Siti Maryam, Perempuan Islam yang Layak Dianggap Nabi

Siti Mahmudah - Kisah Nabi dan Rasul 17/03/2021
Ilustrasi: Gambar oleh Sammy-Williams dari Pixabay
Ilustrasi: Gambar oleh Sammy-Williams dari Pixabay

Oase.id - Perempuan bukan hanya memiliki kapasitas sebagai ulama dan cendekiawan. Lebih dari itu, sebagian ulama ada yang menyebut sejumlah perempuan sebagai Nabi. Siti Maryam (Ibunya Nabi  Isa a.s) misalnya.

Imam al-Qurthubi, seorang ahli tafsir mengatakan, bahwa Sayyidah Maryam adalah nabi perempuan. Mengapa demikian? Karena Tuhan menurunkan wahyu kepadanya sebagaimana kepada Nabi-Nabi yang lain. Hal tersebut berdasarkan firman Allah SWT yaitu sebagai berikut:

“Dan (ingatlah) ketika Malaikat (Jibril) berkata, “wahai Maryam, sesungguhnya Allah telah memilih kamu, menyucikan kamu, dan melebihkan kamu atas segala wanita di dunia (yang semasa dengan kamu).” (QS. Ali ‘Imran [3]: 42).

Kebanyakan ulama besar memang tidak mengakui perempuan tersebut sebagai Nabi. Namun, mereka mengakui perempuan tersebut sebagai tokoh tauladan bagi masyarakat.

Berbeda, Imam Abu al-Hasan al-Asy’ari, tokoh Islam Sunni mengatakan, bahwa tidak ada seorang perempuan yang menjadi Nabi, melainkan “ash-shiddiqah” atau perempuan-perempuan yang jujur dan percaya.

Dalam kitab Al-Asybah wa an-Nazhair, Imam as-Suyuthi menyatakan, bahwa para ulama berbeda pendapat mengenai persoalan perempuan sebagai Nabi. 

Sedangkan Imam Taqiyuddin as-Subki, dalam kitab Al-Halbiyyat mengatakan, kenabian Siti Maryam mendapatkan legitimasi dari ayat suci Al-Quran. Yakni pada surah Maryam. Nama Sayyidah Maryam disebut bersama-sama para Nabi. 

Selaras, dalam buku Fathul al-Mun’im, Al-Qurthubi juga mengatakan, yang benar ialah bahwa Maryam adalah Nabi. 

Artinya, bahwa sejarah peradaban Islam sejak masa Nabi Muhammad sampai saat ini memperlihatkan kepada kita tentang kecendekiaan dan keulamaan perempuan. Sebagaimana laki-laki, perempuan pun terbukti mampu berjuang memakmurkan kehidupan yang maslahat.

Sumber: Disarikan dalam keterangan dari Perempuan Ulama di Panggung Sejarah karya KH. Husein Muhammad 


(ACF)