Jangan Lupa! Kita Semua Pernah Disumpah di Arafah

Sobih AW Adnan - Haji Milenial 30/07/2020
Photo by Hanni Sofia from ANTARA
Photo by Hanni Sofia from ANTARA

Oase.id- Jutaan umat manusia berkumpul di padang Arafah, Arab Saudi. Dalam penanggalan 9 Zulhijah, mereka membaur di puncak haji dengan mengenyampingkan aneka ragam latar belakang dan identitas yang dimiliki.

Arafah, menjadi tempat sekaligus waktu yang menyimpan sejarah dan cerita suci.


Perjumpaan manusia pertama

Sudah cukup masyhur, bahwa Arafah adalah tempat pertemuan antara Nabi Adam As dan kekasihnya, Siti Hawa setelah terpisah berpuluh tahun lamanya. Bahkan, ada pula riwayat yang menyebutkan, perjumpaan sepasang manusia pertama itu baru terjadi 300-500 tahun setelah keluar dari surga.

Adam dan Hawa diturunkan dari surga akibat melanggar memakan khuldi. Mereka ditempatkan di titik bumi yang berbeda. Adam di sebuah gunung al Rahun di sekitaran Sri Lanka dan India. Sedangkan Hawa menjejakkan kakinya di Jazirah Arab.

Baca: Sejarah Ibadah Kurban: Dari Nabi Ibrahim sampai Abdul Muthalib


 
Abu Ja'far Muhammad bin Jarir bin Yazid, atau lebih karib dengan nama Imam Ath-Thabari dalam Tarikh al Umam wa al Muluk menceritakan, atas izin Allah Swt dibantu bimbingan Malaikat Jibril, Adam bergeser dari India menuju Makkah guna mencari Hawa. Keduanya pun bertemu di Jabal Rahmah, Arafah.
 
Setelah berhaji, Adam mengajak Hawa kembali ke daerah India untuk hidup dan berketurunan di sana.


 
Pengambilan sumpah
 
Pada hari Arafah, Allah Swt juga pernah mengambil sumpah dari Adam As dan seluruh umat manusia.
 
Masih dalam bukunya, Imam Ath-Thabari mengisahkan bahwa pada saat Allah Swt menciptakan Adam sang manusia pertama, Dia mengusap bagian punggung hingga keluarlah semua anak keturunan manusia dari arah tulang sulbi Nabi Adam hingga bertebaran semacam biji-biji atom.
 
Kepada mereka, Allah Swt bertanya;
 
"Bukankah Aku ini Tuhanmu?"
 
Dengan serentak mereka menjawab, "Ya, benar, Engkau adalah Tuhan kami."
 
Kemudian Allah kembali berfirman, "Aku menanyakan itu agar kelak di hari kiamat, tiada satu anak keturunan Adam pun mengaku lalai dan lengah."
 
Peristiwa ini, tertera dalam QS Al A'raf: 172: 

"Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman) 'Bukankah Aku ini Tuhanmu?' Mereka menjawab, 'Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi.' (Kami lakukan yang demikian itu) agar pada hari kiamat kamu tidak mengatakan, 'Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)."

 

Dalam hadis yang diriwayatkan Imam Tirmidzi, Nabi Muhammad Saw menggambarkan bahwa pihak yang terlibat dalam perjanjian itu adalah seluruh keturunan Nabi Adam sampai hari kiamat.

Baca: Mengapa Makkah Disebut Tanah Haram?


 
Rasulullah bersabda, "Ketika Allah menciptakan Adam, Dia mengusap punggungnya, maka dari punggung itu setiap ruh yang menyerupai biji atom berjatuhan, yang Dia adalah penciptanya sejak itu sampai hari kiamat kelak."
 
Sementara dalam riwayat Ubay bin Ka'ab disebutkan, "Mereka (ruh tersebut) dikumpulkan, lalu dijadikan berpasang-pasangan, baru kemudian dibentuk. Setelah itu mereka pun diajak berbicara, lalu diambil dari mereka janji dan kesaksian, "Bukankah Aku Tuhanmu?" Mereka menjawab "Benar".
 
Di hari Arafah itu, seluruh lapisan langit dan bumi juga dijadikan saksi atas klaim kesanggupan manusia untuk selalu taat kepada Allah Swt, Sang Maha Pencipta.

 

Sumber: Disarikan dari keterangan dalam Tarikh al Umam wa al Muluk karya Abu Ja'far Muhammad bin Jarir bin Yazid Ath-Thabari.


(SBH)