Kisah Khaulah, wanita yang Berani menasihati Umar bin Khaththab panjang lebar

Ilustrasi: Ist
Ilustrasi: Ist

Sebelum memeluk Islam, Umar bin Khaththab adalah orang yang sangat disegani dan dihormati oleh penduduk Makkah. Umar juga dikenal sebagai seorang peminum berat, beberapa catatan mengatakan bahwa pada saat sebelum memeluk Islam (Jahiliyyah = masa kekosongan Nabi), Umar suka meminum anggur. Setelah menjadi seorang Muslim, ia tidak menyentuh alkohol sama sekali, meskipun belum diturunkan larangan meminum khamar (yang memabukkan) secara tegas.

Umar adalah lawan yang sangat diperhitungkan. Mulanya ia pun antipati terhadap Islam, bahkan sudah berniat membunuh Nabi ﷺ. Namun, ia mengurungkan niatnya setelah sempat menampar adiknya yang lebih dulu masuk Islam, ketika ia tengah membaca surat Thoha ayat 1-8. Umar yang iba, kemudian mencoba menyimak surat Al-Quryan yang sedang dibacakan itu, sehingga hidayah itu pun datang dan ia masuk Islam.

Setelah mengikuti jejak Rasulullah ﷺ Umar bin Khaththab menjadi salah satu sahabat Nabi ﷺ yang mulia. Ia digolongkan sebagai khulafaur Rasyidin. Ia juga merupakan satu dari 10 sahabat Nabi ﷺ yang dijamin masuk surga. 

Sejak pra Islam, Umar terkenal memiliki sifat pemberani yang berhati lembut. Sifat pemberani ini membuat Umar bin Khattab mendapat julukan singa padang pasir. 

Musuh takut pada umar. Bahkan Setan pun lari darinya. “Sesungguhnya setan lari ketakutan jika bertemu Umar.” (HR. Ibnu ‘Asakir) 

Di hadits lain, Nabi Muhammad ﷺ bersabda: “Wahai Ibnu Al-Khaththab, demi Allah yang jiwaku berada dalam genggaman tangan-Nya, sesungguhnya tidaklah setan menemuimu sedang berjalan di suatu jalan kecuali dia akan mencari jalan lain yang tidak engkau lalui.”

Dengan karakter seperti itu, Umar jelas disegani oleh siapa pun termasuk sahabat Nabi ﷺ. Namun, semua gambaran itu, tidak membuat seorang sahabiyat Khaulah binti Tsa'labah sungkan untuk tampil menasihatinya dengan kata-kata yang tegas. 

Khaulah binti Tsa'labah ada dalam sebuah riwayat di mana ia meminta fatwa kepada Rasulullah ﷺ tentang permasalahan rumah tangganya. Ia sebelumnya bertengkar dengan suaminya Aus bin Shamit, dan suaminya itu sempat berkata "Bagiku engkau ini seperti punggung ibuku". Tidak lama setelah pertengkaran itu, Aus datang kembali dan menginginkan Khaulah. Namun, Khaulah menolaknya karena merasa sudah 'haram' disentuh oleh Aus, akibat perkataan itu.

Nabi ﷺ mendengarkannya dan kemudian bersabda: Kami belum pernah mendapatkan perintah berkenaan urusanmu tersebut... aku tidak melihat melainkan engkau sudah haram baginya".

Khaulah pun mengadu langsung kepada Allah l  tentang permasalahannya. Karena sesuatu hal, ia menginginkan bisa kembali hidup bersama dengan Aus. Allah pun menurunkan wahyu kepada Rasulullah ﷺ berkenaan dengan permasalahan Khaulah. Setelah itu, ada dialog antara Rasulullah dengan Khaulah, yang akhirnya Nabi ﷺ memerintahkan kepada Aus untuk memberi makan kepada 60 orang miskin dengan kurma, sebagai kafarat.

Kejadian ini membuat Khaulah dijuluki sebagai wanita yang aduannya didengar Allah dari langit ketujuh.
Inilah wanita yang menghentikan Umar dan memberinya nasihat. 

Ia berkata panjang" "Wahai Umar aku telah mengenalmu sejak namamu masih Umair tatkala engkau berada di pasar Ukadz engkau menggembala kambing dengan tongkatmu, kemudian berlalulah waktu hingga engkau bernama Umar, kemudian berlalulah hari demi hari sehingga memiliki nama Amirul Mukminin, maka bertakwalah kepada Allah perihal rakyatmu, dan ketahuilah barangsiapa yang takut akan siksa Allah maka yang jauh akan menjadi dekat dengannya, dan barangsiapa yang takut mati maka dia akan takut kehilangan dan barang siapa yang yakin akan adanya hisab maka dia takut terhadap adzab Allah  Beliau katakan hal itu sementara Umar Amirul Mukminin berdiri sambil menundukkan kepalanya dan mendengar perkataannya.

Akan tetap alJanud al-Abdi yang menyertai Umar bin Khaththab tidak tahun mengatakan kepada Khaulah, "Engkau telah berbicara banyak kepada Amirul Mukminin wahai wanita. Umar kemudian menegurnya: "Biarkan dia, tahukah kamu siapa dia? Beliau adalah Khaulah yang  Allah mendengarkan perkataannya dari langit yang ke tujuh, maka Umar lebih  berhak untuk mendengarkan perkataannya." 

Dalam riwayat lain, Umar berkata, "Demi Allah, seandainya beliau tidak menyudahi nasihatnya kepadaku hingga malam hari, maka kau tidak akan menyudahinya sehingga beliau selesaikan apa yang dia kehendaki, kecuali jika telah datang waktu salat maka saya akan mengerjakan salat kemudian kembali untuk mendengarkan hingga keperluannya selesai."

Kisah itu menunjukkan bahwa di balik reputasi umar sebagai sahabat yang disegani itu, Umar benar-benar mencontohkan adab tinggi dari seorang muslim. Ketika ia menjadi pemimpin, Amirul Mukminin. Ia tidak lantas sombong, dan keras perangainya ketika diberi nasihat baik. Itu semata-mata ia lakukan karena Allah.


(ACF)