Kisah Jemaah yang Patah Tangan Saat Ibadah Haji

N Zaid - Haji 30/06/2025
Budi Amanah (berjilbab hitam) bersama suaminya, Abdul Rahman Rahmatsyah.
Budi Amanah (berjilbab hitam) bersama suaminya, Abdul Rahman Rahmatsyah.

Oase.id - Pagi masih gelap ketika pesawat Garuda Indonesia yang membawa 391 jemaah haji dari kloter BTJ-03 mendarat di Bandara Sultan Iskandar Muda, Banda Aceh, Senin (30/6/2025), pukul 04.57 WIB. Di antara barisan jemaah yang duduk di Aula Jeddah Asrama Haji, sepasang suami istri tampak menepi di deretan belakang. Perempuan itu mengenakan perban tebal di tangan kirinya.

Namanya Budi Amanah, 65 tahun. Ia baru saja pulang dari Tanah Suci bersama suaminya, Abdul Rahman Rahmatsyah, setelah menanti selama lebih dari 12 tahun. Namun tak semua berjalan mulus selama perjalanan ibadah mereka di Makkah.

Beberapa hari setelah tiba di Kota Suci, Budi mengalami musibah di Masjidil Haram. Saat menuju kamar mandi, ia terpeleset. Pergelangan tangan kirinya patah. Petugas haji yang berada di lokasi segera memberi bantuan dan membawanya ke Kantor Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Makkah.

Di sana, ia mendapat penanganan dokter ortopedi dan harus menjalani penyemenan. Setelah semalam dirawat, Budi diizinkan kembali ke hotel dan melanjutkan pengobatan dengan rawat jalan.

“Seminggu sekali diperiksa di rumah sakit dan dirontgen. Sebelum pulang juga dirontgen lagi,” kata Budi, matanya berkaca-kaca mengenang pengalaman itu.

Meski dengan kondisi tangan yang belum pulih sepenuhnya, Budi tetap menjalankan ibadahnya. Dokter kloter rutin memantau perkembangan cederanya. Ia bersyukur, pelayanan yang ia terima selama berhaji begitu sigap dan penuh perhatian.

Tak hanya petugas medis, suaminya pun menjadi tumpuan utama selama menjalani ibadah. Ketika waktunya melempar jumrah tiba, Abdul Rahman menggantikan peran istrinya.

“Waktu lempar jumrah, bapak yang lempar, bukan ibu,” tuturnya tenang.

Budi tak kuasa menahan haru ketika menceritakan bagaimana para petugas melayani dengan penuh kasih. Ia menyebut, sejak masih di Asrama Haji Aceh hingga kembali ke tanah air, seluruh proses didampingi dengan baik oleh petugas.

“Petugasnya baik-baik, layanannya baik, dokternya pun baik. Semuanya baik. Gak bisa kita balas, hanya Tuhan yang mampu membalas,” ucap Budi, suaranya bergetar.

Perjalanan panjang spiritual Budi mungkin sempat terganggu oleh cedera. Tapi semangatnya tak patah. Dan ia pulang, tak hanya dengan tangan yang mulai pulih, tapi juga dengan kenangan tentang keramahan dan ketulusan mereka yang membantu ibadahnya tetap sempurna.(kemenag)


(ACF)
TAGs: Haji