Wukuf di Arafah, Inti dari Ibadah Haji

N Zaid - Haji 23/05/2025
ilustrasi. Foto: Pixabay
ilustrasi. Foto: Pixabay

Oase.id - Arafah merupakan bagian paling esensial dalam ibadah haji. Tanpa berwukuf di Arafah, haji seseorang dianggap tidak sah. Oleh karena itu, seluruh jemaah haji, baik dalam kondisi sehat maupun sakit, wajib melaksanakan wukuf di Arafah.

Musytasyar Diny PPIH Arab Saudi, KH Abdul Moqsith Ghazali, menegaskan bahwa wukuf di Arafah adalah salah satu rukun haji yang tidak bisa ditinggalkan oleh jemaah dari seluruh penjuru dunia. “Nabi Muhammad SAW bersabda, ‘Haji adalah Arafah.’ Karena itu, Arafah menjadi bagian paling penting dalam keseluruhan pelaksanaan haji,” ujar KH Moqsith dalam konferensi pers, Jumat (23/5/2025).

Karena pentingnya wukuf ini, semua jemaah haji harus dibawa ke Arafah selama masih memungkinkan, bahkan jika dalam keadaan sakit. “Selama masih bisa dibawa ke Arafah, jemaah harus dibawa, meskipun dalam kondisi berbaring,” jelasnya.

Untuk jemaah yang uzur, wukuf tetap dapat dilakukan melalui mekanisme safari wukuf, baik yang diselenggarakan oleh KKHI karena alasan medis maupun untuk lansia. “Hal ini menunjukkan betapa pentingnya wukuf di Arafah,” lanjut KH Moqsith.

Makna Arafah: Tempat Penuh Sejarah dan Spiritualitas
KH Moqsith menjelaskan bahwa keistimewaan Arafah juga tercermin dalam penyebutannya di Al-Qur’an sebagai “Arafaat”, yang berarti “Arafah-arafah”. Kata ini memiliki makna yang dalam, salah satunya adalah tempat pertemuan Nabi Adam dan Siti Hawa setelah berpisah ratusan tahun—ruang untuk saling mengenal kembali.

Makna lain dari Arafah adalah tempat di mana Malaikat Jibril memperkenalkan tata cara ibadah haji kepada Nabi Ibrahim. Saat Jibril bertanya, “Apakah engkau tahu (tempat ini)?” Ibrahim menjawab, “Araftu” (saya mengenalnya). Dari sinilah nama Arafah berasal.

Waktu Mustajab untuk Berdoa
Wukuf di Arafah dimulai pada 9 Dzulhijjah setelah matahari tergelincir hingga fajar 10 Dzulhijjah. Tidak ada bacaan khusus yang wajib seperti dalam salat. Semua ibadah haji adalah rukun fi’li (perbuatan), berbeda dengan salat yang memiliki rukun qauli (bacaan seperti takbir dan Al-Fatihah).

“Wukuf adalah ibadah pasif,” jelas KH Moqsith. “Jemaah cukup duduk, berdzikir, dan berdoa kepada Allah SWT. Memohon semua yang dibutuhkan.”

Beliau juga mengingatkan bahwa Arafah bukan bagian dari wilayah Makkah, berbeda dengan Muzdalifah dan Mina. Namun, Rasulullah SAW menyatakan bahwa “sebaik-baik doa adalah doa yang dipanjatkan di Arafah.” Oleh karena itu, jemaah sangat dianjurkan memanfaatkan waktu tersebut untuk memperbanyak doa, termasuk mendoakan orang lain.

Menjaga Adab dan Larangan Saat Wukuf
Karena kesucian tempat dan waktu wukuf, KH Moqsith mengingatkan agar jemaah tidak melontarkan cacian kepada siapa pun. “Berdoalah yang baik-baik, jangan melaknat atau mencaci, bahkan kepada ayam pun Nabi melarang, apalagi kepada sesama manusia,” pesannya. Ia juga melarang segala bentuk transaksi jual beli selama wukuf berlangsung.

Imbauan untuk Tetap di Tenda
Selama wukuf, jemaah akan melaksanakan salat Zuhur berjamaah, mendengarkan khutbah, lalu memperbanyak doa, dzikir, dan membaca Al-Qur’an. KH Moqsith mengimbau agar jemaah tetap berada di dalam tenda karena cuaca yang sangat panas. “Kecuali jika hendak ke toilet, sebaiknya tetap di dalam tenda,” ujarnya.

Terakhir, beliau mengingatkan agar seluruh jemaah tetap mematuhi larangan-larangan ihram selama wukuf di Arafah. “Jangan sampai melanggar larangan ihram, karena ini bagian dari kesempurnaan ibadah haji,” tutupnya.

Jika kamu ingin versi ini dalam format artikel berita, naskah siaran, atau untuk keperluan media sosial, saya bisa bantu sesuaikan.(kemenag)


(ACF)
TAGs: Haji