Kisah: Sayyidah Khadijah binti Khuwailid, Istri Rasul yang Sangat Bijaksana

Siti Mahmudah - Perempuan muslim 06/04/2021
Ilustrasi: Tima Miroshnichenko from Pexels
Ilustrasi: Tima Miroshnichenko from Pexels

Oase.id - Nama lengkapnya Khadijah binti Khuwailid bin Asad bin Abdul Uzza bin Qushai bin Kilab. Beliau lahir pada 555 M dan wafat 619 M. Masyarakat Quraisy menyebutnya tokoh masyarakat yang paling dihormati.

Namanya sangat populer di wilayah Arab sebagai perempuan pedagang yang sangat jujur dan dermawan. Nasabnya memiliki kehormatan dan posisi istimewa di antara perempuan-perempuan Jazirah Arab dan Quraisy. Ia juga sering disebut perempuan lembut dan bijaksana.

Ibnu al-Jauzi dalam Tadzkirah al-Khawab mengatakan, Khadijah adalah perempuan berilmu dan memiliki kepribadian bersih. Seorang manusia spiritual yang terpesona dengan hak-hak asasi manusia, mencintai moralitas luhur serta menyukai inovasi dan kemajuan.

Saat menjalankan bisnisnya, Rasul pernah dipekerjakan oleh Khadijah. Beliau ditemani budaknya yang bernama Maisarah. Maisarah takjub kepada Nabi Muhammad ﷺ, sebab perniagaan yang ia jalankan selalu mendapatkan keuntungan. Tak hanya itu, Nabi juga merupakan pemuda yang jujur, santun, ramah, baik hati dan terpercaya. 

Hal tersebut membuat Khadijah terpesona. Ia terpukau melihat semua perilaku dan akhlak Rasul. Tidak hanya hebat sebagai mitra dagang, akan tetapi sebagai pribadi manusia. Alhasil, Khadijah merasa tertarik kepada Rasul.

Sehingga suatu ketika diceritakan, perihal siapa yang melamar dahulu, Khadijah atau Nabi Muhammad?

Imam Ja’far ash-Shadiq mengatakan, “Manakala Nabi Muhammad ﷺ. hendak menikahi Sayyidah Khadijah binti Khuwailid, Abu Tahlib, paman Nabi, bersama rombongan keluarganya bersama-sama mendatangi Waraqah bin Naufal, paman Khadijah."

"Sesudah bertemu dan berbicara sedikit, Abu Thalib menyampaikan kata-kata lamaran, Alhamdu li Rabb hadza al-Bait (segala puji bagi Pemilik rumah ini) yang telah menjadikan kita sebagai keturunan Ibrahim dan keluarga besar Ismail. Kita berada di tempat/tanah air yang mulia dan aman. Kita juga menjadi pemimpin masyarakat. Semoga Dia memberkahi negeri yang aman sentosa ini.”

Usai Abu Thalib menyampaikan kata-kata lamaran, paman Khadijah yang merupakan seorang pendeta menyambut dengan ucapan terbata-bata. Ia menjawab secara singkat dan mengulang-ulang. Kemudian Khadijah menyela dan mengatakan, “Pamanku, meskipun engkau lebih utama dariku untuk menyampaikan kesaksian ini, tetapi engkau tidak lebih utama dariku untuk kepentingan diriku sendiri. Muhammad, aku menikahkan diriku denganmu. Mas kawinnya dariku sendiri. Suruhlah pamanmu untuk menyembelih unta lalu walimah tasyakuran, dan masuklah kepada keluargamu.”

Lalu, Abu Thalib mengatakan, “Saudara-saudara sekalian, saksikanlah! Khadijah telah menerima pinangan/lamaran Muhammad, dan ia yang memberikan mahar/mas kawinnya dari hartanya sendiri.”

Beberapa orang Quraisy yang menyaksikan acara sontak mengatakan, “Wah, ini aneh sekali, mahar/mas kawinnya kok dari perempuan, dari hartanya sendiri.”

Mendengar kritikan tersebut, Abu Thalib mengatakan, “Jika mereka seperti keponakanku ini, laki-laki akan diminta mahar tinggi. Jika seperti kalian, niscaya kalian tidak akan menikahkannya kecuali dengan mas kawin yang tinggi, mahal.”

Kemudian, Abu Thalib menyembelih unta untuk walimah. Lalu, Rasul masuk kamar bersama istrinya, Khadijah. Konon, dalam sebuah riwayat menyebutkan, salah satu mas kawinnya adalah 20 unta betina dan 40 ekor kambing.

Sumber: Disarikan dari keterangan dalam Perempuan Ulama Di Atas Panggung Sejarah karya KH. Husein Muhammad


(ACF)