9 Hal yang Dianjurkan untuk Dilakukan Saat Idulfitri

Siti Mahmudah - Idulfitri 2021 Nabi Muhammad Saw 13/05/2021
Gambar oleh Syaibatul Hamdi dari Pixabay
Gambar oleh Syaibatul Hamdi dari Pixabay

Oase.id - Hari raya Idulfitri merupakan momen spesial bagi umat Islam di seluruh dunia. Idulfitri atau biasa dikenal di Indonesia dengan sebutan Lebaran adalah hari dimana kita merayakan hari kemenangan dan saling bermaaf-maafan.

Selain bersilaturahmi, bermaaf-maafan dengan sanak saudara dan teman, salah satu tradisi lain yang biasa dilakukan saat Idulfitri adalah mengenakan pakaian baru.

Dalam Bughyatul Mustarsyidin disebutkan, “Laisa al ‘id li man labisa al jadid, wa lakinna al ‘id li man tho’atuhu tazid.” Hari raya bukanlah untuk mereka yang baru pakaiannya, namun bagi mereka yang bertambah ketaatannya.

Melansir NU Online, selain hal di atas, ada beberapa hal yang dianjurkan untuk dilakukan pada hari raya Idulfitri. Berikut 9 hal yang disunahkan untuk dilakukan saat merayakan hari raya Idulfitri:

1. Salat Idulfitri

Mengerjakan salat Idulfitri hukumnya sunah muakkadah atau sunah yang sangat dianjurkan. Namun, ada sebagian pendapat mengatakan fardu kifayah. Sebagaimana kesunahannya tertuang dalam firman Allah surah Al-Kautsar ayat 2, yakni:

فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ

Artinya: “Maka salatlah kepada Tuhanmu dan berkurbanlah.” (QS. Al-Kautsar: 2)

Syekh Kamaludin al-Damiri dalam al-Najm al-Wahhaj mengatakan, melakukan salat hari raya di masjid lebih utama, karena masjid-masjid adalah sebaik-baiknya, semulia-mulianya dan sebersih-sebersihnya tempat. Dan karena para Imam senantiasa salat hari raya di Mekah di Masjidil Haram.

Hal ini bila masjid luas, seperti masjidil haram dan Bait al-Maqdis. Bila tidak demikian, maka tanah lapang lebih utama, karena Nabi Muhammad ﷺ salat di lapangan sebab sempitnya masjid beliau. 

Namun, karena saat ini sedang dalam pandemi Covid-19, maka dianjurkan untuk melaksanakan salat Idulfitri di rumah saja. Hal tersebut berdasarkan hasil ijtihad para ulama. Tujuannya untuk mengantisipasi penyebaran virus Covid-19.

 

2. Mandi

Syekh Sulaiman al-Bujairimi dalam Tuhfah al-Habib ‘Ala Syarh al-Khathi mengatakan, sunah bagi laki-laki maupun perempuan, bahkan yang tengah haid atau nifas melakukan mandi Idulfitri. Kesunahan ini tidak berlaku bagi yang tidak bisa melaksanakan salat Idulfitri, seperti orang sakit.

Adapun waktu mandi dimulai sejak tengah malam Idulfitri sampai tenggelamnya matahari di keesokan harinya. Lebih utama lagi setelah terbit fajar.

 

3. Menghidupi malam Idulfitri dengan salat, membaca salawat, Al-Quran dan ibadah lainnya.

Nabi ﷺ menganjurkan agar menghidupi malam hari raya dengan salat, membaca shalawat, membaca Al-Qur’an, membaca kitab, dan bentuk ibadah lainnya. 

Anjuran ini berdasarkan hadis Nabi yang berbunyi:

 مَنْ أَحْيَا لَيْلَتَيْ الْعِيدِ لَمْ يَمُتْ قَلْبُهُ يَوْمَ تَمُوتُ الْقُلُوبُ

“Barangsiapa menghidupi dua malam hari raya, hatinya tidak mati di hari matinya beberapa hati.” (HR. al-Daruquthni)

Hadis ini tergolong dhaif atau lemah. Namun, tetap bisa dipakai sebab berkaitan dengan keutamaan amal, bukan berbicara halal-haram atau akidah. 

