Ditanya Tentang Masa Depan? Begini Cara Menjawabnya

Sobih AW Adnan - Psikologi Remaja 20/01/2020
Photo by Ekrulila from Pexels
Photo by Ekrulila from Pexels

Oase.id- Kala seseorang berhasil melewati satu penyelesaian problem, roda kehidupan akan menghadirkan persoalan-persoalan baru. Setelah sebuah jawaban disampaikan, selalu akan ada pertanyaan anyar yang terlontarkan. Itulah hidup. 

Pun dalam kehidupan remaja. Contohnya, munculnya pertanyaan "Setelah lulus mau ngapain?" Bahkan, soal itu bisa sudah hadir jauh sebelum seseorang yang ditanya mampu menyelesaikan persoalan lamanya, yakni, "Bagaimana agar bisa lulus?"

Bagi remaja, pertanyaan tersebut memiliki arti lebih dari sekadar basa-basi. Tidak semudah pertanyaannya, jawabannya akan membutuhkan pemikiran dan pertimbangan yang matang.

Sayangnya, seakan tidak mau bertoleransi, pertanyaan-pertanyaan itu meluncur dengan tidak cukup berbaik hati untuk memberi jeda. Pertanyaan tersebut lagi dan lagi disampaikan oleh siapa saja. Bahkan oleh beberapa orang yang kita pikir tidak akan benar-benar peduli pada jawabannya.

"What’s Next" Question atau pertanyaan mengenai apa yang selanjutnya hendak dilakukan setelah lulus, bukanlah sebuah pertanyaan yang disertai dengan kata kunci sederhana. Banyaknya pilihan justru membuat kita makin kebingungan menentukan jawaban. Mau lanjut kuliah, bekerja, buka usaha, atau kursus? 

Kalau mau lanjut kuliah, mau ambil jurusan apa yang nantinya dapat menunjang karier yang ingin digeluti?

Untuk karier? Memangnya karier apa yang akan saya geluti? Alih-alih menemukan jawaban, satu pertanyaan pembuka tadi justru mengarahkan kita kepada cabang-cabang pertanyaan lainnya. Seakan mempertegas kenyataan bahwa masih banyak “PR” yang belum kita kerjakan. Kondisi ini menjadi kian kompleks karena adanya berbagai ekspektasi dari orang-orang terdekat yang terkadang lebih terasa seperti tuntutan. 

Lantas, bagaimana cara kita menghadapi pertanyaan ini?

Ihwal masa depan memang dapat memunculkan berbagai sensasi dalam diri kita. Di satu sisi ada harapan yang ditawarkannya. Namun di sisi lain, obrolan tentang masa depan kerap kali menggiring seseorang pada kecemasan.

Apa sebab? Ya, karena masa depan identik dengan ketidak pastian. Satu-satunya kepastian dari masa depan adalah ketidak-pastian itu sendiri. Kita dapat mempersepsi ketidak-pastian ini sebagai peluang atau pun ancaman.

 

Persepsi seseorang mengenai masa depan akan menentukan bagaimana dia menyikapi pertanyaan-pertanyaan mengenai masa depan yang menghampirinya. Persepsi yang positif dapat membuat kita merasa optimistis dan antusias demi mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan untuk menyambutnya.

Sementara itu, persepsi negatif dapat mengarahkan kita pada kecemasan dan kekhawatiran. Sikap negatif yang muncul dapat berupa keluhan-keluhan dan penghindaran yang akhirnya justru menjauhkan kita dari
upaya mendapatkan jawaban. 

Untuk itu, langkah pertama dalam menghadapi pertanyaan masa depan adalah dengan memastikan bahwa kita memiliki persepsi yang positif mengenainya. Kita dapat memulainya dengan memahami mental model diri sendiri.

Mental model merupakan framework yang dihasilkan dari proses berpikir dan berbagai pengalaman yang dimiliki seseorang, yang menjadi dasar munculnya asumsi-asumsi mengenai bagaimana segala sesuatu berlangsung dan bermakna di dunia ini.

Dengan kata lain, bagaimana cara kita memandang cara kerja dunia ini? Bagaimana cara kita memandang masa kini dan masa depan? 

Apabila kita menyadari bahwa kerangka kerja yang digunakan cenderung pesimistis sehingga kita memiliki asumsi negatif mengenai hidup dan masa depan, maka tantanglah mental model tersebut dengan pembuktian-pembuktian yang dapat diperoleh dari berbagai tindakan. 

Contohnya, bila kita berpikir bahwa kecil kemungkinannya kita dapat lolos ujian masuk kampus negeri, maka tantang pemikiran tersebut dengan mengambil tindakan mempersiapkan dan mendaftarkan diri untuk mengecek bagaimana realitanya.

Nah, bicara tentang tindakan persiapan, tentunya sebuah persiapan dapat dilakukan bila kita sudah paham persis target apa yang mau dicapai. Untuk itu, agenda besar yang perlu dikerjakan sebelum bicara tentang masa depan adalah justru mengenali diri secara lebih mendalam. 

Coba kenali minat dan bakat kita. Apa yang digemari? Apa hal yang membuat kita merasa semakin hidup ketika menjalaninya? Apa yang benar-benar kita kuasai? Kenali juga keunggulan dan keterbatasan yang ada di dalam diri. 

Pemahaman diri yang baik bisa membuat seseorang lebih mandiri dan yakin dalam mengambil keputusan dan menghadapi konsekuensinya. Akan tetapi perlu dipahami pula bahwa pemahaman diri adalah proses jangka panjang. Atau bahkan, rentang masa yang dibutuhkan bisa jadi berbeda-beda antara satu orang dengan yang lainnya. 

Nikmati prosesnya dan jangan menjadikan orang lain sebagai tolok ukur keberhasilan kita dalam menemukan siapa jati diri yang sebenarnya. 

Semua orang memiliki prosesnya masing-masing. Begitu pula, tahap pencarian tersebut juga merupakan bagian yang akan mendefinisikan diri seseorang.

Pertanyaan-pertanyaan mengenai masa depan memang tidak pernah ada habisnya. Meskipun terkadang membuat kita khawatir, akan tetapi pertanyaan-pertanyaan itu bisa dijadikan sebagai pengingat agar kita bersiap bergerak ke depan dan tidak bertahan di satu titik saja. 

Kepada seseorang remaja, pertanyaan-pertanyaan lainnya pun akan terus menyusul dan menghampiri. Untuk itu, dalam setiap pencarian jawaban perlu diingat betul bahwa masih ada masa kini yang perlu dijalani. Jika kita terus menerus terfokus pada teka teki masa depan, bisa jadi kita tidak akan memiliki waktu untuk menikmati hari ini. 
Seseorang perlu menentukan batasan sehingga masih menyisakan energi yang cukup besar dan fokus lebih mendalam untuk menyelesaikan persoalan yang tengah dihadapinya dengan baik. Karena menjalani hari ini dengan optimal, juga termasuk upaya terbaik untuk membekali masa depan.

 

Rubrik ini diampu Psikolog Remaja Muharini Aulia (@auliyarini). Pertanyaan lebih lanjut bisa dilakukan dengan mengubungi redaksi Oase.id 


(SBH)