Ringkasan Kisah Pertempuran Unta yang Menciptakan Suni dan Syiah

N Zaid - Sirah Nabawiyah 06/12/2023
Ilustrasi. Pixabay
Ilustrasi. Pixabay

Oase.id - Perang saudara segera pecah setelah Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam. Perang ini mengawali periode panjang perpecahan di kalangan umat Islam, yakni Suni dan Syiah. Bagaimana kisahnya?

Latar Belakang Pertempuran Unta
Pertempuran Unta bukan sekadar perjuangan politik; hal ini membawa beban pribadi dan emosional, melibatkan individu-individu yang memiliki hubungan mendalam dengan Nabi shallallahu alaihi wa sallam.

Aisha, istri Nabi dan putri khalifah pertama, Abu Bakar (R.A); Talha (R.A) dan Zubayr (R.A), sahabat yang dijanjikan surga oleh Nabi, berbagi ikatan kekeluargaan dengan Aisha R.A.

Ali, sepupu Nabi, menantu, dan ayah Hasan (RA) dan Husain (RA), menjadi pusat konflik ini. Meskipun mereka memiliki sejarah perjuangan yang sama bersama Nabi, pandangan yang berbeda mengenai pemerintahan dan kepemimpinan muncul setelah beliau wafat.

Kenapa ini terjadi?
Pertempuran Unta berasal dari beberapa sebab.

Penyebab utama pertama adalah pembunuhan Utsman (R.A), yang memaksa Ali masuk ke dalam kekhalifahan, namun faksi pemberontak menuntut kepatuhan dan menghalangi penyelidikan atas pembunuhan Utsman.

Hal ini menyebabkan krisis legitimasi bagi Ali Ibn Abi Thalib (R.A), yang dituduh terlibat dalam kematian Utsman. Aisha, Thalhah, dan Zubayr bersikeras memilih khalifah berikutnya melalui dewan (syura) suku Quraisy, dengan tuduhan pelanggaran perjanjian Madinah oleh Ali.

Komunitas Muslim menghadapi perpecahan dan kebingungan setelah pembunuhan Utsman dan pemberontakan yang terjadi setelahnya.

Beberapa mendukung Ali, menganggapnya sebagai penerus yang sah, sementara yang lain mendukung Aisha (R.A), Thalhah, dan Zubayr sebagai pembela darah Utsman. Netralitas dan keragu-raguan terjadi di antara sebagian orang, karena takut akan konsekuensi perang saudara dan mengharapkan penyelesaian damai.

Bagaimana Pertarungan Berlangsung?
Perjalanan ke Basra menyaksikan Aisha (R.A), Thalhah, dan Zubayr mengumpulkan pasukan, diimbangi dengan negosiasi Ali untuk menghindari pertumpahan darah.

Meskipun ada upaya untuk menengahi, pertempuran tersebut meletus pada tanggal 8 Desember 656 M, yang namanya diambil dari nama unta Aisha, yang merupakan simbol utama.

Ali muncul sebagai pemenang setelah pertempuran sengit dan berdarah, menangkap Aisha (R.A), sementara Talha dan Zubayr kehilangan nyawa.

Siapa yang menang
Ali Ibn Abi Thalib (R.A) muncul sebagai pemenang dalam Pertempuran Unta, memperkuat kekhalifahannya. Ia memperoleh dukungan dari masyarakat Basra dan beberapa suku Irak, menunjukkan kemurahan hati dengan menyelamatkan nyawa para tahanan.

Aisha (R.A) dikirim kembali ke Madinah dengan hormat, dan Ali melarang segala kejahatan terhadapnya.

Apa Akibat Pertempuran Itu?
Pertempuran Unta tidak mengakhiri fitnah (perang saudara) namun memperparah perpecahan. Ali Ibn Abi Thalib (R.A) menghadapi perlawanan dari Bani Umayyah, terutama Muawiya, yang menyebabkan terjadinya pertempuran seperti Siffin dan Nahrawan. Fitnah tersebut bertahan hingga pembunuhan Ali Ibn Abi Thalib (R.A) pada tahun 661 M, yang berpuncak pada munculnya sekte Sunni dan Syiah.

Munculnya sekte Sunni dan Syiah akibat pertempuran tersebut. Sunni merupakan mayoritas, mengikuti empat khalifah pertama dan menghormati Ali Ibnu Abi Thalib (R.A) tanpa menyalahkan Aisha (R.A), Thalhah (R.A), dan Zubayr (R.A). Kaum Syi'ah menganggap Ali (R.A) sebagai satu-satunya penerus sah, yang menyebabkan berlanjutnya permusuhan antar sekte.

Dampaknya terhadap sejarah dan politik Islam sangat besar, mempengaruhi lintasan, budaya, dan sastra komunitas Muslim. Pertempuran tersebut memicu perdebatan mengenai kepemimpinan, keadilan, kesetiaan, dan persatuan, serta menantang cita-cita Islam.

Kesimpulan
Kesimpulannya, Pertempuran Unta, sebuah peristiwa penting dalam sejarah awal Islam, terjadi karena pembunuhan Utsman, persaingan pribadi, dan komunitas Muslim yang terpecah.

Kemenangan Ali (R.A) menandai awal dari perpecahan yang berkepanjangan dan perseteruan yang berkelanjutan. Dampaknya adalah munculnya sekte Sunni dan Syiah, yang membentuk sejarah, politik, dan budaya Islam.

Pertempuran Unta tetap menjadi babak penting yang menguji prinsip-prinsip dan persatuan komunitas Muslim.(theislamicinformation)​


(ACF)