 

4. Memperbanyak bacaan takbir

Kumandang takbir merupakan ciri khas dari hari raya Idulfitri. Anjuran memperbanyak takbir terutama dalam surah A-Baqarah ayat 185:

“Dan sempurnakanlah bilangan Ramadhan, dan bertakbirlah kalian kepada Allah.” (QS. Al-Baqarah: 185)

Syekh Ibnu Hajar al-Haitami dalam Tuhfah al-Muhtaj membagikan 2 jenis takbir Idulfitri yaitu sebagai berikut:

Pertama, Muqayyad atau dibatasi. Yakni, takbir yang dilakukan setelah salat, baik fardu atau sunah. Setiap usai salat, dianjurkan untuk membaca takbir. 

Kedua, Mursal atau dibebaskan. Yakni, takbir yang tidak terbatas setelah salat, bisa dilakukan di setiap kondisi, termasuk takbir Idulfitri. Bisa dikumandangkan di mana saja, di rumah, jalan, masjid, pasar atau tempat lainnya.  

5. Makan sebelum berangkat salat Idulfitri

Berbeda dengan salat Idul Adha yang disunahkan makan setelahnya, salat Idulfitri disunahkan makan sebelumnya.

Nabi menganjurkan yang di makan adalah kurma dalam hitungan ganjil, bisa satu butir, tiga butir dan seterusnya. Makruh hukumnya meninggalkan anjuran makan ini sebagaimana dikutip al-Imam al-Nawawi dari kitab al-Umm. 

 

6. Berjalan kaki menuju tempat salat

Berjalan kaki menuju tempat salat Id hukumnya sunah. Hal ini berdasarkan ucapan Sayyidina Ali: 

“Termasuk sunah Nabi ﷺ adalah keluar menuju tempat salat Id dengan berjalan.” (HR. al-Tirmidzi dan sebagai hadis Hasan). 

Bagi yang tidak mampu berjalan kaki seperti orang tua, dan lain sebagainya diperbolehkan untuk menaiki kendaraan. Demikian pula kepulangan dari salat Id dilakukan dengan tidak berjalan kaki. 

 

7. Membedakan rute menuju dan pulang dari tempat salat Id

Berdasarkan hadis riwayat Bukhari, rute perjalanan pergi dan pulangdari tempat salat Id hendaknya berbeda, dianjurkan rute keberangkatan lebih panjang dari pada jalan pulang. 

Sebagaimana ditegaskan Imam Nawawi dalam kitab Riyadl al-Shalihin agar memperbanyak pahala menuju tempa ibadah. Anjuran ini juga berlaku saat perjalanan haji, membesuk orang sakit dan ibadah lainnya.

 

8. Berhias diri

Syekh Zakariyya al-Anshari dalam Asna al-Mathalib, Idulfitri adalah waktunya berhias dan berpenampilan sebaik mungkin, namun tidak berlebihan untuk menampakkan kebahagiaan di hari yang penuh berkah.

Berhias di sini yakni, membersihkan badan, memotong kuku, memakai wewangian terbaik dan pakaian terbaik. Lebih utama memakai pakaian putih, kecuali bila selain putih ada yang lebih bagus, maka lebih utama mengenakan pakaian yang paling bagus, semisal baju baru. 

 

9. Memberi ucapan selamat atau Tahniah

Memberi ucapan selamat atau tahniah sangat dianjurkan. Yakni, Bertujuan untuk saling memberikan selamat atas kebahagiaan yang diraih saat hari raya.

Salah satu contoh redaksi ucapannya, “Taqabbala Allâhu Minnâ wa Minkum”, “Kullu ‘Amin wa Antum bi Khair”, “Selamat Hari Raya Idulfitri”, "Minal Aidin wal Faizin”, “Mohon Maaf Lahir Batin”, dan lain sebagainya. 

Pada prinsipnya, setiap kata yang ditradisikan sebagai ucapan selamat dalam momen hari raya, maka sudah bisa mendapatkan kesunahan tahniah. Bahkan, Syekh Ali Syibramalisi menegaskan, tahniah juga bisa diwujudkan dalam bentuk saling bersalam-salaman.


(ACF)