Kisah Doa Ummu Salamah Janda Arab

N Zaid - Sirah Nabawiyah 26/10/2023
Ilustrasi. Unsplash
Ilustrasi. Unsplash

Oase.id - Ummu Salamah Janda Arab, itu panggilan orang-orang di Madinah terhadap seorang perempuan dari Makkah yang berasal dari Bani Makhzum. Ia anak dari Abdullah bin Abdul Asad, satu di antara sepuluh orang yang lebih dulu masuk islam. Namanya sebenarnya Hindun, namun ia lebih dikenal dengan nama kuniahnya Ummu Salamah.

Ummu Salamah masuk Islam bersama sang suami, sehingga ia termasuk golongan wanita yang lebih dulu masuk Islam. Dan seperti para sahabat dan sahabiat lain di awal-awal Islam, pengakuan mereka atas keimanan terhadap wahyu Allah subhanahu wa ta'ala yang dibawa Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam berkonsekuensi pada keamanan jiwa mereka. 

Kaum musyrikin Quraisy yang masih menguasai Makkah tidak membiarkan mereka hidup damai dan terus melakukan gangguan sampai ke titik ekstrem. Namun, keteguhan Ummu Salamah dan suaminya terhadap ajaran yang dibawa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, tidak goyaj. Pendirian keduanya kokoh di atas jalan Islam, meski siksaan fisik dan psikologi ditimpakan kepada mereka bertubi-tubi. 

Keluarga Ummu Salamah sempat hijrah ke Habasyah untuk mencari tempat yang aman, namun mereka kembali ke Makkah setelah mendapat kabar situasi di sana sudah tidak membahayakan. Kabar sampai kepada mereka bahwa pengikut Nabi shallallahu alaihi wa sallam semakin berkembang di Makkah. Salah satunya karena Umar bin Khathtab dan Hamzzah bin Abdul Munthallib telah masuk Islam. 

Setelah kembali ke Makkah, ternyata kabar yang tersebar di kalangan Muhajirin yang hijrah di Habasyah itu jauh dari kenyataan. Setelah keislaman dua tokoh itu, Umar dan Hamzah, kaum Quraisy justru semakin agresif menindas orang-orang Islam di Makkah.

Ummu Salamah yang sempat akan kembali meninggalkan Makkah justru harus menerima siksaan pedih dari orang musyrikin sehingga ia harus terpisah dari suaminya, yang pergi ke Madinah untuk menyalamatkan diri dari pembunuhan. 

Di Makkah Ummu Salamah sempat berusaha kabur namun di tengah jalan, ia diadang oleh kaum ummu Salamah, Bani Makhzum, yang kemudian menyerang suaminya Abu Salamah. Abu Salamah meloloskan diri dan pergi ke Madinah untuk menyelamatkan agama dan nyawanya.

Dalam kesempatan itu orang-orang dari kaum suaminya, Bani Abdul Saad datang dan merebut anaknya, Salamah, karena tidak ingin anak itu ada di pangkuan Ummu Salamah yang berasal dari Bani Makhzum itu.

Tinggalah Ummu Salamah seorang diri di Makkah di bawah cengkraman kaumnya, Bani Makhzum, sementara suaminya di Madinah dan anaknya diculik Bani Abdul Asad. 

Situasi ini membuat Ummu Salamah depresi. Setiap pagi ia duduk di padang luas untuk meratapi momen-momen pemisahan paksa dirinya dan keluarganya itu. Selama satu tahun ia  melakukan itu. Kondisinya memperihatinkan. Sampai ada orang dari keturunan pamannya melintas dan melihatnya. Orang itu merasa iba. 

Ia pun mendatangi kaum Bani Makhzum untuk melunakkan hati mereka agar melepaskan Ummu Salamah. "Mengapa kalian tidak melepaskan saja wanita malang itu. Kalian tega memisahkan dia dengan suami dan anaknya?"
Bani Makzhum pun luluh, dan mempersilakan Ummu Salamah pergi menyusul suaminya. 

Namun, Ummu Salamah tidak kuasa ke Madinah sementara anaknya masih dalam dekapan orang-orang yang menculiknya. Mereka pun akhirnya berbicara kepada Bani Abdul Saad untuk melepaskan anaknya karena keadaan Ummu Salammah yang menyedihkan dan penuh duka itu. 

