Keutamaan Puasa Muharam, Tasua, dan Asyura

Fera Rahmatun Nazilah - Tahun Baru Islam 26/08/2020
Photo by Yuliyafurman from Freepik
Photo by Yuliyafurman from Freepik

Oase.id- Salah satu amal yang disunahkan pada bulan Muharam adalah puasa. Selain karena ia termasuk bulan haram, saum di masa ini juga memiliki keutamaan luar biasa. 

Rasulullah Muhammad Saw bersabda;

“Salat yang paling utama setelah salat Maktubah (wajib) adalah salat pada sepertiga akhir malam, dan puasa yang paling utama setelah Ramadan adalah puasa di bulan Muharam" (HR Muslim)

Terlebih di bulan pertama tahun hijriyah ini juga terdapat hari Asyura.

Baca juga: Mengapa Muharam Menjadi Bulan Pertama Kalender Hijriah?

 

Puasa Asyura

Di antara sepuluh hari pertama bulan haram ini, puasa Asyura yang jatuh pada 10 Muharam lah yang paling istimewa.

Sebenarnya, puasa Asyura merupakan amalan yang telah rutin dilaksanakan orang-orang Quraisy di masa jahiliyah, begitu pula dengan kaum Yahudi. Sebab, 10 Muharam diyakini sebagai hari diselamatkannya Nabi Musa As dari kejaran Firaun dan bala tentaranya.

Dalam hadis riwayat Ibnu Majah disebutkan bahwa suatu waktu Nabi Saw datang ke Madinah dan orang-orang Yahudi di sana sedang berpuasa.

“Hari apa ini?” tanya Rasulullah Saw

“Ini adalah hari saat Allah menyelamatkan Musa dan menenggelamkan Fir’aun, maka Musa berpuasa pada hari ini sebagai ungkapan syukur,” jawab orang-orang Yahudi

“Kalau begitu kami lebih berhak atas Musa dibanding kalian,” ujar Nabi Saw

Maka beliau pun berpuasa Asyura dan memerintahkan umatnya untuk mengerjakan amalan serupa.

Baca juga: Memasuki Tahun Baru, Ini Nama dan Urutan Bulan Hijriah yang Perlu Kamu Tahu

 

Dalam riwayat Muslim bahkan dinyatakan, puasa Asyura telah dianjurkan sebelum saum Ramadan disyariatkan. Aisyah Ra berkata;

"Pada zaman Jahiliyah orang-orang Quraisy melakukan puasa pada hari 'Asyura. Dan Rasulullah Saw juga pernah memerintahkan untuk melakukannya hingga diwajibkannya puasa Ramadan. Sesudah itu, beliau pun bersabda: "Siapa yang suka berpuasa pada hari 'Asyura, hendaklah ia berpuasa, dan siapa yang tidak suka maka berbukalah."

Tak hanya sarat sejarah, puasa Muharam jika dilakukan dengan ikhlas dapat mengapuskan dosa-dosa di tahun lalu.

Rasulullah Saw bersabda, "Puasa hari 'Arafah menghapus (kesalahan) dua tahun; yang telah lalu dan yang akan datang dan puasa 'Asyura` menghapus (kesalahan) tahun lalu." (HR. Ahmad)

 

Puasa Tasu’a

Selain Asyura, umat Muslim dianjurkan juga melaksanakan saum Tasu’a yang jatuh pada hari ke-9 Muharam. 

Sejatinya, Nabi Muhammad Saw belum pernah berpuasa Tasu’a semasa hidupnya, lantaran Allah Swt telah memanggil kekasihnya ini ke hadapan-Nya.

Meskipun demikian, Rasulullah Saw pernah bersabda, "Jika umurku masih sampai tahun depan, sungguh aku akan berpuasa di hari yang kesembilan. (HR. Muslim)

Dalam riwayat lainnya, disebutkan bahwa Nabi Muhammad Saw memerintahkan umatnya berpuasa Tasu’a agar menjadi pembeda dengan puasanya orang Yahudi.

"Berpuasalah kalian pada hari 'Asyura dan berbedalah dari kaum Yahudi, maka berpuasalah satu hari sebelum atau sesudahnya." (HR Ahmad)

Berdasarkan riwayat ini, menurut Mazhab Syafi’i, apabila tidak melaksanakan puasa Tasu’a, dianjurkan untuk berpuasa pada hari ke-11 Muharram. Bahkan Imam Syafi’i menyatakan, mustahab (disukai) berpuasa tiga hari berturut-turut (9, 10, dan 11 Muharram).

Meskipun demikian, jumhur ulama mengemukakan, tidak makruh jika hanya ingin puasa Asyura saja, tanpa puasa Tasu’a atau hari ke-11nya.

 

Sumber: Disarikan dari keterangan dalan Al-Fiqh Al-Islamiy wa Adillatuhu karya Syekh Wahbah az-Zuhaili.


(FER)