Tiga Amalan Utama bagi Jemaah Haji Indonesia Selama di Madinah

N Zaid - Haji 19/05/2025
Foto: Ist
Foto: Ist

Oase.id - Jemaah haji asal Indonesia diberangkatkan dalam dua gelombang dengan rute yang berbeda. Untuk gelombang pertama, para jemaah akan singgah terlebih dahulu di Kota Madinah sebelum menuju Makkah. Sedangkan jemaah gelombang kedua akan langsung menuju Makkah dan baru akan mengunjungi Madinah setelah menyelesaikan seluruh rangkaian ibadah haji.

Pembimbing Ibadah Daerah Kerja (Daker) Madinah, Prof. Aswadi, menyampaikan bahwa keberadaan jemaah di Madinah memiliki nilai spiritual yang sangat tinggi. Oleh karena itu, ada tiga aktivitas penting yang sebaiknya dilakukan oleh para jemaah selama berada di kota suci tersebut.

Pertama, Prof. Aswadi menekankan pentingnya menyampaikan salam dan penghormatan kepada Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam. dan para sahabat beliau. Ini bisa dilakukan dengan memperbanyak salawat dan doa agar kelak mendapatkan syafaat dari Rasulullah. “Kita berada sangat dekat dengan Baginda Rasul, pemimpin para nabi dan rasul, manusia paling mulia yang pernah Allah ciptakan di muka bumi,” ujar Aswadi dalam keterangannya di Madinah, seperti dikutip laman Kemenag, Senin (19/5/2025).

Ia juga menambahkan bahwa penghormatan ini tak hanya ditujukan kepada Rasulullah Saw., tetapi juga kepada para sahabat terdekat seperti Abu Bakar Ash-Shiddiq, Umar bin Khattab, serta para syuhada yang dimakamkan di kompleks Baqi’.

Aktivitas kedua yang ditekankan adalah menjaga salat berjamaah di Masjid Nabawi. Menurut Prof. Aswadi, salat mencerminkan kualitas seluruh ibadah seorang Muslim. Bila salatnya terjaga dan dilakukan dengan baik, maka amalan lain pun akan mengikuti. “Salat itu tiang agama. Bahkan bagi jemaah yang sedang sakit, kami beri arahan agar tetap melaksanakan salat sesuai kemampuan masing-masing,” ungkapnya.

Selanjutnya, hal ketiga yang dianjurkan adalah memperbanyak zikir dan ibadah di Raudlah—sebuah tempat yang disebut Nabi sebagai taman surga. Prof. Aswadi mengutip sabda Rasulullah Saw., “Antara rumahku dan mimbarku terdapat taman dari taman-taman surga.”

Ia berharap, meskipun jemaah hanya sempat masuk Raudlah satu kali, momen tersebut benar-benar dijalani dengan khusyuk dan sepenuh hati. Menurutnya, ibadah yang dilakukan dengan kekhusyukan dapat memberikan dampak besar pada batin, ucapan, dan perilaku sehari-hari. “Ibadah di Raudlah yang dilakukan dengan sungguh-sungguh bisa menjadi sumber cahaya dalam hidup, bahkan menginspirasi orang lain agar hidupnya lebih bermakna,” jelasnya.

Lebih jauh, Prof. Aswadi mengajak para jemaah untuk tidak hanya mendoakan diri sendiri, tetapi juga menyertakan doa bagi keluarga, masyarakat, dan bangsa. Ia optimistis, jika umat Islam benar-benar memanfaatkan keberadaan mereka di Raudlah untuk berdoa secara tulus, maka kedamaian dan keberkahan akan mengalir bagi bangsa Indonesia. 

“Insya Allah, bangsa kita akan menjadi negeri yang aman, sejahtera, dan penuh ampunan—sebagaimana gambaran ‘baldatun thayyibatun wa rabbun ghofur’ dalam Al-Qur’an,” pungkasnya.


(ACF)
TAGs: Haji