Oase.id - Dalam tradisi Islam, istilah karomah sering kali dikaitkan dengan kejadian luar biasa yang terjadi pada diri seorang wali Allah — seperti mampu terbang, menghilang, atau memiliki kekuatan penyembuhan. Namun, Imam Ibnu Taimiyah memberikan perspektif yang sangat berbeda dan lebih mendalam tentang apa yang sebenarnya disebut sebagai karomah.

Istiqomah: Karomah yang Paling Agung

Dalam ceramahnya, Ustadz Firanda Andirja menjelaskan perkataan penting dari Ibnu Taimiyah. Menurut beliau, puncak karomah bukanlah kemampuan supranatural, melainkan kemampuan seseorang untuk istiqomah di atas ketaatan kepada Allah.

Ibnu Taimiyah berkata:

“Puncak karomah adalah seseorang bisa istiqomah.”

Artinya, keajaiban terbesar yang Allah berikan kepada seorang hamba bukanlah sesuatu yang menarik perhatian manusia, tetapi keteguhan hatinya untuk terus berada di jalan Allah, meski penuh godaan, tekanan, dan kerusakan zaman.

Wali Allah Bukan Dinilai dari Kesaktian

Penjelasan Ibnu Taimiyah ini juga sekaligus meluruskan pemahaman sebagian masyarakat yang masih menilai kewalian berdasarkan kemampuan melakukan hal-hal ajaib. Dalam pandangan beliau, wali Allah justru adalah orang yang mampu menjaga ibadahnya dengan konsisten, terutama salat wajib yang menjadi fondasi utama ketaatan. 

Mereka juga mampu menahan pandangan dari hal-hal yang diharamkan, sebuah bentuk penjagaan diri yang tidak mudah di tengah godaan yang terus mengintai.

Selain itu, seorang wali berhati-hati dalam berbicara, tidak melampaui batas, dan selalu mengedepankan kejujuran serta ketenangan. Mereka teguh dalam menjalankan ketaatan kepada Allah meski lingkungan di sekelilingnya penuh dengan kerusakan, fitnah, dan berbagai bentuk kelalaian.

Dalam ceramahnya, Ustadz Firanda menegaskan kembali pesan Ibnu Taimiyah: “Siapa yang bisa istiqomah, dialah wali Allah yang sesungguhnya.” Sebab keteguhan seperti inilah yang menjadi karomah terbesar, melampaui segala bentuk kesaktian lahiriah yang sering dipersepsikan masyarakat.

(ACF)