Ketika Salman Al-Farisi Menguji Kenabian Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam

N Zaid - Sirah Nabawiyah 06/10/2023
Ilustrasi. Foto: Unsplash / Anton Lecock
Ilustrasi. Foto: Unsplash / Anton Lecock

Oase.id - Salman Al-Farisi (568 M-655 M) menganut agama Nasrani sebelum ia menerima Islam. Ia berasal dari  Desa Jayyun, Kota Isfahan, Persia. Sebelum menjadi Nasrani, ia menganut agama Majusi.

Ia menganut agama Nasrani karena merasa lebih menentramkan dirinya, dibanding agamanya terdahulu. Al-Farisi memang mulanya tidak nyaman dengan agama Majusi yang ia anut. Sehingga secara spritual, ia masih melakukan pencarian ajaran yang membawa pada kebenaran.  

Namun saat menekuni ajaran Nasrani, ia kecewa dengan pendeta yang ia temui. Kesederhanaan yang diajarkan, berbanding terbalik dengan gaya hidup pendeta itu yang bergelimang harta hasil sumbangan jemaatnya. 

Ia pun akhirnya belajar dari pendeta satu ke pendeta lain, sampai ia menemui pendeta dari Amuria Romawi yang masih memegang kemurnian agama Nasrani. Dari pendeta tersebut Salman mendapat kabar bahwa akan ada nabi yang mengikuti agama Ibrahim. Pendeta itu mengabarkan ciri-ciri nabi tersebut.

"Seandainya kamu dapat pergi kesana, temuilah dia. Ia mempunyai tanda-tanda yang jelas dan gamblang. ia tidak mau makan sedekah, namun bersedia menerima hadiah, dan dipundaknya ada cap kenabian bila engkau melihatnya, engkau pasti mengenalinya," kira-kira begitulah pesan pendeta yang lurus itu.

Singkatnya Salman Al-Farisi, dengan izin Allah sampai ke Madinah. Ia menjadi budak dan dibeli orang Yahudi yang akhirnya pindah ke Madinah. Tempat yang memiliki ciri yang sama seperti yang digambarkan gurunya.

Di Madinah, ia mendapat kabar bahwa ada seseorang yang disebut sebagai seorang Nabi dan akan datang ke kota itu.  Salman pun mencoba menguji sosok yang disebut-sebut sebagai nabi itu, berdasarkan petunjuk yang telah disampaikan gurunya. 

Salman Al-Faritsi pun mendatangi Nabi dan menguji kenabian Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam.

Berikut dikisahkan bagaimana Salman Al-Faritsi menguji Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam berdasarkan sebuah hadits:

Abu Ammar Al-Husain bin Harits Al-Khuza'i bercerita kepada kami, Ali bin Husain bin Waqid memberitahukan kepada kami, ayahku bercerita kepadaku, Abdullah bin Buraidah bercerita kepadaku, ia berkata, aku mendengar Abu Buraidah berkata" Ketika Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam baru tiba di Madinah, Salman Al Farisi mendatangi beliau dengan membawa baki berisi kurma seraya meletakannya di hadapan beliau. 

Rasulullah shallallahu alaii wa sallam bertanya,'Wahai Salman apa ini? Salman menjawab ini adalah sedekah untuk engkau dan sahabat Anda, maka beliau menjawab, 'Bawalah kurmamu ini. Sungguh kami tidak boleh menerima sedekah'. Salman pun membawanya. Keesokan harinya, ia kembali datang dengan membawa kurma yang sama seraya meletakkannya di hadapan beliau. 

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam pun kembali bertanya, Wahai salman apa ini?' Salman menjawab, ini adalah hadiah untuk Anda. Maka beliau berkata pada para sahabat beliau. 'Hidangkanlah (untuk dimakan)!. Kemudian Salman melihat tanda kenabian di punggung Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam maka ia pun beriman kepada beliau. 

Setelah itu, Rasulullah membeli sebidang tanah dari seorang Yahudi dengan harga sekian dirham untuk ditanami dengan pohon kurma. Di tanah itulah Salman bekerja sehingga bisa menghidupi dirinya sendiri. Seluruh pohon itu ditanam sendiri oleh Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, kecuali satu batang ppohon yang ditanam oleh Umar. Maka kurma-kurma itu berbuah pada tahun itu juga, kecuali satu batang pohon yang ditanam Umar. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam pun bertanya, 'Ada apa dengan sebatang pohon ini? Umar menjawab 'Wahai Rasulullah, sayalah yang menanamnya'. Seketika beliau segera mencabut pohon itu lalu menanamnya kembali. Maka pohon itu pun berbuah pada tahun itu juga. (HR Ahmad)

Salman Al-Farisi hingga akhir hayat memeluk agama Islam sebab ia menyaksikan dan mengalami sendiri apa yang diucapkan Rasulullah berbanding lurus dengan perbuatan beliau. Ia tidak sedikit pun meragukan kenabian Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, yang membawa ajaran yang selama ini ia cari sehingga membawanya ke Madinah dari Persia.
 


(ACF)