Fathu Makkah: Kisah Epic Penuh Hikmah dan Kerendahan Hati

N Zaid - Sirah Nabawiyah 09/09/2025
Apa itu Fathu Makkah. ilustrasi. Foto: Pixabay
Apa itu Fathu Makkah. ilustrasi. Foto: Pixabay

Oase.id - Penaklukan Kota Makkah—atau Fathu Makkah—adalah tonggak sejarah yang menggetarkan hati umat Islam. Peristiwa monumental ini terjadi pada tahun 8 Hijriah (sekitar 630 M), menandai berakhirnya konflik panjang antara kaum Muslimin dan Quraisy, sekaligus simbol kasih sayang dan kemenangan tanpa pertumpahan darah. 

Latar Belakang: Dari Damai ke Titik Balik

Segala sesuatunya berawal dari Perjanjian Hudaibiyah (628 M / 6 H), sebuah perjanjian damai antara kaum Muslimin dan Quraisy, yang menetapkan gencatan senjata selama sepuluh tahun—dengan syarat saling menghormati dan tidak mengganggu sekutu.

Namun, secara mengejutkan, pihak Quraisy justru melanggar perjanjian tersebut. Mereka mendukung serangan Bani Bakar terhadap kabilah Khuza’ah—sekutu Muslim—sehingga menyebabkan kerusuhan dan menodai kesepakatan damai.

Ustadz Ammi Nur Baits dalam ulasannya di muslim.or.id, menulis bahwa, dengan adanya pengkhianatan ini, Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam memerintahkan para shahabat untuk menyiapkan senjata dan perlengkapan perang. Beliau mengajak semua shahabat untuk menyerang Makkah. Beliau barsabda, “Ya Allah, buatlah Quraisy tidak melihat dan tidak mendengar kabar hingga aku tiba di sana secara tiba-tiba.”

Dalam kisah ini ada pelajaran penting yang bisa dipetik, bahwa kaum muslimin dibolehkan untuk membatalkan perjanjian damai dengan orang kafir. Namun pembatalan perjanjian damai ini harus dilakukan seimbang. Artinya tidak boleh sepihak, tetapi masing-masing pihak tahu sama tahu. Allah berfirman,

وَإِمَّا تَخَافَنَّ مِنْ قَوْمٍ خِيَانَةً فَانْبِذْ إِلَيْهِمْ عَلَى سَوَاءٍ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْخَائِنِينَ

“Jika kamu khawatir akan (terjadinya) pengkhianatan dari suatu golongan, maka kembalikanlah perjanjian itu kepada mereka dengan sama-sama tahu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berkhianat.” (Qs. Al Anfal: 58)

March to Makkah: 10.000 Pasukan Islam

Menanggapi pelanggaran tersebut, Rasulullah ﷺ memobilisasi sekitar 10.000 pasukan Muslim dan bergerak menuju Makkah pada bulan Ramadan tahun ke-8 Hijriah.Perjalanan ini dilakukan dengan strategi penuh kehati-hatian dan hikmah agar penaklukan berlangsung damai.

Ketika pasukan sampai di dekat Makkah, ribuan api dinyalakan sebagai tanda kebesaran. Pemandangan tersebut membuat warga Quraisy ketakutan. Dakwah damai pun dimulai kala Яbû Sufyān diperkenalkan kepada Nabi ﷺ, lalu dijamin keselamatannya.

Masuk Tanpa Perlawanan, Hanya Satu Insiden Kecil

Saat memasuki Makkah, pasukan Muslim tidak menemui perlawanan berarti. Hanya terjadi insiden kecil saat Khalid bin al-Walid menghadang sekelompok penentang Quraisy—dengan dua Muslim gugur dan beberapa Quraisy tewas—namun sisanya segera mundur.

Pemberian Ampunan Besar-besaran

Inilah momen paling menyentuh dalam sejarah: Rasulullah ﷺ menegaskan, “Hari ini adalah hari ampunan” (Al-yawm yawm al-marḥamah)—dengan tegas mengumumkan amnesti kepada seluruh penduduk Makkah. Kasih sayang ini sangat kontras dengan potensi balas dendam yang bisa saja terjadi.

Pembersihan Ka’bah: Menghapus Simbol Syirik

Setelah memasuki kota suci, Rasulullah ﷺ menuju Ka’bah. Di dalamnya terdapat berbagai berhala—lebih dari 300. Satu per satu dihancurkan dengan tegas sembari membacakan ayat:

"Kebenaran telah datang, dan yang batil pasti lenyap." (QS al-Isra’: 81).

Simbol-simbol kesyirikan disingkirkan, menjadikan Ka’bah kembali murni sebagai pusat tauhid sejati.

Dampak Lahirnya Era Baru Islam

Penaklukan ini memperkuat posisi umat Islam dan membuka pintu penyebaran dakwah secara luas. Banyak tokoh penting Quraisy—seperti Abu Sufyan, Ikrimah ibn Abi Jahl, hingga keluarga Abu Bakr—beralih ke Islam. Kisah ini menunjukkan bagaimana Islam bukan hanya ditopang kekuatan, tetapi juga melalui teladan kasih sayang dan prinsip keadilan yang luhur. 


(ACF)