Mengapa Pendidikan Penting Bagi Perempuan, Ini Penjelasannya

Siti Mahmudah - Perempuan muslim 08/03/2021
Gambar oleh Syauqi Fillah dari Pixabay
Gambar oleh Syauqi Fillah dari Pixabay

Oase.id - Wahyu yang pertama kali diturunkan kepada Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam (SAW) yaitu surah al-Alaq ayat 1-5. Isi dari wahyu tersebut memerintahkan untuk membaca dan belajar.

Wahyu disini tidak ditujukan untuk Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam (SAW) saja, melainkan kepada umatnya yakni laki-laki dan perempuan. 

Banyak ayat Al-Quran dan hadits yang memuji orang- orang berpengetahuan dan banyak pula ancaman dan kecaman kepada orang-orang yang tidak berpengetahuan.

Terdapat sabda Rasul yang menjadikan bahwa menuntut ilmu adalah jalan menuju surga. Adapun sabda Rasul yang disampaikan sebagai berikut:

"Siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, Allah memudahkan untuknya jalan menuju ke surga." (HR. at-Tirmidzi melalui Abu Hurairah).

Sabda Rasul lain juga menyatakan:

"Menuntut ilmu adalah kewajiban setiap muslim." (HR. ath-Thabari melalui Ibnu Mas'ud ra.)

Hadits di atas walaupun tidak ada kata "muslimah", tetapi mencakup perempuan sesuai dengan kebiasaan teks al-Quran dan sunah yang menjadikan redaksi berbentuk maskulin mencakup pula feminim.

Tugas utama perempuan jika dilihat dalam ranah keluarga adalah mendidik anak-anaknya. Bagaimana mungkin jika tugas pokoknya itu dapat terlaksana dengan baik kalau perempuan tidak diberi kesempatan untuk belajar. 

Bagaimana dengan anak-anaknya? Apakah akan menghasilkan anak yang baik dan berbakti? Lalu jika ibunya tidak diberi kesempatan untuk belajar akan bagaimana? Tentunya tidak. Anak itu akan berlaga baik dan berbakti jika orangtuanya mendidik dengan cara yang baik. 

Perlu diketahui pula bahwa perempuan adalah madrasatul aula, yang bila dipersiapkan dengan baik, akan menghasilkan generasi yang cerdas. Kalau kata pepatah bilang buah jatuh tidak jauh dari pohonnya. 

Perempuan boleh pergi untuk belajar dapat dibenarkan selama terjamin kehormatan dan keselamatannya serta tidak mengandung kemaksiatan. Memang benar, ada larangan Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam (SAW) bagi perempuan untuk bepergian tanpa "mahram" tetapi larangan itu harus dipahami betul berdasar motifnya, bukan sekedar bunyi teksnya. 

Larangan tersebut disebabkan karena adanya kekhawatiran yang sifatnya gangguan terhadap mereka diperjalanan atau ikut serta setan merangsang untuk melakukan dosa.

Akan tetapi, jika perempuan itu berangkat dengan orang lain yang dapat menepis kekhawatiran tersebut, maka ketika itu agama memperbolehkannya, walaupun bepergian sendiri.

Menurut buku berjudul "Perempuan" karya Quraish Shihab, bahwa hal tersebut dibenarkan oleh ulama dan sejalan dengan sabda nabi SAW sekitar 15 abad yang lalu ketika menyampaikan berita gembira kepada umatnya.

Suatu ketika, akan ada seorang perempuan yang bepergian sendirian dari Irak menuju ke Ka'bah, tidak takut kepada siapa atau apapun kecuali kepada Allah SWT. 

Sumber: Buku Perempuan karya Quraish Shihab


(ACF)