Batal Haji karena Pandemi? Jangan Sedih. Inilah Amalan dengan Pahala Setara Beribadah di Tanah Suci

Fera Rahmatun Nazilah - Haji Milenial 25/06/2020
Photo by  Jasmin Merdan from Gettyimage
Photo by Jasmin Merdan from Gettyimage

Oase.id- Di tengah infeksi Covid-19 yang terus menyebar, Pemerintah Indonesia mengambil langkah penundaan penyelenggaraan ibadah haji 2020. Sejalan dengan itu, Arab Saudi pun memutuskan untuk membatasi jumlah tamu Allah di tahun ini.

Meskipun batal berangkat haji karena pandemi, jangan bersedih. Ternyata, ada berbagai amalan lain yang pahalanya bisa setara dengan haji, di antaranya;

Subuh berjemaah

Ada amalan sehari-hari yang pahalanya bisa setara dengan haji dan umrah, yakni salat subuh berjemaah yang dilanjutkan dengan berzikir hingga terbitnya matahari. Terlebih lagi, jika menyempurnakannya dengan menambahkan salat dua rakaat setelah matahari terbit.

Rasulullah Muhammad Saw bersabda, "Barang siapa yang salat subuh berjemaah kemudian duduk berzikir sampai matahari terbit yang dilanjutkan dengan salat dua rakaat, maka dia mendapatkan pahala seperti pahala haji dan umrah." 

Sahabat Anas Ra berkata bahwa Rasulullah bersabda, "Sempurna, sempurna, sempurna."

Imam At-Tirmidzi berkata, kualitas hadis ini hasan gharib.

Pensyarah Sunan At-Tirmidzi, Imam Muhammad Abdurrahman bin Abdurrahim Al-Mubarakfuri menyatakan, yang dimaksud dengan salat dua rakaat setelah matahari terbit ini adalah salat Isyraq. Dalam riwayat lainnya disebutkan salat Duha.

Berjemaah lima waktu

Salat berjemaah menyimpan begitu banyak fadilah. Bahkan, jika dilaksanakan secara istikamah setiap hari selama lima waktu, maka pahalanya setara dengan melaksanakan haji.

Rasulullah Saw bersabda; 

"Barangsiapa yang keluar dari rumahnya dalam keadaan suci untuk melaksanakan salat wajib, maka pahalanya seperti pahala orang yang haji yang sedang ihram, dan siapa yang keluar dari rumahnya untuk melaksanakan shalat Duha, dia tidak mempunyai niat kecuali itu, maka pahalanya seperti orang yang sedang umrah. Dan menunggu salat hingga datang waktu salat yang lain yang tidak ada main-main di antara keduanya, maka pahalanya ditulis di 'Iliyyin.” (HR. Abu Daud)

Baca: Sejarah Ibadah Kurban: Dari Nabi Ibrahim sampai Abdul Muthalib

 

Belajar dan mengajar

Perintah pertama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw adalah Iqra, salah satu jalan mencapai ilmu pengetahuan. 

Perintah ini menunjukkan betapa pentingnya belajar dan mengajarkan. Bahkan, orang yang ikhlas belajar dan mengajar akan diganjar pahala seperti haji yang sempurna.

Nabi Saw bersabda, “Siapa yang berangkat ke masjid, tidak lain untuk belajar kebaikan atau mengajarkannya, maka baginya pahala seperti pahala haji yang sempurna hajinya (HR. Thabrani)

 

Di masa awal Islam, masjid tidak hanya menjadi tempat untuk salat dan berzikir saja, melainkan juga majelis ilmu.

Berbakti kepada kedua orang tua

Islam tak hanya mementingkan hubungan hamba dengan Tuhannya (hablumminallah), tetapi juga mengajarkan hubungan dengan sesama manusia (hablumminannas).

Hubungan sesama manusia yang paling diperhatikan adalah antara anak dan orang tua. Bagaimana tidak, keridaan Allah terletak pada keridaan orang tua dan pahala berbakti pada keduanya bahkan setara dengan melaksanakan haji.

Anas bin Malik Ra meriwayatkan, “Ada seorang lelaki yang mendatangi Nabi Saw dan berkata ‘Sesungguhnya aku sangat ingin berjihad namun aku tidak mampu.’

Rasulullah Saw bertanya “Apakah salah seorang dari orang tuamu masih hidup?”

“Ya, ibuku masih hidup wahai Rasulullah,” ujar lelaki itu.

“Maka bertakwalah kepada Allah melalui bakti padanya. Apabila kamu melakukan itu dan ibumu rida padamu, maka kamu seperti berhaji, umrah dan berjihad.” (HR. Thabrani)

 

Sumber: Disarikan dari keterangan dalam Tuhfatul Ahwadzi bi Syarhi Sunan At-Tirmidzi karya Imam Muhammad Abdurrahman bin Abdurrahim Al-Mubarakfuri


(SBH)