Anak Muda Mengelola Sampah? Siapa Takut!

Siti Mahmudah - Remaja Milenial Sampah Komunitas Anak Muda 08/03/2022
Poster Webinar Bincang Desa (Foto: Ist)
Poster Webinar Bincang Desa (Foto: Ist)

Oase.id - Persoalan sampah merupakan masalah yang erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Hingga kini, masih banyak orang yang belum menyadari betapa bahayanya sampah bagi kehidupan apabila tidak dikelola dengan baik.

Berlandaskan permasalahan di atas, pada Sabtu, 5 Maret 2022 Pukul 15.00-16.00 WIB, penulis mengadakan diskusi online BISA (Bincang Desa) yang bertujuan untuk mengajak anak-anak muda ikut berpartisipasi dalam mengatasi masalah sampah dan bagaimana mengelolanya dengan baik.

Acara ini diinisiasi oleh Patriot Desa Sukareja, Kabupaten Subang dan penggerak TPS 3R (Tempat Pembuangan Sampah Reduce, Reuse, Recycle) Desa Sukareja, Kec. Sukasari, Kab. Subang, Kabupaten Jawa Barat.

Diskusi tersebut menghadirkan narasumber Akbar Tri Pratama yang merupakan penggerak TPS 3R Desa Sukareja, Kab. Subang, Kabupaten Jawa Barat. Sehingga amat sangat disayangkan jika pengelolaan sampah yang dilakukan anak muda, materi dalam diskusi tidak dituangkan dalam tulisan.

Berdasarkan penelitian, Indonesia merupakan penghasil sampah plastik terbesar kedua di dunia setelah Tiongkok. Halnya penelitian, UC Davis dan Universitas Hasanuddin yang dilakukan di Pasar Paotere Makassar menunjukkan 23 persen sampel ikan yang diambil memiliki kandungan plastik di perutnya. 

Tidak hanya itu, di Kabupaten Subang, Jawa Barat, tepatnya di wilayah pantura permasalahan sampah nian serius. Sampah plastik seringkali dijumpai di saluran pembuangan air, di pinggir sungai atau bahkan di bibir pantai. Hal tersebut membuktikan bahwa kesadaran masyarakat akan pentingnya pengelolaan sampah masih sangat rendah.

Lalu, bagaimana menyikapi hal tersebut? Apa yang harus kita lakukan, khususnya anak muda dalam memberikan perubahan dalam pengelolaan sampah?

Kebanyakan pemuda generasi millenial ini identik dengan malas bergerak di dunia lingkungan, khususnya dalam pengelolaan sampah, apalagi terjun langsung memilah sampah di lapangan yang penuh dengan kotor, kumuh dan menjijikan.

Padahal, jika kita tinjau ulang makna dari pemuda ini adalah seorang hamba yang masih kuat secara fisik dan mental yang masih memiliki banyak kekuatan untuk mengoptimalisasikan dirinya dan mampu memberikan perubahan positif.

Bahkan, dalam pandangan Islam itu sendiri, pemuda memegang peranan penting, baik untuk dirinya maupun orang sekitarnya. Pemuda adalah masa-masa emas yang penuh kejayaan dan memiliki kekuatan yang sangat besar.

Sebagaimana apa yang dikatakan Nabi Muhammad ﷺ kepada seorang pemuda pada zamannya, bahwa “Jagalah lima hal sebelum lima hal. Mudamu sebelum datang masa tuamu. Sehatmu sebelum datang masa sakitmu. Waktu luangmu sebelum datang waktu sibuknya. Kayamu sebelum datang waktu sakitmu, dan hidupmu sebelum matimu.”

Sebagai generasi muda, langkah sederhana yang dilakukan untuk memerangi sampah yang ada di sekitar kita cukup mudah. Langkahnya adalah  memisahkan terlebih dahulu sampah organik dan anorganik. Sampah organik adalah sampah yang bisa diuraikan kembali, sedangkan sampah anorganik sulit diuraikan.

Pemateri sendiri memulai langkah ini dengan memanfaatkan sampah organik yang ada di rumahnya, yaitu membuat budi daya maggot. Maggot ini biasanya digunakan untuk pakan ternak, seperti lele, ayam, bebek, entog dan sebagainya. 

Sementara, dalam pemanfaatan sampah anorganik, membuat pengolahan eco-brick dari sampah plastik yang tidak bisa terurai. Misalnya membuat tempat duduk dari sampah plastik.

Ia juga berharap, agar kedepannya, khususnya dalam pengolahan sampah bisa bervariasi dan mengajak para pemuda untuk ikut berinovasi dan berkolaborasi dalam pengolahan sampah. Sehingga, banyak karya yang beragam selain dari budi daya maggot dan eco-brick.


(ACF)