Akhirnya Ummu Salammah dan anaknya bisa pergi ke Madinah dan di tengah perjalanan ia bertemu dengan  Utsman bin Thalhah yang membantunya sampai ke Madinah dengan penuh perlakuan hormat.

Kehidupan di Madinah 

Di Madinah Ummu Salamah, suami dan anaknya bisa bertemu kembali. Abu Salamah sempat melewati masa perang Badar dan kembali dengan kemenangan. Namun ketika di perang Uhud, ia terluka parah dan akhirnya meninggal dunia. 

Saat dalam perawatan Ummu Salamah, ada ucapan Abu Salamah yang di kemudian hari menjadi kenyataan. Ia menyampaikan hadits Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam, saat melihat Ummu Salamah begitu terpukul dengan kondisi sakitnya.

"Wahai Ummu Salamah, aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, 'Tidaklah suatu musibah menimpa seseorang, lalu ia mengucapkan istirja saat  itu dan berdoa, 'Ya Allah! di sisiMu aku mengharap pahala aas musibahku ini. Ya Allah! berilah aku ganti yang lebih baik darinya, melainkan Allah subhanahu wa ta'ala memberinya pengganti yang lebih baik." 

Saat Abu Salamah meninggal dunia, Ummu Salamah memanjatkan doa: " Ya Allah! ampunilah Abu Salamah, angkatlah derajatnya di antara hamba-hambanya yang mendekatkan diri, berilah pengganti untuk keluarga yang ditinggalkan, ampunilah kami dan juga dia, wahai Rabb, seluruh alam, lapangkan kuburnya, dan tearngilah ia di sana'.

Ummu Salamah ingat kata-kata yang disampaikan Abu Salamah dari Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Ia pun berdoa "Ya Allah, di sisiMu aku mengharap pahala atas musibah yang menimpaku ini."

Namun ia tidak rela untuk mengucapkan doa, 'Ya Allah, berilah aku pengganti yang lebih baik darinya," karena ia bertanya-tanya siapa gerangan yang akan menjadi lebih baik dari Abu Salamah.  Namun, ia akhirnya meneruskan doanya hingga tuntas. 

Orang di Madinah ikut berduka. Ummu Salamah pun dikenal dengan sebutan 'Janda Arab'. Sebab ia kemudian hidup sebatang kara, tanpa ada saudara, kecuali anaknya.

Kaum Muhajirin dan Anshar sama=sama merasa bertanggung jawab terhadap Ummu Salamah. Menjelang berakhirnya masa berkabung atas mendiang suaminya, Abu Salamah, Abu Bakar ash Shiddiq datang meminang untuk dirinya sendiri. Namun, Ummu Salamah menolak pinangan Abu Bakar ini.

Setelah itu Umar bin Al-Khaththab mengajukan lamaran. Juga ditolak. 

Setelah itu Rasullullah shallallahu alaihi wa sallam melamarnya. Ummu Salamah pun mengatakan 'Wahai Rasulullah, sungguh aku memiliki tiga sifat. Aku wanita yang sudah melalui masa-masa pernikahan. Dan kau adalah wanita yang punya tanggungan keluarga".

Nabi shallallahu alaihi wa sallam pun menuturkan, "Terkait sifat cemburu yang kau bilang itu, aku akan berdoa kepada Allah semoga mengilangkan sifat itu dari dirimu".

"Terkait usia nikah yang sudah lewat. Aku pun sama sepertimu. Terkait tanggungan keluarga yang kau sebut, keluargamu adalah keluargaku."

Rasulullah shallalahu alaihi wa sallam kemudian menikahi Ummu Salamah. 

Allah memperkenankan doanya Ummu Salamah, dan memberinya pengganti yang lebih baik dari Abu Salamah.

Sejak saat itu, Hindun al-Makhzumiyah bukan hanya ibu bagi Salamah saja, tetapi menjadi ibu untuk seluruh kaum mukminin. Semoga Allah membuat wajah Ummu Salamah berseri di surga dan meridhainya. (disarikan dari buku: Mereka Adalah Para Sahabiyat)


 


(ACF)