah Swt, sementara ketaatan yang dia lakukan, masih saja terasa belum sebanding dengan yang ia terima," kata Prof Quraish.

Baca: Mengenal Aneka Tafsir Al-Qur'an Karya Ulama Indonesia dan Ide Penamaan Al-Mishbah

 

Kegembiraan yang nyata

Hamba-hamba Allah yang pandai bersyukur dan berpasrah itu kelak mendapatkan izin untuk memasuki surga bersama apa-apa yang mereka senangi. 


ٱدْخُلُوا۟ ٱلْجَنَّةَ أَنتُمْ وَأَزْوَٰجُكُمْ تُحْبَرُونَ 

"Masuklah kamu ke dalam surga, kamu dan pasangan kamu digembirakan." (QS. Az-Zukhruf: 70)

 

Menurut Prof Quraish, pasangan yang dimaksud, tidak hanya istri. Bisa juga berupa sahabat. Sebab, karakter manusia akan mendapati puncak kegembiraannya ketika mendapatkan kesenangan bersama orang-orang yang mereka cintai.

"Mereka akan menemui kegembiraan yang nyata. Kegembiraan yang benar-benar memberikan bekas di wajah. Karena di dunia, ada rasa gembira yang efeknya masih bisa ditahan dan tidak tampak dari raut muka," jelas Pak Quraish.

Mereka yang bertakwa akan mendapatkan anugerah memasuki surga dengan wajah penuh kegembiraan. 

"Tidak ada seorang pun yang masuk surga karena amalnya, tapi semua karena anugerah Allah Swt. Soal tempatnya, barulah ditentukan kadar amal yang pernah dilakukannya. Itu makanya surga dicipta berlapis-lapis," terang Prof Quraish. 


(SBH)
TAGs: Alquran