Keluar dari Korona Melalui Jalan Sejarah

Sobih AW Adnan - Lingkungan Hidup 17/03/2020
Photo by AFP
Photo by AFP

Oase.id- Covid-19 alias Virus Corona Disease yang muncul pada awal Desember 2019 di Wuhan, China kini menjadi hantu paling menakutkan. Mengacu pantauan dari Worldometers per Sabtu, 14 Maret 2020, virus ini telah menyebar ke-169 negara dan menginfeksi 145.637 orang dengan kematian 5.416 jiwa. 

Meskipun begitu, Guru Besar Ilmu Pengkajian Islam dan Rektor IAIN Surakarta Mudofir Abdullah berpendapat, kecepatan persebaran dan belum ditemukannya vaksin penangkal virus korona bukanlah hal yang harus membuat penduduk dunia pesimistis. Syaratnya, semua pihak harus bisa bekerja sama, disiplin, dan serius.

"Angka-angka kasus infeksi Covid-19 di atas bukan angka mati. Akan terus bertambah berlipat-lipat jika tak ada penanganan sistematik, terlembaga, dan penuh kedisiplinan tinggi dari semua pihak," jelas Mudofir dalam keterangan yang diterima Oase.id pada Selasa, 17 Maret 2020.

Baca: Umar bin Khattab: Wabah Adalah Takdir, dan Menghindarinya Juga Takdir

 

Belajar dari sejarah

Mudofir memaparkan, serangan wabah korona bukan satu-satunya pandemi yang pernah menjadi ancaman hidup umat manusia. Pada 2002-2003 virus SARS juga menelan korban global sebanyak 774 orang dari 8.100 kasus. Demikian pula virus MERS pada 2012. 

"Artinya, virus Corona atau Covid-19 telah melampaui jumlah korban SARS dan juga MERS hanya dalam dua setengah bulan. Kita berharap virus Covid-19 ini cepat tertangani dan dunia kembali damai," terang dia.

Selain itu, sudah saatnya manusia lebih memiliki kepedulian terhadap masa depan yang aman. Mudofir berpendapat, memprediksi masa depan yang aman dari wabah maupun perang sangatlah berat karena kehidupan makin sesak, lingkungan bumi kian rusak, ledakan penduduk yang cepat, industrialisasi yang serakah, dan tingkat konsumsi yang terus meningkat.

"Era modern dengan seluruh peradabannya terancam runtuh, jika dunia tak membuat langkah-langkah besar untuk mengatasinya. Ketidakdisiplinan satu negara dalam penanganan Covid-19, dapat mengacaukan keselamatan semua negara. Negara-negara saling tergantung dan diperlukan kerja sama," tegas dia.

 

Di sisi lain, kehadiran korona juga mengamanatkan manusia untuk mawas diri. Menurut Mudofir, sebagai penduduk bumi, manusia sudah masanya untuk tidak terlalu jemawa tanpa menghargai peran dan eksistensi makhluk lain, terutama, tidak lalai akan kebesaran Tuhannya.

"Virus-virus ini mengajarkan banyak hal kepada manusia untuk tetap belajar, bersikap arif, rendah hati, dan bekerja sama. Tampaknya, Tuhan menjadikan virus-virus mikroskopik ini sebagai bagian dari ayat-ayat-Nya untuk mengingatkan manusia agar terus memerankan diri secara adil dan arif sebagai wakil-Nya di muka bumi," pungkas dia. 


(SBH)