Ilmuwan Indonesia dan Inggris Bersatu Tangani Covid-19

Medcom.id - Prestasi dan Beasiswa 21/05/2020
Photo by MI/Rommy Pujianto
Photo by MI/Rommy Pujianto

Oase.id- Inggris menggandeng ilmuwan Indonesia untuk mengatasi virus korona (covid-19). Salah satunya melalui kolaborasi melakukan riset multidisiplin yang efektif melawan covid-19.

Wakil Kanselir Global Engagement, University of Nottingham, Robert Mokaya mengatakan, pihaknya sangat menghargai kemitraan internasional sebagai salah satu cara mengatasi tantangan global dan membawa dampak positif bagi kampus maupun keilmuan.

“Saya sangat senang dengan inisiatif tepat ini dan berharap bisa lebih banyak menjalin kolaborasi lagi dengan rekan-rekan Indonesia di masa depan,” kata Robert, dalam Indonesia-Nottingham Collaborative Webinar on Covid-19, dikutip dari Medcom.id, Kamis, 21 Mei 2020.

Ketua Konsorsium Covid-19 Kementerian Riset dan Teknologi/ Badan Riset Inovasi Nasional (Ristek/BRIN), Ali Ghufron Mukti mengatakan, tantangan yang dihadapi peneliti dan akademisi Indonesia dalam melawan covid-19 adalah belum adanya sumber daya manusia yang dapat melakukan penelitian komprehensif dan berkualitas terkait covid-19.

"Hanya 15 persen peneliti Indonesia yang sudah doktor. Artinya komposisinya adalah satu peneliti berbanding satu juga penduduk," kata Ghufron.

 

Baru-baru ini, Pemerintah Indonesia mengatasi beberapa tantangan yang berkaitan dengan aktivitas riset dan inovasi melalui UU Sisnas Iptek. Undang-undang ini memungkinkan pendekatan yang lebih efektif dan debirokratis untuk mendukung kolaborasi penelitian dalam negeri dan luar negeri.

Untuk itu, kata Ghufron, kolaborasi lintas disiplin dan lintas negara yang digagas University of Nottingham perlu diapresiasi. "Melalui kolaborasi dengan Kemenristek dan perguruan tinggi di Indonesia University of Nottingham sudah menampung delapan mahasiswa Phd (doktor)," terangnya.

Ghufron menambahkan, di tengah tantangan pandemi ini, Indonesia telah membuat sejumlah kemajuan dalam pengembangan teknologi untuk memerangi covid-10. Seperti PCR dan alat deteksi covid-19 nonPCR dan pembuatan Alat Pelindung Diri yang lebih efektif.

Misalnya APD berbasis nanosilver yang akan diprodukdi pada Juli tahun ini bekerja sama dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan Lembaga Eijkman. Konsorsium yang dipimpin BRIN ini terdiri dari beberapa peneliti dari Universitas Indonesia, Institut Teknologi Bandung, Universitas Padjadjaran, BPPT, dan banyak lainnya yang telah menghasilkan ventilator yang sudah lolos uji di BPFK 12 Mei lalu.

Manajer strategis Newton Fund untuk Kantor Luar Negeri dan Persemakmuran Inggris, Triny Tresnawulan mengatakan, pihaknya memberi kesempatan berkolaborasi, juga memberikan insentif untuk kolaborasi lebih lanjut antara ilmuwan Inggris dengan Indonesia ini.

"Tersedia dana sebesar 110.000 poundsterling atau sebesar Rp1,9 miliar per proyek," kata Triny.

Sementara itu, Sekretaris Jenderal Akademi Ilmuwan Muda Indonesia (ALMI), Berry Juliandi mengatakan, pihaknya siap menjadi jembatan untuk mewujudkan kolaborasi riset yang apik antara University of Nottingham dengan ilmuwan di perguruan tinggi Indonesia.

“Ristek/BRIN harus mendukung lebih banyak kolaborasi antara universitas di Indonesia dan Universitas Nottingham,” ujarnya.

Senada, Director of Indonesia Doctoral Training Partnership (IDTP) di Universitas Nottingham Bagus Muljadi mengapresiasi terwujudnya kolaborasi tersebut. Menurutnya, Indonesia merupakan negara yang unik dengan kekayaan keanekaragaman hayatinya di dunia.

Kekayaan dengan sumber pengetahuan asli tentang tanaman obat yang bisa menjadi jawaban dari masalah global yang kini terjadi, salah satunya covid-19.


(FER)